28-《 Pengakuan 》

38 4 0
                                    

"Kalo rasa itu bisa di cegah, gue yakin sebagian besar orang akan milih nolak.
Apalagi jatuhnya ke orang yang gak punya rasa yang sama."

-Reyhan Devian Adyatama

***

Bonus fotonya Rey ni!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus fotonya Rey ni!


***

Setelah menyisir ulang rambutnya ia kembali bercermin untuk memastikan penampilannya, oke ini sudah rapi. Dengan terburu Tesya keluar kamarnya, takut Risa atau Kirana menunggu terlalu lama.

Ia sudah sangat tau temannya itu pasti akan mengomel sepanjang hari karna menunggunya. Tesya menuruni anak tangga dengan terburu lalu tepat di anak tangga ke-5 matanya menatap kursi di ruang tamu.

Matanya membulat sempurna, apa ini? Langkah kakinya refleks berhenti. Sial, tepat saat akan kembali ke kamar, Mamanya menatap ke arah Tesya dan sepertinya memang sudah menyadari kehadiran Tesya karna turun dengan tidak santai.

"Sudah siap Sya?" Citra bertanya dengan lembut sambil menyiapkan beberapa piring di meja makan.

Tesya mengerjap beberapa kali masih terpaku pada orang yang duduk di sana.

"U-udah Ma."

"Temen kamu nungguin dari tadi tuh."

Sialan!

Tatapannya bertemu untuk beberapa detik.

"Mama kenapa enggak bilang kalo yang datang bukan Kirana atau Risa?"

Kalo Tesya tau percayalah dirinya akan lebih dulu melarikan diri lewat jendela.

"Kamu enggak tanya, ayo turun lalu sarapan."

Tesya diam membisu tak tau harus berkata apa, tubuhnya diam tanpa pergerakan, beban di kakinya terasa berat untuk sekedar melangkah.

"Turun! Ngalangin lo!"

Tesya tersentak saat suara tak ramah itu menusuk gendang telinganya.

"Cepetan!"

Siapa lagi kalo bukan Kakaknya, Vyda.

"Iya, santai dong."

Tesya berjalan menuruni anak tangga dengan malas menuju meja makan tanpa ingin menyapa sedikitpun pada orang disana.

Setelah duduk di kursi makan pikirannya masih tak tenang ia membatin.

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang