52.집에서(at home)

7.8K 550 59
                                    

Menyaksikan kematian di depan mata berpengaruh besar terhadap orang yang mengalaminya. Kini kondisi Shia kembali down setelah kejadian siang tadi menimpa dirinya. Bayangan bagaimana ledakan hebat itu terjadi serta namja kecil yang meninggal di gendongannya, berputar seperti movie horor dalam pikirannya.

Jungkook begitu khawatir melihat istrinya yang tidak mau berbicara sejak tadi. Jungkook juga sudah mendatangkan dokter untuk memeriksa keadaan Shia. Pintu kamar yang di tempati Shia tertutup rapat, jungkook tidak keluar dari kamar Shia meski handphonenya terus berdering karena Saeri selalu menghubunginya supaya keluar.

Makanan yang sudah di siapkan maid dan susu hamil tidak di sentuh shia sama sekali. Beberapa kali jungkook membujuknya supaya makanan namun tetap tidak di gubris.

"Sayang, makanlah makananmu supaya bisa minum obat" jungkook ikut berbaring di sebelah shia, menarik pinggang istrinya supaya dekat dengannya.

"Aku tidak bisa makan. Bayangan darah itu membuatku tidak nyaman" jungkook ingat kalau Shia takut darah. Pasti Shia merasa sangat tidak nyaman.

"Tapi jika kau tidak makan, bagaimana caranya minum obat? Perutmu masih kosong"

"Biarkan saja"

"Pikirkan juga baby Jeon sayang. Dia pasti lapar"

Shia akhirnya ingat jika di dalam rahimnya ada nyawa yang harus ia jaga. Tidak terasa bulir bening kembali keluar dari matanya, bahunya bergetar dan isakan tangis ia keluarkan. Menyadari istrinya menangis, jungkook merengkuh tubuh lemah sang istri ke dalam pelukannya. Mengelus lembut surai sang istri berharap itu bisa meredakan tangisannya.

"Aku hampir mati oppa.. aku dan baby Jeon hampir mati"

Jungkook mendekap wajah Shia ke dada bidangnya, "sekarang kau sudah aman sayang. Aku tidak akan membiarkan mu terluka"

Supaya tangisan Shia berhenti, jungkook menyanyikan lagu yang berjudul euphoria. Bernyanyi dengan tangan masih tetap mengelus surai sang istri, jungkook berhasil meredakan Isak tangis Shia. Kendati tidak ada pergerakan dari sang istri dan merasakan hembusan nafas istrinya teratur.

"Sayang kamu tidur?" ..

Panggilannya tidak di jawab Shia. sedikit menunduk melihat wajah sang istri yang masih setia mendekap di dadanya, Jungkook menarik senyum sendu akhirnya Shia bisa tidur meski perut nya masih kosong. Melihat jam dinding yang menggantung di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ini sudah larut.

Lama jungkook tetap pada posisi seperti itu supaya Shia tidur nyenyak. Handphone miliknya yang ia letakkan di atas nakas bergetar menandakan ada satu pesan masuk. Jika sudah mendapatkan pesan, jungkook yakin itu pesan penting. Berusaha ia menggapai handphonenya dan berhasil. Ia mendapatkan pesan dari kakak sepupunya, Jeon Seokjin.

"Aku sudah menyeledikinya dengan Song Joong Ki. Pelakunya bukan Jae Min"

Alis jungkook bertaut melihat isi pesan dari seokjin. Berselang satu menit ia kembali mendapatkan pesan.

"Anak buah Jae Min yang mengikuti shia ikut menjadi korban ledakan bom itu. Jadi kau harus berhati-hati tidak hanya Jae Min yang mengincar istrimu"

Kenapa masalahnya semakin bertambah? Bantuan yang ia dapatkan semakin banyak, tapi ancaman yang ia dan istrinya dapatkan semakin banyak juga.

🐻🐻

Entah alarm siapa yang berbunyi. Suaranya cukup keras namun tidak membangunkan suami istri yang masih tidur pulas di balik selimut tebal yang menyelimuti tubuh mereka. Sinar matahari mengintip dari balik gorden yang bergerak di terpa angin. Sinar matahari menggelitik kelopak mata Shia. Perlahan-lahan shia membuka matanya dan melenguh sebab ia masih mengantuk namun tidurnya sudah di ganggu.

BRAVE HEART [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang