[Bab 18] Waltz With Devil

343 81 15
                                    

"Kenapa kau menundukkankepala di hadapan orang yangsudah menyakitimu?Jangan menjadi begitu lugu danhanya ingin disembuhkan oleh waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau menundukkan
kepala di hadapan orang yang
sudah menyakitimu?
Jangan menjadi begitu lugu dan
hanya ingin disembuhkan oleh waktu.

Rantai tidak akan lepas
kalau kau terus memohon ampun,
hancurkan saja,
hancurkan rantainya dan
lepaskan dirimu, atau aku akan
membunuhnya."

....


****

Bagiku Virgo seperti kembang api, dia menari-nari di atas kepalaku tanpa memandang kondisi, bagaimana tidak? Belakangan ini setiap bertatap muka maka dia akan memasang raut wajah cemberut seperti marah.

Haruskah aku mengajaknya bicara? Atau tidak usah?

Paman Logan kelihatan menyadari situasi kami, terkadang dia akan menarik seutas senyum mencurigakan saat Virgo datang ke ruang makan lalu beralih menatapku, entahlah, mereka berdua sama-sama sulit diterka isi pikirannya.

Di balik jendela atas rutinitas biasa ternyata waktu berjalan begitu cepat, ujian kenaikan kelas akan diadakan dalam beberapa hari lagi meski begitu Virgo sekarang sering keluar dari rumah saat menjelang malam hari.

Entah kemana.

Terus terang saja, aku harus memaksa mulut agar mau bertanya pada Virgo kemana langkahnya akan pergi tetapi lelaki itu terkadang sudah lebih dulu menghilang dari balik pintu.

Jika ada waktu sedikit untuk menjawab maka satu-satunya kalimat yang kudengar adalah ‘main’, padahal Bibi Sienna selalu mengatakan kalau Virgo jarang keluar dari rumah saat malam hari.

Duduk di ruang tengah dengan suara televisi yang menemaniku, siapa sangka jika iklan dari film ayah benar-benar terselip di dalam acara.

“Sebulan lagi ….”

Ayah jarang memberitahuku jika ada buku baru atau adaptasi film yang tayang berdasarkan karyanya, dia hanya akan mengirim pesan sambil berkata kalau dia merindukanku, ingin menghabiskan waktu dengan makan bersama.

Aku tidak tahu akankah kebiasaan buruknya masih ada sampai sekarang, tapi ayah tetap menjadi duda meski beberapa tahun telah berlalu.

Ibu pasti memperingatkan dia dengan keras agar tidak mengungkit buku-buku atau seluruh karyanya padaku, sehingga dia tidak pernah menunjukkan apapun sama sekali.

Seperti orang yang benci pamer.

Lagipula sejak awal ayah bukanlah orang yang senang mengumbar kesuksesan.

I'm Your Psycho [feat Yeonjun - TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang