12- 《Fisika dan Tesya!》

141 58 8
                                    

"Gue ga jahat, niat gue baik. Yaitu menghapus harapan.  Yang mustahil untuk gue balas."

-Marvin adrean-

***

Jam pulang sudah berlalu sejak 20 menit yang lalu, namun koridor dan beberapa ruang sekretariat eskul masih di penuhi siswa-siswi Garsa termasuk dirinya.

Hari ini dia terpaksa harus menyempatkan diri berkunjung ke perpustakaan, untuk meminjam dan membaca beberapa buku disana. Alasan yang mungkin terdengar klasik, tapi itulah fakta sebenarnya.

Hari ini ia lupa mengerjakan tugas sekolah, ya alhasil dia harus rela mendapat hukuman. Hukuman mengerjakan lebih banyak tugas dari pada teman-temannya.

Dengan keringanan waktu sampai hari esok. Ini benar-benar sangat menyebalkan, Marvin bukannya bodoh dalam soal fisika. Dia memang tidak terlalu pintar dalam pelajaran itu, tapi setidaknya ia paham dan mengerti. Sebenarnya ia meringis melihat soal-soal dan rumus yang berderet disana. Terlalu banyak itulah yang menjadi alasannya.

Soal-soalnya memang sudah ia pelajari tapi jika soalnya sebanyak ini mana mungkin bisa ia menyelesaikannya dalam waktu setengah hari.

Siapa yang akan membantunya, Rio teman sebangkunya? Ah tidak mungkin, bahkan otaknya lebih parah dari dirinya. Oh mungkin Raka, otaknya lebih baik dari Rio.

MarvinAndrean:
Rak, lo dimana?

RakaAnggara:
Dirumah, kenapa?

MarvinAndrean:
Lo jangan kemana-mana,
30 menit lagi gue kerumah lo.

RakaAnggara:
Yaudah gue tungguin,
Cepetan gue mu pergi.

Marvin memasukan kembali ponselnya lalu mengambil buku yang menurutnya penting.

Sebanyak ini? Gak mungkin gue baca semua.

"Bodo amat, gue pinjem aja dulu abis atau enggak gue ga peduli," ucapnya tak mau ambil pusing sambil mengambil buku-buku dirak perpustakaan.

Brakk!

Marvin menutup kedua matanya bersamaan dengan buku-bukunya yang terjatuh tak berdosa dilantai.

Sangat ceroboh, Marvin tidak bergeming sedikitpun dia hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar rahangnya mengatup rapat menggambarkan amarah yang terpendam.

Baru saja dia ingin membalikkan tubuhnya tapi orang dibelakangnya, malah ngomel-ngomel tak jelas seakan yang bersalah disini adalah Marvin.

"Ngapain sih lo diem disitu? gue-kan mau lewat, minggir dikit dong badan lo ngalangin!" ucap cewek itu sewot.

"Lo punya telinga ga sih? minggir sekalin tu pungut buku lo!" Ucapnya dengan nada suara sedikit kencang.

Berisik! Gak tau apa ini perpustakaan.

Itulah yang terucap dalam hatinya, saat gadis dibelakangnya mengomel.

"Lo kalo diajak ngomong tu liat ke orangnya, tau sopan santun ga si? malah balik badan gitu ihh serah lo deh, lembek banget kek gini aja harus gue yang beresin, minggir nih lo liatin gue gini nih cara ambil buku dibawah tu liat nih nih nih," ucap cewek yang rambutnya dikucir itu, dia berjongkok di depannya sambil memunguti buku-buku yang terjatuh tadi.

"Nih lain kali kalo mau diem tu jangan di tengah ja..." cewek itu menggantung ucapannya dengan wajah sedikit memucat.

"Lan. Kak Ma-Mar-Vin." Susah payah dia menelan salivanya sendiri.

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang