Apakah akan selalu sama? Terabaikan? Atau bahkan tdk dilihat sama sekali? Aku tau itu selalu terjadi
~Auristesya gianiya
***
Tapi Tesya juga khawatir dengan keadaan Marvin, sudahlah Tesya pasrah saja tak apa jika hatinya kembali tergores luka, dari pada harus diam dan khawatir dengan keadaan Marvin disana.
Baru saja Tesya ingin mengetuk pintu itu, 2 laki-laki yang berasal dari dalam sana membukanya, hingga tangan kanannya malah berada di wajah salah seorang laki-laki tinggi dengan wajah dingin.
Tesya langsung menggigit bibir bawahnya lalu menurunkan tangan kanannya dari wajah kakak kelasnya itu.
"Eh kak Hendra." Tesya hanya nyengir nyengir ga jelas untuk menutupi rasa malunya, "ngapain kak disini?"
Sepersekian detik Tesya langsung menepuk jidatnya kenapa dia harus menanyakan hal itu.
Tesya kembali tertawa hambar untuk mengurangi rasa gugup yang menjalar ditubuhnya.
"Lo yang ngapain disini? bang Hendra udah jelas nganter bang Marvin," ucap Diaz sewot lalu tersenyum sinis.
Nii cowok kayaknya benci banget sama gue pengen gue jambak biar botak sekalian. Dalam hatinya
"Ngalangin jalan lo keluar ngapain diem di pintu!" Seorang gadis manis menyentak Hendra dan Diaz yang berada diambang pintu UKS.
"Dasar cewek, sensitipan bawaannya, lagi berdarah lo? Kalo iya ga usah marah ke gue sama bang Hendra dong!"
"DASAR ADIK KELAS GA BERADAB LO!" Teriak gadis itu dari kejauhan
"Maksud lo berdarah?" Tanya Hendra sambil mengangkat satu alis kanannya.
"Itu masalah cewek yang bawaannya marah-marah mulu bang." Diaz terkekeh geli.
Hendra menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Tesya ingin tertawa namun kondisi dan situasi memintanya untuk memilih diam.
"Sana masuk, tapi jangan ganggu."
Tesya bergidig disela senyum manisnya Hendra memang sangat tampan tapi tatapannya begitu menusuk.
"Eh curut, bilang sama bang Marvin Gue sama bang Hendra masuk kelas duluan." Kini Diaz yang berbicara.
Setelah Diaz membalikan tubuhnya Tesya langsung menjulurkan lidahnya, tak suka dengan ucapa Diaz yang mengatakannya 'curut'.
"Assalamualaikum."
Setelah itu Tesya langsung masuk dan menghampiri penjaga UKS dan Marvin yang sedang terbaring.
"Ngapain lo?" Tanya Marvin yang langsung mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.
Tesya di buat gugup seketika,
"Ak-aku-""Kamu temennya dia?" Potong penjaga UKS.
"i-iy-bu-buk-"
"kamu bisa bantu saya?" Potongnya kembali.
"Ba-bantu apa?" Tanya Tesya lalu menyimpan kotak yang dipegangnya ke atas nakas didekat brankar.
"Kamu tau Nidiya?" Tanyanya sambil menyimpan obat merahnya tepat didekat Marvin.
Tesya ingin membantunya tapi yang di maksud Nidiya ini siapa? Setahu Tesya teman seangkatannya tidak ada yang bernama Nidiya mungkin itu juga, ya karna Tesya tidak tau betul nama-nama teman seangkatan disekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTESYA
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] "Sya kayanya lo harus rubah strategi deh, kejar dia secara blak-blakkan. Ngejar dia secara elegant ga jamin lo dapetin dia" *** "Pokoknya kak marvin harus jadi pacar aku atau suami aku giman...