20- 《 Rasa yang enggan hilang 》

66 9 0
                                    

"Gimana gue bisa benci? Kalo saat ini aja gue sangat suka dan cinta sama lo."

"Gimana gue bisa lupa? Kalo setiap yang gue ingat itu lo."

-Auristesya

***

"Halo! Selamat pagii semuaa... orang ganteng kembali dengan sekian milyar keistimewaan!" Seru Rio saat memasuki kelasnya.

"Istimewa? Bego kok di pelihara!" Sinis Nidiya.

"Pasti dengernya sakit, sesakit makan odading Mang Oleh tapi gagal jadi Iron Man!"

Nidiya langsung terbahak mendengar ucapan Reki. Begitupun dengan siswa lain yang memang sedang berada didalam kelas.

Keduanya langsung berlari keluar menertawakan wajah kesal Rio.

"Doain Rio! Pokoknya Rio bakal buat Bang Marvin sama Bang Raka bangga. Mereka berdua pasti akan menderita Rio janji Bang!" Ucapnya menyalami kedua sahabatnya itu.

Rio melempar tasnya tepat ke wajah Raka lalu berlari menyusul mereka.

"Gue bodoh mau berteman sama dia."

"Untungnya bukan temen gue," sahut Marvin.

Raka mengusap wajahnya, ia masih bingung mengapa dirinya bisa tahan berteman dengan spesies seperti Rio. Ia langsung menggelengkan kepalanya tak peduli, karna saat ini ada hal yang lebih penting.

"Sha! Nyotek tugas dong!"

Dengan asal Raka melempar tas Rio ke mejanya, sangat disayangkan tas itu mendarat mulus dilantai. Ya, lemparannya gagal namun Raka tak peduli ia memilih duduk di bangku Rio--sebelah--Marvin. Hari ini ia akan bertukar tempat duduk.

"Lo udah ngerjain Vin?"

Namun Marvin tak menjawab dia tetap diam, akhir-akhir ini temannya itu terlihat benar-benar sedang kacau.

Dari penampilannya saja sudah jelas. Rambut berantakan padahal sebelumnya selalu rapi, baju di keluarkan, wajah kusut, tatapannya pun selalu tajam namun kosong. Menggambarkan suatu beban besar, kebingungan, amarah, juga kesedihan disana.

Raka menghembuskan nafas kasar, Marvin selalu saja seperti ini saat punya masalah. Tertutup.

"Lo kenapa? Cerita sama gue."

Raka menatap Marvin lekat berharap pertanyaannya mendapat jawaban, namun kenyataannya Marvin tetap diam. Membuatnya kesal sendiri dan di detik berikutnya Raka mulai teringat sesuatu.

"Vin kemaren Tesya kesini."

Raka dapat melihat dengan jelas perubahan wajah Marvin. Temannya itu berdeham lalu kembali tenang.

Marvin menoleh pada Raka yang sedang menerima buku dari Aksha.

"Di salin cuma yang ini, yang lain lo pikir sendiri." Aksha menunjuk salahsatu bagian bukunya.

"Yang lainnya jugalah Sha," pinta Raka.

Aksha langsung menatap Raka tajam, yang dibalas cengiran tanpa dosa.

"Oke makasi yaaa."

"Sendiri?" Tanya Marvin setelah Aksha pergi.

"Bareng Delya."

"Terus?"

"Terus apa?" Tanya Raka masih fokus menyalin PR yang Aksha contekan.

"Dia ngapain kesini?"

"Nyari elu lah! Ngapain lagi!"

Marvin berdengus lalu memalingkan wajahnya tak ingin bertanya lagi, ya lebih baik seperti itu bukan? Marvin mengeluarkan ponsel dan  earphone-nya lebih baik ia tidur.

AURISTESYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang