17- 《HARI BARU》

110 11 2
                                    

Detik demi detik terus berlalu meninggalkan jejaknya menjadi menit. Begitulah seterusnya waktu.

Dan didetik inilah aku sadar untuk memulai semuanya dengan lembaran dan hari baru, aku berusaha meraih semuanya tanpa ragu. Dan berharap semuanya bukanlah hal semu.

-Auristesya-

Happyreading!

***

"Jadi lo mau ngomong apa?" Tanya Nastusha to the point.

"Kenapa?" Tanyanya kembali saat melihat wajah cemberut Tesya.

"Lo ga mau basa-basi sama gue? Seengganya lo senyum terus nanya 'udah lama nunggu?' bilang maaf kek gue dari tadi nungguin!" Ucap Tesya bertubi-tubi kesal dengan sifat Nastusha yang acuh seperti itu.

"Lo mau ngomong apa?"

"Ga mau tanya-tanya dulu?"

"Lo kesini mau apa sebenernya?"

Tesya menghentakan kakinya dilantai lalu mengerucutkan bibirnya,"Ya udah oke."

"Gue tau mungkin ini telat banget. Gue mau minta maaf gara-gara lo nolongin gue waktu itu lo jadi dapet skors dari kepsek. Gue bukannya ga mau bantu abisnya gue ga tau lagi harus ngapain. Dan yang terakhir makasi. Makasi karna lo waktu itu gue bisa pulang bareng sama kak Marvin."

"Ohh."

Tesya menganga tak percaya lalu menutup mulutnya, kalimat dari Nastusha mampu membuatnya lemas ditempat.

"Ohh. Doang? Gada tanggapan lain?"

"Iya gapapa dan sama-sama," ucap Nastusha.

"Gue takutnya lo marah sama gue Nas."

"Gue ga marah. Itu pilihan gue buat nolongin lo, lo tenang aja."

Tesya mengangguk semangat akhirnya rasa bersalah yang selama ini mengitarinya terselesaikan juga.

"Nas lo tau ga hubungan kak Marvin sama cewek dikantin tadi?" Tanya Tesya tiba-tiba.

"Ga tau."

"Beneran lo ga tau?"

"Gue ga dikantin tadi siang."

Tesya nyengir tak jelas mengapa pertanyaan sebodoh itu bisa keluar dari mulutnya.

"Lo tau Valensia Defara anak baru kelas 11 IPA 2?"

"Kenapa emang?"

"Dia siapanya kak Marvin?"

"Itu ga penting."

"Bagi gue itu penting dan lo harus jawab."

"Dia temen lama Marvin."

"Terus?"

"Lo kan cuma tanya dia siapanya. Yaudah itu."

Dalam hatinya dia terus menggeram ingin rasanya memukul Nastusha tapi apalah daya sifatnya memang seperti itu.

"Aduh untung gue sabar ya orangnya, tapi lama-lama juga bisa abis lho Sha. Jangan sampe nanti ada baku hantam diantara kita," ucap Tesya tenang namun hatinya benar-benar sudah tak bisa sabar.

Hening itulah yang terjadi beberapa detik setelah Tesya mengatakan itu, susah payah ia telan salivanya. Melihat Nastusha yang duduk tenang namun tatapan dan ekspresi wajahnya begitu tak bersahabat.

"Hehe becanda Nas."

"Oke gini. Gue tanya hubungan mereka dulu dan sekarang itu gimana?"

"Lo tanya aja sama dia."

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang