Pagi itu Megan bangun lebih dulu, dia mematikan alarm di nakas meja. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, menguap lebar dan mengusap matanya yang lengket. Kemudian dia menoleh ke sampingnya, melihat Ardhan yang masih tertidur pulas. Posisi lelaki manis itu begitu menggemaskan, memeluk guling dengan bibir yang terbuka menampilkan sedikit gigi kelincinya.
Megan tersenyum lembut, tangannya terulur untuk mengusap rambut Ardhan yang berantakan. Usapannya beralih untuk mengusap pipi Ardhan.
"Sorry udah buat lo ngamuk semalem. Dipikir-pikir gue ga pantes buat cemburu sama lo, karena gue bukan siapa-siapa. Gue cuma orang yang lagi merasakan jatuh cinta, jadi jatohnya sensitif, sorry ya Dan." Bisiknya dengan tatapan yang nanar.
Megan mendekati wajah Ardhan, mengecup kening dan pipinya dengan lembut.
"Gue juga sayang banget sama lo, naik level sih. Gue cinta sama lo, walaupun pada akhirnya gue bakal pendem perasaan gue." Megan mengulum bibirnya, merasa aneh mengungkapkan cinta untuk sahabatnya sendiri.
Megan segera bangkit dari kasurnya, mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, kakinya melangkah menuju dapur niatnya mau bikin sarapan telur dadar buat dia dan juga Ardhan. Namun dahinya menyerenyit melihat bahan-bahan yang sudah di keluarkan dan berserakan di atas meja. Dia mengambil daun bawang yang layu.
"Ardhan mau masak tapi ga jadi apa gimana dah?" Gumamnya. Dia menggeleng pelan dengan tingkah lakunya Ardhan, tangannya mulai membereskan daun bawang yang telah layu dan potongan-potongan bumbu dapur lainnya. Sekiranya tidak terlalu berantakan, Megan mulai memasak.
Aroma masakan ternyata nyampe sampai kamar, lelaki manis itu terbangun menghirup aroma dengan dalam. "Buset wangi banget." Gumamnya dengan mata yang masih setengah terbuka. Ardhan segera bangkit dari kasurnya dan menuju kamar mandi, mencuci muka seraya menggosok gigi. Catet, mandi pagi ga ada di list utamanya kalau dihari minggu.
Ardhan melihat Megan yang sedang berkutat dengan wajan, dia tersenyum simpul. Dengan perlahan kakinya melangkah mendekati lelaki yang sedang memakai apron hitam itu.
"Pagi."
Megan tersentak, dia segera menoleh kebelakang. Wajahnya terlihat lucu karena terkejut membuat Ardhan terbahak dibuatnya.
"Jelek banget lo." Ardhan memegangi perutnya karena geli.
"Rese lo. Ngagetin aja." Keluhnya dan kembali fokus untuk mengaduk nasi gorengnya.
Ardhan menjijit pelan, melihat menampakan nasi goreng dari belakang bahunya Megan.
"Tumben nasgor, biasanya dadar telor." Ujar Ardhan.
"Lo kan sukanya nasgor, jadi gue buatin nasgor sekalian nambah skill masak gue." Jawabnya dengan bangga.
Ardhan menggigit bibir bawahnya, melihat mood Megan yang telah membaik sepertinya tidak masalah untuk mencoba bertanya.
"Gan?"
"Hm?"
"Semalem lo kemana? Kenapa lo minum? Terus ada masalah apa sampe lo berubah banget, lo ga pernah uri—"
Megan menghentakan wajannya membuat Ardhan tersentak. Bahkan bola mata Ardhan membulat melihat Megan yang menatapnya dengan tajam. "Kalo mau nanya itu satu-satu jangan beruntun udah kaya kereta api aja." Megan mengambil piring dan mulai menuangkan nasgor ke piring bening itu.
"Hehehe maaf, gue kan emang gini cerewet." Ringisnya seraya mengusap tengkuknya.
"Semalem gue pergi ke temen masa kecil gue terus di ajakin minum."
"Udah gitu doang?"
"Emangnya lo mau jawaban gimana lagi?"
"Soal lo yang marah-marah kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗥𝗢𝗠𝗔𝗡𝗖𝗘 ? (𝗠𝗘𝗚𝗔𝗡 𝗫 𝗔𝗥𝗗𝗛𝗔𝗡) 𝗦𝗘𝗟𝗘𝗦𝗔𝗜
Teen Fiction❛❛𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐮𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐩𝐮𝐧. 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐘𝐚 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞. 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐫𝐨𝐦𝐚...