"Entah dia siapa? Dia hanya gadis biasa
Tapi terimakasih
Karna bersedia menghadirkannya."-Reyhan Deon Akarsa-
***
Laju mobil bewarna hitam berhenti tepat di parkiran rumah sakit, pintu mobil terbuka menampakan cowok berpostur tinggi dengan wajah tampan. Setelah bertanya pada perawat dimana kamar rawat Tesya, cowok itu langsung berjalan menuju kesana.
Ia merogoh saku celananya, saat benda pipih itu bergetar menandakan ada notifikasi masuk. Karna terlalu fokus menatap layar ponselnya ia sampai tak sengaja menabrak seorang wanita paruh baya.
Ia refleks menggenggam ponselnya kuat juga tas kecil di tangan kirinya, takut-takut barang bawaannya jatuh, lalu langsung memasukan ponsel ke sakunya dan menundukan kepalanya sesaat.
"Maaf saya gak sengaja."
Wanita itu menatapnya lalu tersenyum ramah.
"Loh Reyhan?"
Ya, cowok itu adalah Reyhan. Ia terdiam sejenak saat sadar siapa wanita cantik di depannya, ia balas tersenyum dengan wajah bingungnya. Lalu matanya menatap pada lelaki bertubuh tinggi di samping wanita itu, ia jelas kenal siapa dia. Marvin, orang yang tak pernah akur dengan dirinya.
Reyhan menatap Marvin tajam, tangan kanannya mengepal kuat begitu pula dengan deru napasnya yang berubah cepat.
"Ngapain dia disini?"
Pertanyaan yang terus berputar dikepalanya.
"Kamu sakit Rey?" Tanya Wanita itu, raut wajahnya terlihat khawatir.
Reyhan memalingkan wajahnya, menahan emosi juga menenangkan dirinya agar tak lepas kendali.
"Ngga Tante, Rey kesini jengukin Tesya," jawabnya dengan senyum tipis.
"Pasti bukan sekedar temen kan? Reyhan mana mau deket-deket sama cewek kalo bukan sahabat kecil atau cewek spesialnya."
Reyhan terdiam sesaat. Benar, memang benar ia baru sadar kenapa ia harus dekat dengan Tesya? Memangnya siapa dia? Ah tapi akhir-akhir ini ia sangat khawatir dan terus teringat dengan gadis itu.
"Hanya teman Tante."
"Hanya teman," ulang beliau sedikit ragu.
Reyhan mengangguk meyakinkan.
"Oke, satu angkatan juga? Apa kenal juga sama Marvin?"
Mendengar nama Marvin membuat Reyhan berdengus. Ia menatap Marvin yang juga sedang menatapnya, lalu tersenyum miring.
"Dia adik kelas, kenal juga sama anak tante."
"Kamu gak jengukin dia?" Tanya beliau pada anaknya yang tak lain adalah Marvin.
Belum sempat Marvin melontarkan jawabannya Reyhan kembali berucap. Ya, memang sengaja Reyhan tak ingin mendengar apapun dari mulutnya.
"Dia engga deket sama Tesya, hanya sekedar kenal aja Tante."
Reyhan semakin tersenyum sinis, melihat amarah yang seperti ditahan oleh Marvin.
"Oh gitu ya sudah salam ya buat teman kamu."
Reyhan masih menatap Marvin tak bersahabat lalu menoleh dan mengangguk ramah pada Mama Marvin.
"Pasti Reyhan sampaikan, Reyhan Permisi Tante. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
"Lepas! Gue bilang lepas! Ihhh lepasinn!" Kirana menarik tas itu dengan sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTESYA
Ficção Adolescente[REVISI SETELAH TAMAT] "Sya kayanya lo harus rubah strategi deh, kejar dia secara blak-blakkan. Ngejar dia secara elegant ga jamin lo dapetin dia" *** "Pokoknya kak marvin harus jadi pacar aku atau suami aku giman...