Air dari langit langsung menyapa bumi tanpa permisi membuat orang-orang yang berlalu lalang segera mencari tempat teduh. Seperti mereka, kedua lelaki yang mempunyai benang merah tak kasat mata itu meneduh di halte bus.
Ardhan mengusap rambutnya yang agak basah, hawa angin yang mulai dingin mulai menyapa tubuhnya, dalam hatinya mulai merutuki kebodohannya karena tidak membawa jaket. Tangan besar itu memeluk tubuhnya sendiri.
Megan adalah laki-laki yang peka apalagi kepada seseorang yang dia sayangi. Tangannya segera membuka jaket kulitnya dan dipasangkannya pada Ardhan.
"Eeh— Lo, lo yang pakelah masa ngasih ke gue." Ujarnya agak terkejut dengan perlakuan Megan yang selalu seenaknya dan tentunya membuat jantungnya tak karuan.
"Kedinginan gini, mana tega gue ngeliat lo kedinginan." Jawabnya tanpa melihat wajah Ardhan, dia sibuk menyeleting jaket kulitnya.
Ardhan mengulum bibirnya yang hampir tersenyum lebar, dia mendongkak dan menatap Megan yang sekarang telah menatapnya "Makasih ya."
"Imbalannya kiss ya?" Bisiknya.
Ardhan memukul dada bidang Megan. Megan memperhatikan jemari Ardhan yang begitu tenggelam di jaket miliknya. Tangan itu mengambil pergelangan tangan Ardhan.
"Mungil banget, kaya tangan bayi." Ujarnya dengan mengejek namun ada senyuman manis disana. Jemarinya mengambil tangan Ardhan dan mentautkannya.
"Dingin banget tangan lo." Lanjutnya dan mencoba meremas genggaman itu.
Ardhan menunduk, mencoba menangkan hatinya yang semakin berdetak kencang. Sialan Megan mau bikin gue sakit jantung apa gimana sihhhh? batinnya teriak.
Megan menoleh kekanan dan kirinya yang terlihat sepi, cuma ada beberapa kendaraan yang melintas. Dengan cepat dia menarik tubuh Ardhan untuk segera dipeluknya. Tangan besar itu mengusap rambut kepala Ardhan dengan lembut.
"Dan?"
"Hm?" Gumamnya yang menikmati aroma di dada bidang itu.
"Kalo gue pergi, lo bakal nyari ga?"
"Mau pergi kemana?" Kini Ardhan mendongkak, menatap iris mata yang terlihat sayu itu.
"Ninggalin lo."
Ardhan membulatkan matanya, "Lo mau kemanaaaa? Jangan ngomong aneh-aneh." Ardhan mulai mencoba melepaskan pelukannya namun ditahan oleh Megan.
"Seumpama, seumpamaaa. Diem-diem duluu." Megan mengeratkan pelukannya supaya Ardhan tidak bisa lepas darinya.
"Bercanda sayang." Bisiknya tepat ditelinga yang terdapat anting kecil itu.
Blush—
Wajah Ardhan memerah sempurna, kini hawa dingin yang dirasakannya lenyap seketika terganti oleh hawa panas yang membuat keringatnya mulai bermunculan.
"Anjing lo ye, jangan bikin gue salting dong bangsat." Dia segera menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, seraya semakin membenamkan wajah itu didada bidang Megan.
Megan terkekeh, dia kembali mengusap rambut Ardhan dengan lembut.
"Habis ujannya reda beli bubur bandung yuk?"
Ardhan mengangguk, dia menjauhkan tangannya dari wajahnya dan sekarang lebih memilih untuk memeluk tubuh Megan.
"Sama pengen bubur kacang ijo dicampur roti, pasti enak banget."
Megan tersenyum lebar "Makan buburnya setengah porsi biar ga kekenyangan perutnya."
"Okeee."
Megan mengecup kening itu dengan penuh rasa sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗥𝗢𝗠𝗔𝗡𝗖𝗘 ? (𝗠𝗘𝗚𝗔𝗡 𝗫 𝗔𝗥𝗗𝗛𝗔𝗡) 𝗦𝗘𝗟𝗘𝗦𝗔𝗜
Teen Fiction❛❛𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐮𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐩𝐮𝐧. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐘𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚...