04- 《Kirain udah cinta aku》

233 79 25
                                    

Sesuatu yang pernah kamu katakan padaku itu sangat indah, membuat aku tak pernah lelah walau aku tau aku selalu kalah.

-AURISTESYA GIANIYA-

***

"Kak Arah rumah aku lurus, bukannya belok kekanan." Tesya mencoba memberitahu Marvin karna Marvin membawa motornya bukan ke arah jalan rumahnya.

Tesya takut batinnya terus bertanya-tanya, apa Marvin mau menyakitinya karna telah mengganggu makan siangnya dikantin?

"Kak ini bukan jalan kerumah aku!" Tesya mengulangi ucapannya dan mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Marvin.

"MAU BAWA AKU KEMANA SIH!"

Duk!

Hlem mereka bertubrukan, teriakan Tesya membuat Marvin menghentikan laju motornya secara mendadak. Membuat tubuh Tesya semakin dekat dan malah memeluk pinggang Marvin.

"Lepas."

Tesya melepaskan pelukannya dan mundur beberapa centi.

"Ma-maaf, lagian dari tadi aku nanya ga di jawab terus."

"Kita ke rumah sakit."

"Aku ga sakit."

"Tangan lo harus di obatin."

"Anter aku pulang aja."

Tak ada jawaban dari Marvin, dia malah kembali melajukan motornya bahkan arahnya saja masih sama. Tesya hanya menurut saja lagian ini adalah pertama kalinya dia diantar Marvin sebaiknya dia nikmati suasana ini sebelum akhirnya benar-benar pergi.

***

Tesya terus memandang perban ditangan kanannya, senyumnya terukir manis. Dia teringat saat Marvin mengantarkannya pulang. Walau itu cuma sekedar rasa kasihan tapi baginya ini adalah bukti bahwa dia harus tetap memperjuangkan cintanya.

Tesya menyalakan laptopnya melepas semua isi hatinya dengan sebuah ketikan kecil disana.

Ini buktimu....

Ketika hati sudah lelah....
Dan memilih utk menyerah...
Aku lebih baik pasrah...
Dengan aku yg selalu kalah...

Ini adalah sebuah keadaan
Dimana awalnya hanya  kesalah pahaman....

Ini adalah anugerah tuhan
Bahwa bukti selalu ada di tangan

Jangan pernah menyerah karna sebuah
Perkataan.
Karna aku harus berjuang demi tenangnya perasaan.

Bolehkah aku bangkit dengan penuh keyakinan?

-Tesya-

Tesya kembali menutup laptopnya dan membaringkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang tersenyum tipis.

Tok tok tok

Tesya mengerjapkan matanya ketika pintu kamarnya diketuk, dia langsung merubah posisinya menjadi duduk dan menatap pintu kamarnya.

"Masuk aja Ma ga dikunci!"

"Gue Risa bukan Mama lo," ucap Risa setelah membuka pintu lalu kembali menutupnya.

Tesya terkekeh hambar lalu berjalan ke kamar mandinya.

Beberapa menit setelahnya Tesya sudah kembali ketempat tidur lalu meraih bantal sebagai penopang tangannya.

"Gimana tangan lo Sya?" Tanya Risa sambil mengulurkan tas Tesya yang sempat Tesya tinggalkan disekolah.

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang