_bagian 9, with vlad_
"Warna kamarmu membuatku buta."
Vladelis Dexter, pria berperawakan gagah dengan jenggot berkelas itu duduk di atas sofa pink milik cucu perempuannya. Pakaiannya yang serba gelap tampak begitu kontras diantara interior kamar Rene yang didominasi dengan warna cerah.
Rene langsung bangkit berdiri. "Apa Kakek perlu saya ambilkan kacamata hitam?!" serunya panik berupaya membuat idolanya merasa nyaman.
"Aku cuma mengada-ada, Bayi! Mata suciku ini lebih sehat dibandingkan mata elang tahu! Camkan itu!"
Sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal, Rene kembali duduk. Gadis itu tertawa dengan terpaksa. "Ahahaha ..., maafkan saya, Kek."
"Cih! Selera humormu jadi buruk setelah mengalami anoreksia."
Renebell tidak menanggapi ucapan Vladelis lagi. Dia terlalu gugup bercengkrama dengan sesepuh yang tampak keren di matanya itu. Bahkan dirinya masih tidak percaya bahwa Vlad adalah kakek kandungnya.
Ya, Vlad sangat keren. Dia seperti final boss dalam game action. Seperti tokoh antagonis overpower yang tidak dapat dikalahkan dengan mudah. Meskipun sudah cukup tua dan sedikit menyebalkan, Vlad tampan. Juga kaya. Orang gila mana yang tidak mau jadi cucunya?
Rene menunduk malu, melirik dua binatang besar yang tidur melingkar di atas karpet. Saat pulas begitu, mereka jadi mirip anak kucing. Kekagumannya terhadap Vlad pun meningkat. Bahkan hewan buas juga tunduk pada Kakek! Uluh-uluh lucu cekayi kalian, meong-meong! batin Rene gemas, lupa kalau setengah jam yang lalu dia nyaris pingsan gara-gara ketakutan melihat mereka.
"Kamu lebih tertarik dengan babiku daripada aku?"
Rene cepat-cepat mengangkat kepala dan menggeleng. "T-tidak, Kek! Tidak! S-saya hanya berpikir bagaimana bisa Kakek punya smi-, maksud saya babi! I-itu ...," pipi Rene memerah salah tingkah, "mengagumkan."
Vlad bukan orang yang lemah terhadap pujian. Baginya itu tidak berarti apa-apa. Tapi karena yang memberi pengakuan tersebut adalah cucunya sendiri, tidak dapat dipungkiri perasaan senang itu menyeruak keluar begitu saja dari dadanya. "Semua cucu jantanku kurang ajar. Jadi kamu tidak perlu sopan-sopan begitu. Bicaralah informal!"
"Hehe, iya, Kek." Senyum Renebell mengembang ceria. Akhirnya raut muka Vlad melunak, membuat rasa gugupnya berkurang. "Ah, apa Kakek mau camilan?"
"Tidak. Aku kemari hanya ingin mengatakan sesuatu padamu." Lagi dan lagi, Vlad mengeluarkan pipa cerutu dari saku jass-nya. Lantas menyandarkan punggung dan meletakkan sebelah kakinya ke paha. "Sofa norak ini, tidak buruk juga," gumamnya, antara memuji dan menghina.
Seseorang seperti Kakek ingin mengatakan sesuatu padaku? Rene menelengkan kepala, menunggu dengan sabar saat Vlad menyalakan cerutunya.
Asap perlahan mengepul dari ujung pipa emas Vlad, diikuti aroma tembakau yang menguar dari sana. "Sebelum ku katakan padamu, biarkan aku bertanya lebih dulu."
"Apa, Kek?"
"Menurutmu, Bayi," Vlad dengan tenang menghirup olahan tembakau itu dalam-dalam, seolah tiada lagi beban hidup yang dia tanggung, "apa itu Devinter?"
Rene terdiam sejenak, berpikir. Buat apa Vlad menanyakan hal yang jawabannya sudah jelas? "Tentu saja nama marga."
"Kamu yakin?"
"Itu ...," Mendadak Rene teringat penjelasan Delein tentang Devinter tempo hari. "Rambut dan mata hitam kita adalah bukti kalau kita adalah anggota keluarga Devinter. Ketajaman hidungku tidak seperti manusia biasa karena aku seorang Devinter."
Vladelis mengangkat sebelah ujung bibirnya sedikit. "Diammu menandakan kalau kamu sendiri ragu."
Gulp. Rene menelan saliva, mulai mengerti arah pembicaraan kakeknya. Waktu itu saat Delein menjelaskan tentang Devinter, Rene hanya sekedar mendengar dan mengiyakan. Tanpa tahu inti yang sebenarnya dari ucapan laki-laki itu. Sekarang Rene baru sedikit menyadarinya. Bahwa saat itu Delein menyebut Devinter seolah-olah ia bukan hanya sekedar marga, melainkan suatu takson yang memiliki klasifikasi tertentu, seperti kingdom animalia, tumbuhan, dan lain sebagainya.
"Apa maksud Kakek, Devinter itu bukan manusia?"
Vladelis tertawa singkat. Dan itu jelas bukan sebuah tawa ejekan. "Hampir benar."
"Kakek hanya bercanda, 'kan?" Renebell mulai tidak nyaman dengan topik pembicaraan mereka.
"Apa sekarang aku terlihat seperti sedang melawak, Nak?" Vlad menghembuskan asap, tidak heran dengan reaksi terkejut cucunya.
Rene tak bisa berkata apa-apa lagi selain menagih penjelasan Vlad lebih detail.
"Baiklah, Bayi. Mulai dari sini, aku akan mendongeng. Diam dan pasang telingamu baik-baik karena aku tidak akan mengulanginya meskipun kamu memohon sampai mati."
Lebih dari ber-kuadriliun tahun lalu, semesta tercipta. Beredar tanpa poros ataupun kehidupan. Hingga suatu massa jenis yang amat besar terjadi dentuman dahsyat, membentuk puluhan galaksi yang menyebar di seluruh jagat angkasa.
Bimasakti adalah salah satunya. Galaksi dengan delapan planet dan satu matahari sebagai pusatnya. Ia adalah bagian kecil dari semesta yang ditinggali makhluk bernyawa. Untuk melindungi mereka, Sang Pencipta menurunkan 'Pilar'. Para makhluk agung berkekuatan besar yang bertugas menjaga seluruh planet berevolusi tetap pada porosnya.
Bumi sebagai planet yang paling memiliki kehidupan juga dijaga oleh satu Pilar. Dia termasuk dalam 9 Pilar terkuat yang paling ditakuti alam. Dahulu kala, semua roh dan makhluk hidup menyebut sang Pilar Bumi dengan namanya, Devinter.
"Eksistensi Devinter di kalangan manusia hampir sama seperti dewa. Dipuja, dihormati, dan bahkan orang-orang yang jiwanya tersesat sampai menyembahnya."
"Lalu, apa yang terjadi?" Rene tak bisa menampik bahwa dirinya telah terhanyut oleh cerita Vladelis.
"Kamu tahu mengapa dulu banyak sekali orang menyukai Devinter?" Vlad menjeda sejenak, mengisi kembali paru-parunya dengan asap tembakau yang berasa segar. "Karena dia digambarkan sebagai pelindung. Dewa kuat yang menjaga kehidupan dan kemakmuran bumi.
"Sayangnya, kuasa Devinter tidak bertahan lama. Manusia itu rakus. Mereka hanya mencari kesenangan tanpa tahu caranya bersyukur. Bersandiwara menjadi orang hebat untuk mendapat pujian. Suka menyalahgunakan kekurangan orang lain untuk menyembunyikan kotoran mereka. Dan betapa busuknya jika kamu bisa membau sifat munafik manusia.
"Karena jiwa-jiwa laknat itu, Sang Pencipta pun merencanakan sebuah batas kehidupan. Dengan kata lain, kehancuran dunia."
Makin asyik dengan alur kisah Vlad, Rene memeluk satu box popcorn dan memakannya satu per satu.
"Setiap Pilar hanya patuh pada satu aturan. Sebab itu, Devinter yang awalnya hanya bertugas sebagai pelindung, diberkati sebuah kekuatan baru. Akan tetapi kekuatan yang diberikan padanya terlalu besar hingga menyebabkan sosok lain dalam dirinya bangkit." Vladelis meletakkan pipa emasnya ke meja, menatap sang cucu intens seolah mengisyaratkan bahwa bagian serunya baru akan dimulai.
"Dia adalah alter ego sang pilar bumi, Desembra. Dengan kekuatan penghancur. Yang sekarang bereinkarnasi menjadi tahanan '901'."
Nah loh, mumet gak lu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady's Bodyguards (TAMAT)
Fantasy"Min pas kóntra sti moíra, ketika takdir melenceng dari yang seharusnya." Aku hanya seorang gadis yatim piatu. Namun suatu hari ketika aku terbangun, hidupku sudah dikelilingi oleh ayah protektif dan tiga kakak lelaki yang super gila! WARNING (16+) ...