[Bab 14] Falicity

333 85 13
                                    

"Terlukis jelas di keduamatamu tentang beribupertanyaan terkait perasaanku,berhentilah berbisik 'mengapa'dengan tatapan manis seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terlukis jelas di kedua
matamu tentang beribu
pertanyaan terkait perasaanku,
berhentilah berbisik 'mengapa'
dengan tatapan manis seperti itu.
Aku hanya tidak ingin
menakutimu,
atau aku tidak akan
keluar dari kobaran ini."

.....


****

Meski sempat demam seharian ternyata kondisi Virgo pulih begitu cepat, keesokan pagi hari Minggu dia sudah bisa bertingkah seenaknya seakan tidak terjadi apapun, ditambah lagi tak kudapati suara teriakan sama sekali.

Beriringan dengan semua itu perilakunya menjadi semakin sulit diterka.

Pagi ini setelah bangun tidur, dia mengetuk pintu kamar beberapa kali kemudian memberi buku novel terbaru yang sangat laris di toko padahal sebelumnya dia juga pernah menghadiahkan sepatu dan dress.

Apakah dia merasa sangat berterima kasih atas bantuanku? Tapi entah mengapa tidak terasa seperti itu, dia … hanya berubah, bukan berterima kasih.

“Boleh aku bertanya?”

Virgo mendongak sambil mengusap peluh keringat di sekitar leher, dia menarik napas sehabis lari pagi seakan begitu menikmati keindahan hari ini, bahkan sepatu hitam teman olahraganya masih terpasang begitu rapi, dia tersenyum tipis penuh arti kepadaku.

Ujung rambut setengah basah yang dia usap secara perlahan membuat kesadaranku menghilang selama beberapa detik, lihatlah, Virgo sengaja menunjukkan tatapan seakan dia adalah laki-laki paling tampan di dunia, menjijikan tapi wajahnya memang selalu mampu membuat siapapun salah tingkah.

“Kau ingin tahu sesuatu tentangku?”

Jawablah dengan nada biasa Azura, tahan sedikit rasa sebalmu.

“Apakah tidak boleh? Ya … sejujurnya pertanyaan ini mungkin sedikit sensitif bagimu, tidak apa jika kau tidak ingin ditanyai.”

Virgo berdiri dari kursi santai tempatnya duduk, bersikap cuek pada Paman Sam yang sedang memotong rumput, sambil menimbang-nimbang pelan lelaki itu mengangkat langkah kakinya mendekat, berdiri menjulang tinggi bak menara.

Mengapa aku mulai merasa ada yang aneh?

Maksudku dia seperti ingin menelanku bulat-bulat atau seperti paman-paman cabul yang mencoba mengganggu ketenangan orang lain.

“Satu pertanyaan, satu ciuman. Bagaimana?”

Sudah kuduga.

“Apakah harus seperti ini setiap kali bicara denganmu?” sungutku kesal.

“Haha, jangan salahkan aku, salahkan dirimu sendiri karena selalu menggodaku.”

“Menggodamu? Kapan aku melakukan itu? Apakah kalimat-kalimat penuh amarah serta mengutuk memiliki arti lain bagimu?”

Virgo terkekeh pelan, “Tidak, tapi kau bernapas saja sudah cukup menggodaku.”

“Dasar orang gila, lupakan saja, aku sudah tidak memiliki pertanyaan untukmu.”

Segala rasa penasaran hingga ingin mencari tahu kini lenyap bersama genangan air, robek dan hanyut tak tersisa ditemani setiap ucapan tidak berguna yang meluncur dari bibir seorang Virgo Reeves De Wolf.

Segera kakiku berbalik hendak masuk ke dalam rumah, sepertinya mandi lebih awal dapat menjernihkan pikiran terlebih lagi kita semua ingin pergi.

Akan tetapi tangan Virgo meraih pergelanganku sebelum sempat mengambil sejengkal masuk ke dalam rumah.

“Aku akan memberitahumu semuanya tapi kau juga harus memberitahuku semuanya tentangmu, bukankah itu adil?”

Dia meminta agar setelah akhir dari kegiatan pagi hingga siang nanti dikosongkan, maka dia akan membawaku ke suatu tempat sembari memberitahu apa saja yang sudah terjadi, sebagai gantinya dia juga ingin tahu segala hal tentangku.

Seperti sebuah pertukaran, mungkin Virgo ingin aku membayar atas segala pertanyaan yang mungkin akan menyakitinya dengan beberapa pertanyaan yang mungkin akan menggangguku.

Namun ketika tangannya terangkat dan mengusap pelan pucuk kepala ini, senyuman di bibirnya mengisyaratkan ada begitu banyak rahasia tersimpan.

Entah perasaanku saja atau memang tatapan Virgo terlihat berbeda seiring waktu.

****

Memesan beberapa pakaian resmi dari toko berbeda memang sedikit merepotkan, kami berempat harus mengkonfirmasi setiap pakaian secara terpisah, menentukan tanggal bukanlah hal yang mudah bagi kedua orang tua sibuk bekerja.

Tidak seperti raut wajahku, Virgo mengintari ruangan sambil melihat-lihat busana pengantin begitu santai, terkadang dia akan tersenyum tipis lalu membelai setiap kain sutra di dekatnya, menunggu Ibu selesai mencoba gaun bersamaku dan Paman Logan.

Ternyata sedikit membosankan meski rasa penasaranku pada gaun-gaun juga sama seperti Virgo, akhirnya kedua kaki ini menegak dan memilih untuk mengamati satu persatu pajangan sembari membunuh rasa bosan.

Paman Logan duduk tenang melihat ke arah ruang sebelah, dia seperti tidak sabar menanti hasil gaunnya, padahal aku yakin dia sudah pernah melihat.

Maklum saja, kali ini Ibu akan mencoba gaun sekaligus seluruh riasan rambut, lengkap, tidak seperti awal yang hanya memakai gaun sebentar saja.

“Aku rasa gaun itu cocok untukmu.”

Bulu kudukku meremang tidak karuan saat mendengar suara Virgo berbisik pelan ke telinga kiriku, suaranya sangat dekat seperti menggema dalam kepala, sontak kaki ini menjauh selangkah dan melotot kesal.

Lelaki itu tersenyum, menyentuh gaun yang sempat kupegang.

“Kau pasti cantik sekali kalau memakai gaun ini, benar ‘kan?”

“Siapapun akan terlihat cantik saat memakai gaun pernikahan.”

“Kira-kira kapan kau bisa memakai gaun seperti ini untukku?”

Apa-apaan orang aneh ini.

“Terserah kau saja,” jawabku tanpa merasa tertarik sama sekali, benar-benar memutar langkah agar segera menjauh.

Namun Virgo mengikuti kemana kakiku pergi seperti seorang penguntit, tanpa sadar mulutku mendecak kesal berbalik setengah menghentakkan kaki, lelaki itu benar-benar berada tepat di belakangku sambil menatap begitu dalam.

Alih-alih untuk segera pergi sepasang bola mataku justru ragu-ragu mengarah pada kedua matanya, benar, dugaanku tidak salah, Virgo berbeda dari hari-hari lalu seperti ada yang salah dengan dirinya.

“Seram sekali, mengapa kau tidak berkedip?” ujarku.

“Aku akan kehilangan durasi untuk melihat wajahmu.”

“Astaga, terserah kau saja, teruslah bertingkah menyebalkan tapi tolong jangan menggangguku.”

Virgo terkekeh, dia lagi-lagi mengusap kepalaku dengan pelan sebelum berlalu menghampiri Paman Logan sedangkan aku membeku, tentu saja, belakangan ini dia bersikap jauh lebih tidak masuk akal daripada sebelumnya.

Kira-kira apa yang salah pada Virgo?






TBC

I'm Your Psycho [feat Yeonjun - TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang