11- 《HILANG》

148 60 6
                                    

Jangan seperti pelangi, Yang datang lalu pergi.
Ia indah, namun apa dia berjanji untuk kembali?
Tetap disini denganku, inginku tak banyak, hanya ingin sekedar kau temani.

-Auristesya-

***

Sudah 2 hari Tesya tidak bertemu dengan Marvin, keadaan ini membuat dirinya malas untuk beraktivitas termasuk dalam melaksanakan rutinitas disekolahnya yaitu belajar. Matanya memang terbuka lebar menatap sang guru yang terlihat kabur karna pikiran dan hatinya entah berjalan ke negeri mana.

Teman-teman yang biasanya terlihat bersama Marvinpun seakan bersekongkol untuk tidak menampakan dirinya dihadapan Tesya.

Semua pertanyaan seakan terus berkeliaran dan bertubrukan dipikirannya, tak lain sang pengisi lamunannya itu adalah Marvin. Sosok laki-laki yang saat ini sedang berada diperingkat ke-2 setelah keluarganya. Peringkat ke-2 yang membuatnya semangat dan bahagia ketika hari baru tiba.

Tringg!

Bel pulang berbunyi nyaring, membuatnya sadar dari lamunan yang entah sudah terjadi sejak kapan. Tesya mengerjapkan beberapa kali matanya, tersenyum tipis, lalu bernafas lega.

"Ibu cukupkan pelajaran hari ini. Jangan lupa di kerjakan tugasnya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Bu Reni diakhir mengajarnya, lalu meninggalkan kelas.

Setelah membereskan semua peralatan sekolah yang bercecer dimeja, Tesya buru-buru keluar kelas sambil menarik lengan Kirana, rasanya hari ini dia ingin cepat-cepat membaringkan tubuh di kasur queen size-nya.

"Males banget Sya hari ini?" Tanya Kirana yang sadar akan wajah kusut Tesya.

"Iya nih, gak ada kak Marvin." Tesya mengerucutkan bibirnya.

Kirana langsung merotasikan kedua bola matanya malas," dia lagi, dia lagi. Lo kapan nyadar sih, dia tu jahat sama lo."

"Dia engga jahat Ran, keliatannya doang." Tesya tersenyum walau sebenarnya hatinya terasa sesak.

"Ga jahat tapi kalo ketemu sukanya bikin lo nangis mulu," cibir Kirana.

"Kak Marvin ga sejahat yang lo pikirin."

"Serah lo! Lagian lo kesekolah mau belajar atau deketin kak Marvin sih?"

"Belajar sambil deketin Kak Marvin. Biar sekalian Ran." Tesya tertawa hambar diakhir katanya.

***

Malam ini dikamarnya Tesya mengeluarkan semua kertas-kertas dalam kotak hitam yang berada di dalam laci nakasnya.

Menyesal. Satu kata yang masih Tesya ucapkan. Saat membaca dan mengingatnya, mengenalnya dari orang lain ternyata membuatnya menyesal sampai saat ini.

Orang yang selalu berusaha tetap baik padanya, walau pada kenyataannya sia-sia. Tesya mengabaikan semuanya sampai baru menyesal diakhir pertemuannya tempo lalu.

Senyum tipis terulas indah di bibir Tesya saat dia membaca surat yang sudah lupuk termakan usia itu.

Sudah berulang-ulang kali Tesya membacanya tapi tak pernah ada rasa bosan, baginya surat itu adalah salah satu alasan kembalinya dia ke Jakarta.

Tesya sangat ingin bertemu dengan lelaki itu, lelaki yang selalu menganggap dirinya sendiri seperti udara.

Teruntuk kamu...

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang