lost memory

16.7K 2.1K 915
                                    

_bagian 1, lost memory_

Silaunya pencahayaan membuat alis gadis itu mengernyit. Tenggorokannya terasa amat kering seolah tidak dilewati air selama berhari-hari. Badannya pun kaku seperti boneka kayu yang lama tidak digerakkan.

Ketika seseorang menempelkan telapak tangan di keningnya, gadis itu mau tidak mau berusaha membuka mata. Di sana, sayup-sayup seorang pria muda dengan busana hitam berkerah tinggi duduk di sisi ranjang. Sosok tampan dengan garis rahang tegas dan sepasang mata elang kemerahan yang menyala bagai bara api.

Pria itu terus memperhatikannya dengan kedua sudut bibir terangkat samar. Ada perasaan lembut di balik tatapannya yang tajam. "Sudah bangun?"

Sang gadis ingin mengerti apa yang pria itu ucapkan, tapi sayangnya hanya gerakan mulut yang mampu dia tangkap melalui indera penglihatannya yang masih minim.

Karena tak ada jawaban, pria itu meraih tangan sang gadis dan menyematkan kalung berliontin lonceng di pergelangan tangannya menjadi sebuah gelang. "Jika Nona butuh bantuan, tolong tiup loncengnya. Maka saya akan segera datang."

Gadis itu benar-benar tak memiliki tenaga untuk sekedar menolak. Apalagi saat sang pria misterius mengelus-eluskan pipinya ke tangan si gadis. Sikapnya benar-benar mirip anjing yang haus akan belaian. "Selanjutnya, tolong gunakan saya sepuas Anda. Karena saya hanya milik Nona," bisiknya bersungguh-sungguh.

Tak berselang lama, keributan diantara para pekerja mansion di luar kamar mengalihkan atensi pria tersebut. "Saya harus pergi," tukasnya, lantas mengecup punggung tangan si gadis sebagai skinship terakhir mereka. Gerakan pria itu cenderung buru-buru, seolah tidak mau keberadaannya diketahui oleh orang-orang yang akan segera memasuki kamar.

"Sampai jumpa, Nonaku," pamitnya sebelum melompat keluar lewat jendela.

Jejak pria berambut hitam pekat dengan beberapa tindik di telinganya itu pun menghilang dalam sekejap, membiarkan tirai putih di ambang jendela tersapu angin. Hingga guguran daun sewarna senja berkelana menghiasi kamar Sang Putri. Dan berpadu dengan aroma segar dari tanah yang menyatu bersama air hujan.

Tak lama setelah itu, pintu kamar terbuka. Sosok wanita paruh baya dengan bekas luka bakar di pelipisnya tiba-tiba menjerit. Baskom berisi air di kedua tangannya tumpah begitu saja. "ASTAGA! NONA AKHIRNYA BANGUN!" serunya pada semua orang.

Wanita itu lantas berlari mendekat dan mengguncang pelan bahu nona-nya. "Nona, jangan tutup mata lagi!" Tak sabar, dia membentak perempuan bersetelan jass yang juga tampak gelisah di belakangnya. "Asisten Perry, mana Dokter Neil?! Cepat bawa dia kemari!"

"Tenangkan diri Anda, Nyonya Laurice. Dokter Neil akan segera datang. Saya juga sudah memerintahkan Krista untuk memberi kabar pada Tuan Direktur dan para Tuan Muda bahwa Nona Kecil sudah bangun."

Orang-orang mulai berkerumun memasuki kamar.

"Eh, Nona sudah bangun? Sungguh?!"

"Ya Tuhan, ini sungguh keajaiban!"

"Kita selamat dari Tuan Direktur!"

Sang gadis yang menjadi sumber keributan tidak bereaksi apapun selain bertanya dalam hati, Siapa mereka?

Sang gadis yang menjadi sumber keributan tidak bereaksi apapun selain bertanya dalam hati, Siapa mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Young Lady's Bodyguards (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang