Seorang cowok berlari mengejar seorang gadis yang mengenakan baju motif lucu dengan sendal berkepala kucing di depannya. Dua orang itu berada di taman. Main kejar-kejaran.
Gadis itu berlari menjauh dari jangkauan cowok yang ada di belakangnya. Mereka terlihat sangat gembira, senyum dan tawa tidak pernah luntur sedari tadi.
Gadis itu berbalik badan dengan napas tersengal, namun senyum tidak pernah luntur.
"Kak Al, Ara capek...," ujarnya dengan sebelah tangan mengusap keringat yang mengalir di keningnya.
Cowok itu berlari mendekat dan menarik gadisnya itu ke dalam pelukan. "Ayo, istirahat."
Gadis itu mengangguk cepat dengan sebelah tangan menarik pergelangan tangan cowok itu. Ia duluan berjalan di depan.
"Kak Al, nanti kita makan es krim lagi, ya," ajak gadis itu dengan kepala menoleh ke belakang.
"Iya, sayang."
Wajah gadis itu jadi memerah karena jawaban dari sang cowok. Menyadari hal itu, cowok itu mendekat dan merangkul pundak gadisnya itu.
"Ciee... Pipi Ara jadi merah," ujar cowok itu dengan kekehan.
"Enggak, pipi Ara merah karena capek lari. Bukan karena Kak Al," jawabnya dengan bibir mengerucut.
Cowok itu tertawa pelan. Sebelah tangannya terulur mengacak puncak kepala gadis itu dengan sayang. Ia sempatkan memberi kecupan di sana.
Wajah gadis itu makin memerah. Degup jantungnya jadi bertambah kala merasakan kecupan itu.
"Aa-ara mau jalan duluan." Tanpa mendapat jawaban, gadis itu sudah melepaskan diri dan berlari duluan.
"Tambah cantik kalo malu gitu," kekeh cowok itu dengan pelan. Ia terus mempercepat langkah, menyusul gadisnya yang berjalan di depan.
Setelah duduk di bangku taman, gadis itu menunggu cowok yang ada di antrian, menunggu giliran memesan ice cream. Ia tunggu dengan senyum lebar.
Terlihat cowok itu berbalik badan dengan dua kotak ice cream di tangan. Gadis itu bertepuk tangan dengan riang. Merasa tidak sabar untuk melahap dan mencicipi ice cream itu.
Sang cowok terus berjalan dengan senyum lebar ke arah gadisnya. Tanpa sengaja, ia kesandung batu dan alhasil terjatuh. Dua kotak ice cream terlempar ke tanah.
"Kak Al..." pekik gadis itu dengan suara bergetar. Ia segera bangkit dan menyusul cowok itu dengan mata berkaca-kaca.
Cowok itu segera duduk dan menepuk celana di bagian lutut yang sedikit kotor. Ia menengadah kala mendengar suara isakan.
"Kok nangis? Kita beli lagi." Cowok itu segera bangkit berdiri dan membawa gadis itu ke dalam pelukan.
"Aa-ara enggak mau es krim lagi... Ara enggak mau Kak Al jatuh," ujarnya dengan suara terbata dan bergetar.
"Kak Al gak papa, kok. Jangan nangis, ya." Cowok itu mempererat pelukan, dengan sebelah tangan mengusap bahu gadis itu.
"Ayo, ke kursi." Cowok itu membawa gadisnya duduk kembali.
"Maafin, Kak Al, ya? Karena Kak Al, Ara enggak jadi makan es krim," ucap cowok itu dengan rasa bersalah.
"Kak Al enggak perlu minta maaf. Ara gak papa kalo enggak makan es krim, tapi Ara gamau Kak Al jatuh, hiks..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara Bianchi (TERBIT)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan kucing. Seperti boneka kucing. Hidupnya yang awalnya sempurna jadi berubah drastis sejak ia kehilan...