Usaha dulu, bisa milikin atau enggak
itu urusan belakangan.
Yang penting maju pelan-pelan dari padacuma diem di tempatkan?
***
"Mau kemana?"
Suara yang berhasil membuat Risa dan Tesya bergidik. Risa melirik Tesya di sampingnya lalu menelan ludahnya susah payah, mereka membalikan tubuhnya ke arah suara tersebut.
Oh Shit!
Reyhan, dan beberapa temannya berada tepat di depan mereka. Jujur baik Risa atau pun Tesya tidak pernah bertatapan dengan teman-teman Reyhan sedekat ini.
Kumpulan manusia dengan wajah tampan diatas rata-rata namun sikapnya yamg sangat menganggu. Entah sudah berapa kali Risa melihat beberapa anak ini di hukum di lapangan juga masuk ruang BK.
Tuhan... Ini benar-benar gila tubuhnya seakan kehilangan segala energi, Risa meremas roknya sendiri namun ia tetap berusaha tenang.
Dan Tesya ekspresinya sudah sangat jelas gugup, tubuhnya lemas seketika ia sengaja berdiri lebih belakang dibalik tubuh Risa menghindari segala macam tatapan dari Reyhan dan teman-temannya.
Rencananya untuk kabur sudah gagal berkeping-keping.
"Kita mau pu-pulang," gugup Risa, sialan ia tak pernah merasa segugup ini.
"Siapa Rey?" tanya salah satu teman Reyhan.
"Adek kelas."
"Maksudnya siapa lo bangke!"
"Ya adek kelas," Jawab Reyhan, toh emang bener kan.
"Setan!"
"Adek kelas sekarang gagap semua ya Rey?" tanya salah satu temannya yang lain sambil melirik ke arah Risa.
"Tiap di tanya, di ajak ngobrol gagap. Muka pucet kek liat hantu aja," sambung yang lainnya.
"Miris."
Tesya melirik sekilas ke arah suara itu. Ia baru pertama kali mendengar suaranya. Kakak kelas yang satu ini memang sangat terkenal dingin begitu pula hatinya.
Tesya kembali mengalihkan tatapannya ke arah lain saat Reyhan melihat karahnya. Reyhan berjalan selangkah lebih dekat di depan Risa.
"Gue yang antar temen lo pulang." Suaranya seakan akan menyuruh Risa untuk menuruti ucapannya.
"Ini ceritanya lo nge gebet temen dia?" tanya temannya.
Apa-apaan ini! Tesya di buat gugup setengah mati, pertanyaan-pertanyaan heran dari teman Reyhan membuatnya gugup sekaligus takut, entah ketakutan macam apa tapi jantungnya sekarang memompa sangat cepat.
Dan Risa masih diam otaknya seakan berhenti berpikir, semua kosakata seakan hilang entah kemana. Reyhan melangkah semakin dekat, hingga berhenti 1 langkah lebih dekat lagi dari Risa.
Reyhan berdeham sambil mengeluarkan ponselnya, menggoyangkan ponsel itu di udara lalu menyodorkannya.
"Perlu gue simpan nomor lo, buat kabarin Tesya udah gue antar pulang dengan selamat?"
"Anjing! Lo Seriusan naksir temennya?" tanya temannya heboh.
"Gak boleh ngomong kasar depan calon pacar gue," ucapnya menepuk bahu teman di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTESYA
Dla nastolatków[REVISI SETELAH TAMAT] "Sya kayanya lo harus rubah strategi deh, kejar dia secara blak-blakkan. Ngejar dia secara elegant ga jamin lo dapetin dia" *** "Pokoknya kak marvin harus jadi pacar aku atau suami aku giman...