Alara masuk ke kantin yang pengunjungnya saat ini terbilang sangat ramai. Ia berjalan dan berdiri di depan pintu, menoleh kanan kiri untuk mencari tempat ia akan duduk. Bangku dan meja di bagian sudut kantin tidak ada penghuni. Alara dengan pelan berjalan menuju tempat pemesanan nasi goreng, berharap cemas dalam hati semoga makanan kesukaannya itu masih ada dan tersisa untuk dirinya.
Senyum Alara mengambang lebih lebar saat melihat dari belakang antrian, nasi goreng masih banyak berada dalam wadah yang berwarna biru itu. Ternyata terawangan cowok itu mengenai nasi goreng memang benar adanya. Dan, untuk menerawang masa lalu dirinya, cowok itu menjawab tidak bisa. Tapi tidak apa, Alara lebih senang mengetahui nasi goreng ada di kantin, masih banyak.
Antrian hanya menyisakan dua orang saja. Alara berjalan ke depan dan bergeser ke samping. Seperti biasa, ia menampilkan senyum ramah pada si penjual, tentu mereka membalas senyum tulus yang dilempar oleh Alara.
"Bi, aku pesen seperti biasa, ya, dan minumnya kali ini ..., teh dingin aja," ujar Alara dengan sedikit menimbang minuman yang akan ia pesan.
"Siap, atuh. Tunggu ya," jawab wanita paruh baya itu dengan jempol terangkat ke atas. Kembali ia sibuk membelakangi Alara, untuk mengambilkan pesanan.
"Aku tunggu di meja dekat sana, Bi." Alara berbalik badan, berjalan menuju tempat kosong itu. Ia dudukkan diri di sana.
Alara menopang dagu dengan sebelah tangan. Ia menoleh ke arah pintu ketika terdengar suara yang terasa ramai dari luar sana. Setelahnya, beberapa orang gadis bergerombolan masuk ke dalam kantin, mereka semua tertawa bersama dan terlihat sangat akrab. Tanpa sengaja, bibir Alara mengulas senyum tipis, berharap ia bisa merasakan di posisi itu. Berharap ia juga punya teman seperti mereka, pasti sangat seru. Itulah pikir Alara.
Alara menoleh ke depan dengan badan ia tegapkan ketika pesanan miliknya di antar oleh seorang perempuan yang masih terlihat muda, mungkin anak wanita yang ia panggil Bibi tadi. Tangan Alara terulur menyambut teh dingin yang ia pesan.
"Makasih," ujar Alara dengan sopan, tidak lupa dengan senyum ramah yang ia tampilkan untuk perempuan itu.
"Sama-sama, Dek," jawab perempuan itu dan berbalik badan, menuju tempat yang semula pelanggan sedikit, kembali menjadi ramai.
Alara menyeruput teh dingin dengan sedotan yang tersedia. Setelahnya, ia beralih menatap nasi goreng yang membuat matanya jadi berbinar. Walaupun terlihat sangat sederhana, namun itu makanan yang paling ia sukai saat masuk ke sekolah ini. Apakah dirinya yang dulu juga menyukai makanan yg terlihat sederhana ini, namun rasanya sangat enak?
Alara membaca doa dalam hati, setelahnya langsung menyendok dan menyuapi ke dalam mulut. "Enak banget," gumamnya pelan dengan senyum menyungging menghiasi wajah.
Alara menelan nasi yang telah ia kunyah, kembali menyeruput teh dingin yang ada di depannya. Sesaat, Alara jadi teringat dengan cowok baik yang belakangan ini selalu membantunya dari amukan cowok menyeramkan itu.
"Kak Saka ke mana, ya?" tanya Alara pada diri sendiri. Ia celingukan pada pintu kantin. Kedatangan cowok itu juga belum terlihat sedari tadi.
Alara kembali menyendok nasi goreng dan memakannya dengan lahap, ia harus banyak makan agar punya tenaga, supaya ia tidak gampang jatuh pingsan. Alara juga harus bisa jaga diri dan tidak boleh merasa kelelahan dan pusing, jika itu terjadi, bersiaplah darah di hidungnya akan mengalir deras dan mengotori seragam. Ia tidak mau itu terjadi kesekian kali. Walaupun hidungnya tidak terasa sakit, namun Alara tidak suka berada di posisi di mana ia harus susah payah menyeka darah itu.
"Kak Saka udah makan belum, ya? Lama banget perasaan." pikir Alara dengan mulut yang sedikit penuh. Ia seruput teh dingin sampai tersisa setengah.
"Semoga nasi goreng masih ada pas Kak Saka ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
TienerfictieJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...