27.《 Sulit untuk berhenti 》

55 4 0
                                    

Untuk sekedar melupakanmu
saja aku tidak ingin.
Apalagi memberi jarak antara
aku dengan kamu.

-Auristesya-

***

"Kak Rey, berenti Kak!" Tesya menarik Reyhan. Membuat Reyhan menghentikan aksinya itu.

Lensi dengan cepat mendorong Tesya lalu mendekati Marvin. Reyhan menatap Marvin tajam begitu pula dengan Marvin.

"Kak Rey, udah. Luka lo tambah parah," ucap Tesya.

"Kak Marvin gak papa kan? Ma-maaf buat kalian bertengkar."

"I don't understand you! stay away from me, jangan bersikap seolah lo baik." Marvin menatap tajam Tesya.

"Kak ak-"

"Gue muak denger kalimat lo." kata yang terucap tenang namun sangat menyakitinya.

Lensi tersenyum di samping Marvin. Kali ini Tesya benar-benar tidak tahan, air matanya seakan ingin keluar.

"Jaga mulut lo atau-"

Marvin tersenyum sinis.

"Atau apa?" tanyanya pada Reyhan.

"Jaga pacar lo, biar emosinya gak buat orang lain babak belur," lanjutnya.

Bugh!

"Kak Rey, stop!" Tesya menarik Reyhan.

"Kak tapi aku tadi cuma obatin lukanya Kak Reyhan," jelas Tesya untuk kesekian kalinya kali ini matanya sudah berkaca-kaca.

"You are a very bad girl! Look, stay away from me, do you understand?"

Tesya menelan ludahnya susah payah, kalimat itu lagi. Air matanya turun tanpa ia sadari, mulutnya sudah tak bisa berkata lagi.

"Vin ayo kita pulang," ajak Lensi sambil memegang tangan Marvin.

Marvin masih menatap Tesya yang menangis dengan tatapan sulit dijelaskan.

"Aku obatin di rumah aja sekalian aku masakin makanan kesukaan kamu." Lensi kembali berucap kini dengan senyum dan tubuh semakin mendekat pada Marvin.

Tesya menahan isakannya, bahkan Marvin diam saja saat Lensi bertingkah seperti itu. Apa dia yang sala?

"Kak apa aku yang sa-salah? Dan Lensi yang benar?" tanyanya dengan isakan tertahan.

"Ayo balik kelas lo, pulang sekolah nanti gue antar." Reyhan menyadarkan Tesya bahwa gadis itu masih ada kelas.

"Vin ayo pulang." Lensi menyenderkan kepalanya dibahu Marvin.

"Aku gerah banget liatin cewek murahan kaya dia," tunjuknya tepat ke wajah Tesya.

Marvin menjauhkan tangan itu dari Tesya, menatap matanya beberapa detik lalu, "Ayo."

Kenyataannya detelah menjauhkan tangan itu dari wajahnya Marvin malah menggenggam tangan Lensi lalu berjalan keluar diikuti Rio dibelakangnya.

Tesya tersenyum getir, dia bodoh berharap Marvin menyingkarkan tunjukan itu karna ia merasa peduli. Bahkan dia mulai merasa lagi tidak pantas untuk Marvin.

Raka terdiam di tempatnya masih menatap Tesya yang keadaannya tidak baik-baik saja.

Ia menepuk bahu Tesya, menyadarkan gadis itu. Raka tersenyum sambil memundurkan tubuhnya.

"Maafin temen gue. Jangan dipikirin ucapannya."

***

Marvin mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, meluapkan semua emosinya yang benar-benar sudah ingin meledak. Berkebut-kebutan di jalan raya menjadi pilihannya dari pada harus memukuli orang lain sebagai pelampiasan.

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang