"Aku akan memulai kembali
awal cerita dimana kita
pertama kali bertemu.
Jangan terlalu takut atau frustasi,
bagiku pertemuan kita
di masa lalu adalah
hal yang paling indah."....
****
(21 Februari - London)
Hari ini sesungguhnya adalah hari yang spesial.
Sudah delapan tahun berlalu sejak kelulusan Athena Senior High School angkatan ke-97.
Sekian tahun berganti tentu saja tidak hanya umur yang bertambah tetapi juga pengalaman sekaligus kisah dari pekerjaan masing-masing.
Ada banyak dari mereka sudah mewarisi perusahaan turun temurun, ada juga yang menjadi pegawai negeri seperti guru dan jaksa hingga pekerjaan unik seperti penulis atau barangkali pengangguran, tidak terasa sudah delapan tahun mereka tidak saling melihat.
"Hei! Azura!" panggil seorang wanita berwajah cantik berambut pirang-baru saja datang-saat menemukan sang teman akrab sedang menyendiri, meminum jus.
Dari ruangan luas dengan dinding dan lantai berwarna cokelat karamel, tempat reuni indoor yang mereka sewa memiliki ruangan pribadi mungkin hanya Azura yang paling senang menyendiri, padahal semua orang heboh saling mengingat kenangan masa-masa sekolah diselingi pamer harta.
"Zoe, bagaimana kabarmu?" tanya wanita itu seraya tersenyum tipis, masih canggung dan kaku seperti dulu.
"Kabarku baik-baik saja, oh, kudengar sekarang kau sudah menjadi novelis! Aku membaca beberapa bukumu, astaga ... kudengar film berjudul Black Phantom yang baru-baru ini tayang adalah adaptasi dari novelmu, aku menontonnya di bioskop, ya ampun, aku tidak menyangka kalau kau akan menjadi seperti ini! Kau menjadi seperti ayahmu!"
Zoe tetap heboh dan manis seperti saat sekolah dulu, dia meletakkan gelas berisi alkohol hanya untuk mendekap Azura dengan senang hati, entah dia mabuk atau hanya menjadi lebih liar daripada biasanya.
"Kau tidak minum alkohol?" tanya wanita itu.
Azura menggeleng pelan, "Aku tidak terlalu suka alkohol, lagipula aku harus pergi menemui editor ceritaku setelah acara reuni ini, jadi aku tidak boleh mabuk."
Lupakan tentang alkohol, kebahagiaan mulai memuncak setelah dua orang pria menghampiri mereka, sontak Zoe bersorak keras, heboh, tak menyangka jika dua pria itu akan ikut datang ke acara reunian ini, padahal saat dikabari mereka sibuk urusan masing-masing.
Siapa lagi kalau bukan Hugo dan Albert, teman mereka di kelas.
Dalam hitungan detik Zoe mulai menjabarkan betapa kagetnya dia akan sosok Albert, padahal dulu pria itu adalah ketua kelas yang senang tersenyum lalu berbicara dengan suara lembut seakan dia adalah seekor burung gereja yang lucu tapi sekarang dia menjadi begitu tampan dan keren, seperti habis melewati masa pubertas paling berhasil.
"Aku juga membaca novel Azura, kau membuat karya yang hebat," ucapnya sambil tersenyum tulus.
Dari arah samping Hugo menghentikan seorang pelayan yang menghampiri mereka, dia mulai mengangkat gelas jus seraya tersenyum lebar penuh kegembiraan mewarnai kulit kecokelatannya dengan semburat rona merah, dia mulai menceritakan beberapa hal di masa lalu saat masih menjadi murid sekolah.
Tampaknya dia masih sulit menerima kenyataan kalau dulu dia adalah seorang laki-laki pembuat onar yang senang dihukum oleh guru dan musuh bebuyutan anggota DS.
"Ngomong-ngomong apakah kita juga menyewa tempat pribadi di sebelah sana?" tanya Zoe keheranan tatkala melihat ruang pribadi bertuliskan VIP menjadi tempat Karina bolak-balik masuk.
"Oh, itu ruang yang disewa murid-murid anggota DS, kau ingat 'kan? Mereka sekarang menjadi rekan bisnis, pasti obrolannya sangat rahasia," jawab Hugo seakan tidak terganggu.
Azura diam selama beberapa detik seraya memperhatikan pintu cantik berwarna putih yang tidak cocok dengan warna dinding milik ruang pribadi tersebut, anggota DS ... entah mengapa pikirannya berkecambuk pada seseorang, akankah dia ada di dalam sana?
Jika harus berandai-andai tentu saja Azura berpikir hal itu tidak mungkin, lagipula laki-laki tersebut pergi saat liburan kenaikan kelas tiga, atau lebih tepatnya musim dingin sembilan tahun lalu.
"Ah, aku harus pulang sekarang."
Albert langsung mendongak setelah Azura meneguk habis jus jeruk lalu menarik tas sambil tersenyum lembut, padahal Zoe belum lama datang tetapi dia sudah harus pergi.
"Kenapa buru-buru sekali," keluh wanita itu merasa tidak adil.
"Aku harus menemui editorku, ingat? Dia pasti sudah menunggu lama."
Hugo mengangguk setuju sebagai tanda tidak masalah, berbanding terbalik dengan ekspresi Zoe, padahal setelah reuni ini mereka berempat masih bisa berkumpul lagi jika memiliki waktu laung, lagipula beberapa kali Albert juga pergi makan malam bersama Azura.
Namun sekarang dia tak bisa membuang waktu lebih lama lagi, kakinya melangkah secepat angin malam pada tahun ini.
Albert tersenyum melihat hal itu, senang menyadari bahwa Azura yang pekerja keras serta penuh bakat benar-benar menjadi seindah bunga.
"Halo? Maaf aku tidak sempat mengangkat telfonmu tadi."
Beberapa kendaraan berjalan lewat seakan menemukan tempat tujuan untuk didatangi, ada beberapa pejalan kaki pada musim semi tahun ini namun nyaris seluruh orang punya urusan masing-masing, tidak memiliki ketertarikan pada kehadiran orang asing.
Mungkin seseorang akan sadar mengenai kedatangan seorang pria dengan langkah kaki diiringi oleh mobil mewah sebelah kanan jalan.
Namun Azura terlalu sibuk menelfon sampai kedua telinganya tak mampu mendengar derap langkah siapapun kendati trotoar sudah cukup sepi, dia berhenti perlahan-lahan di pinggiran jalan agar bisa menemukan taxi.
"Maaf, Theo, kau urus dulu bagian itu, aku akan segera ke sana sebentar lagi. Apa? Beberapa adegan harus diubah karena terlalu seram? Astaga, tolong urus mereka sebelum aku datang. Aneh sekali, memang apanya yang seram? Film dengan tema thriller memang harus seperti itu. Kalau terlalu takut harusnya mereka tidak membeli karyaku untuk diadaptasi!"
Tepat setelah panggilan terputus dan belum ada satu menit sejak Azura bernapas lega pada udara yang bebas, kedua matanya berubah menjadi gelap akan sebuah kain misterius bersama bau menyengat yang membuatnya pusing.
Dia jatuh tak sadarkan diri.
Bangkit dari ribuan kunang-kunang halusinasi, sekarang dia berada di tempat asing dengan ranjang empuk nan luas, Azura terperagah lantaran dia tidak tahu situasi macam apa yang tengah terjadi, gelap, kedua matanya ditutup secarik kain hingga seluruh perabotan yang didominasi oleh warna hitam dan silver menjadi tak terlihat.
"Apa ini ...."
Azura panik, dia mencoba bangun dengan kedua tangan dan kaki diikat erat oleh tali ditambah lagi sebuah kain hitam menutup matanya, dia tidak bisa melakukan apapun selain merangkak atau menggeliat seperti ulat, itupun tetap tidak bisa bangkit dari ranjang.
Udara jam tiga malam menyapa diiringi cahaya tipis dari sela-sela ventilasi, seluruh tirai masih ditutup rapat, tempat ini remang-remang tatkala warna hitam dari tirai benar-benar mendorong jauh cahaya dari luar.
Satu-satunya yang dapat Azura rasakan di balik penutup mata hanyalah bau parfum maskulin nan segar berpencar ke seluruh ruangan, semerbak aromatik pohon citrus Bleu De Chanel menjadi salah satu parfum paling tidak asing yang pernah Azura hirup seumur hidupnya.
Ketika langkah kaki terdengar di ruangan sunyi, napas Azura tercekat saat mendengar pintu kamar mandi sebelah dibuka dari dalam, dia menjadi kelu tak mampu bergerak.
"Selamat malam, Darling."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Psycho [feat Yeonjun - TXT]
Teen FictionAzura Canceria seorang gadis yang mengidap anxiety disorder namun harus membuka lembaran baru dengan menerima calon ayah tiri sekaligus calon saudara tiri. Mereka adalah orang-orang baik, akan tetapi sayang, calon saudara tirinya begitu aneh dan tid...