Ardhan keluar dari kamar mandi seraya mengusak rambutnya yang basah, dia merasa heran ketika melihat Megan yang masih tertidur pulas. Kemudian matanya menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukan pukul 6.30 . Kepalanya menggeleng pelan melihat Megan yang begitu malas.
"Tapi kok tumben." Gumamnya dengan menghampiri lelaki tinggi itu.
"Gan bangun, udah siang! Nanti kita terlambat ke sekolah." Ujarnya dengan memukul pelan tubuh itu dengan handuk.
Tidak ada perubahan, Megan masih tertidur pulas.
"Astagaaaa kebo!!! BANGUN GA Eeehh—" Ardhan terkejut ketika memegang tangan Megan yang panas. Dia segera memegang dahinya.
"Ya ampun lo demam?!"
"Astagaaa, gimana nih?" Ardhan kalang kabut, dia mondar-mandir untuk berpikir.
"Kompres!" Ujarnya dengan sedikit teriak, merasa kesal dengan dirinya sendiri yang begitu telat mikir. Dia masuk kembali ke kamar mandi, membuka kran, membasahi handuk dan memerasnya sedikit. Setelah menurutnya telah siap, dia kembali menghampiri Megan yang kini telah membuka matanya dengan sayu.
"Megan?" Tanya Ardhan seraya menaruh handuk kecil itu di dahinya.
"Te-tenggorokan gue kering banget." Ujar Megan dengan suara serak.
Ardhan mengambil air minum yang memang selalu tersedia di nakas meja. Megan mencoba untuk duduk dan mengambil gelasnya. Dia minum dengan rakus sampai air bening itu tandas.
Ardhan duduk dipinggir kasur, tangannya menggenggam jemari Megan yang panas "Ko bisa demam?" Tanya Ardhan dengan lirih.
Megan mengela nafas, dia membalas menggenggam tangan Ardhan. "Sebenernya gue udah ngerasa ga enak badan dari kemarin tapi gue kira ga bakal demam."
Ardhan memukul paha itu "Bandel banget sih, kalo udah ngerasa ga enak badan tuh ya langsung minum obat. Padahal lo selalu siap siaga sama obat-obatan."
"Maaf, gue ga tau bakal sakit sayang."
"Akhhh. Sakittt." Megan mengeluh ketika pahanya di cubit kencang oleh Ardhan.
"Lagi sakit masih aja godain gue." Kesalnya dengan malu.
"Sakit sama godain kamu ga ada hubungannya."
"Idih kamu. Aku-kamu nih ceritanya." Ardhan menatap aneh pada lelaki yang terlihat lesu itu.
"Coba yuk. Kita coba buat aku-kamu, mau ga?"
Ardhan mencoba berpikir "Hmmm, oke siapa takut."
Megan tersenyum namun tidak lama dia terbatuk, tenggorokannya kembali sakit. Dan kepalanya mulai terasa pening "Kepala aku sakit banget."
"A-aku pesenin bubur ya, abis itu minum obat. Aku juga bakal izin ga masuk sekolah buat ngurus kamu disini." Ujarnya dengan canggung. Merasa aneh dengan kata-katanya.
Megan tersenyum lembut, dia kembali berbaring seraya menutupi dirinya dengan selimut.
***
Ardhan membawa semangkuk bubur, obat pereda panas dan batuk. Di taruhnya diatas meja nakas. Ardhan membangunkan Megan, mengelus tangan besar itu dengan lembut.
"Gan? Bangun, makan dulu abis itu minum obat terus boleh tidur lagi."
Megan bangun, dia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Sedangkan Ardhan mengaduk buburnya.
"Aaaaa."
Megan membuka mulutnya, dan menerima bubur ayamnya. Mengunyah dengan pelan, bola mata hitamnya terus memperhatikan Ardhan yang begitu telaten mengaduk buburnya. Bibir pucatnya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗥𝗢𝗠𝗔𝗡𝗖𝗘 ? (𝗠𝗘𝗚𝗔𝗡 𝗫 𝗔𝗥𝗗𝗛𝗔𝗡) 𝗦𝗘𝗟𝗘𝗦𝗔𝗜
Teen Fiction❛❛𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐮𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐩𝐮𝐧. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐘𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚...