Megan memasukan buku tulisnya serta buku paket ke dalam tas. Matanya melihat tas Ardhan yang masih bertengker di bangku, dan buku-buku yang masih berserakan di atas meja. Dia melihat keluar kelas, mencari temannya yang tadi bilang ingin ke toilet tapi sampai sekarang belum datang. Megan menyampirkan tasnya di punggung, kakinya mulai melangkah keluar kelas. Dia ingin mencari Ardhan ke toilet.
Bibirnya bersiul riang, pikirannya melayang dimana kemarin sore di sekolah.
Ardhan menunggu Megan yang sedang mengganti baju sekolah. Hari ini ada pertandingan futsal dari berbagai kelas. Dan kini giliran kelas mereka yang akan bertanding.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Megan yang sudah memakai baju futsal, menenteng tas gendongnya dengan rambut yang sedikit berantakan. Melihat penampilan Megan membuat lelaki eksotis itu tertawa pelan, merasa lucu dengan rambut berantakannya Megan.
Megan duduk disamping Ardhan, mengambil sepatunya dan di masukannya kedalam tas.
"Kenapa?" Tanyanya heran.
Ardhan berdiri dari duduknya dan berdiri tepat didepan Megan. Tangan itu terulur untuk mengusap surai rambut hitam itu.
"Rambut lo berantakan." Jawabnya dengan fokus merapihkan rambut hitam itu.
Megan perlahan tersenyum manis, dia menoleh kesamping kanan dan kiri untuk memastikan hanya ada mereka berdua. Dikiranya aman, dengan jailnya Megan memeluk pinggang Ardhan. Menariknya tubuh pria itu untuk lebih mempermudah membenamkan wajahnya di perutnya.
"Ish lo ngapain?!" Jengit Ardhan, dia segera menoleh kesana-kemari takut ada orang yang melihat mereka.
"Tenang aja lagi sepi." Gumamnya yang masih asik menghirup aroma milik Ardhan. Tangan kekar itu mentaut di belakang punggungnya Ardhan.
Ardhan terdiam, menatap puncak rambut itu. Dengan ragu tapi mau, tangannya mengusap rambut Megan. Mengelusnya perlahan nan lembut. Megan mendongak dan menampilkan senyuman lebarnya.
"Doain gue ya biar menang."
"Gue pasti doain lo lah, masa ga." Ardhan menangkup kedua pipi Megan.
"Kalo gue menang, nanti gue kasih lo hadiah."
Ardhan menyerenyit heran. "Harusnya gue yang kasih lo hadiah, tapi ga apa-apa deh hehehe."
Megan mencubit pipi itu dengan gemas.
"Hadiahnya apa?"
"Rahasialah masa di kasih tau sekarang."
Ardhan merenggut, dia menjauhkan tubuhnya. Kini gantian Megan yang merenggut. "Kenapa ngejauh sih."
"Takut ada orang yang liat oon."
"Dah lo sana! Keburu tanding." Lanjutnya seraya merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang berdering.
"Iya-iya. Gue duluan ya, awas jangan sampe ga nonton." Megan segera berdiri dari duduknya dan menyampirkan tas gendongnya.
"Iya ya ampun, gue mau ngangkat telpon dari Karissa dulu."
Megan mengela nafas pelan, kemudian dia pergi meninggalkan Ardhan yang telah menerima panggilan itu.
Namun lamunannya buyar ketika melihat Ardhan yang sedang bercumbu mesra dengan Karissa. Mata sipitnya membulat, bahkan bibirnya terbuka. Rasa nyeri yang menyerang hatinya tiba-tiba hadir membuat tubuh Megan terpaku menyaksikan ciuman itu. Kakinya tertatih untuk mundur, dengan sekuat tenaga dia segera membalikan tubuhnya. Melangkah cepat untuk menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗥𝗢𝗠𝗔𝗡𝗖𝗘 ? (𝗠𝗘𝗚𝗔𝗡 𝗫 𝗔𝗥𝗗𝗛𝗔𝗡) 𝗦𝗘𝗟𝗘𝗦𝗔𝗜
Teen Fiction❛❛𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐮𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐩𝐮𝐧. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐘𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚...