_bagian 17, addicted_
Kesadaran pria itu perlahan pulih kembali, namun entah mengapa gerak kaki dan tangannya terasa ada yang membatasi. Dinginnya alas adalah sesuatu yang berinteraksi dengan telapak kakinya untuk pertama kali. Kelopak mata Reyson Kazef Devinter pun terbuka.
Tubuhnya didudukkan di sebuah kursi kayu dengan kaki tangan terbelenggu rantai baja. Pergelangan tangannya yang diikat kencang ke belakang sandaran tidak ada celah untuk bergerak sama sekali. Sementara kemeja kotor dengan seluruh kancing terlepas yang dipakainya sekarang adalah bukti bahwa dirinya langsung dikurung begitu tak sadarkan diri.
Mata biru itu mengedar ke tiap sudut ruangan. Langsung bisa mengenali dimana dia berada sekarang. Aroma logam yang membaur bersama bau darah pekat menyengat indera penciumannya. Dinding besi yang tiada ventilasi selain satu jalur pintu keluar masuk. Tidak salah lagi. Ini adalah ruang interogasi penjara Infernum. Tempat dimana nyawa para tahanan dipertaruhkan demi membuka mulut mereka.
Sorot mata Reyson yang dingin dan misterius kemudian berpaling ke arah dua lelaki di depannya. Mendapati beberapa bekas pukulan di wajah Delein, dia meniupkan siulan nyaring. "Pwiiit."
Delein mencak-mencak tak terima. Nyaris menghajar Reyson seandainya Demian tidak segera menaruh sebuah meja di antara mereka. "Masih bisa meledek?! Lihat hasil perbuatanmu ini, Berengsek!" Del meremas kepalan tinjunya ke depan muka menahan kesal. Kapan aku bisa memotong tangan si bangs*t ini?!
"Apa salahku?" tanya Reyson sok polos. Netra pria bertindik itu menilik kondisi Del saat ini dan melontarkannya secepat kilat dalam satu tarikan nafas. "Kamu masih hidup. Kaki tangan utuh. Kesadaran compos mentis. Kulit tidak pucat. Nadi 84 kali per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius. Pergerakan aktif, bekas luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Semua dalam keadaan baik kecuali bagian satu bulu hidungmu yang mencuat keluar."
Spontan Delein menutup hidungnya. "Yang benar?!"
Reyson terkekeh. "Pftt." Cuma bohong, Tolol.
"Demian, lihat dia malah meledekku!" Untuk pertama kali dalam hidupnya, Delein mengesampingkan harga dirinya dan mengadu pada Demian. Demi mendapatkan keadilan.
Namun sayang, harapan Del terlalu tinggi. Mian mengabaikannya seolah bocah nakal itu hanya cicit dari bakteri yang melayang di udara.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para anak lelaki Devinter tidak mungkin saling akur kecuali jika salah satu dari mereka membutuhkan tumbal. Dengan kata lain, akur hanya untuk saling memanfaatkan.
Siaaaaal! gerutu Del. Sia-sia dia berharap pada kancil licik macam Demian. Selamanya iblis tetaplah iblis. Binatang adalah binatang. Dan Demian sampai akhir kehidupan pun akan tetap menjadi Demian.
Demian yang sedari tadi berdiri diantara mereka pun mengambil selangkah lebih dekat ke arah Reyson. Lantas menyela, "Delein, cukup," tegurnya sembari menggulung kemeja. Sekarang giliranku...
Rey memutar bola mata malas. Senyum si licik ini, tanda-tanda ...
DIESH!
Satu pukulan telak mendarat di rahang Reyson.
"Maaf, kakakku tersayang. Tanganku tiba-tiba kesurupan," aku Mian memasang tampang khawatir. "Sakit, tidak?" (Translate : Iya saja)
Wajah Reyson yang terhempas ke samping akibat 'tangan Mian yang kesurupan' menoleh ke arah sang penyerang. Sambil menyeringai, pria dewasa berumur 27 tahun itu menjilat sudut bibirnya yang sedikit berdarah. "Tidak perlu mengkhawatirkanku, Demian cintaku. Ajalmu kan lebih dekat." Rey terkekeh singkat sebelum melanjutkan, "Bisa jadi maut datang setelah borgolku lepas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady's Bodyguards (TAMAT)
Fantasy"Min pas kóntra sti moíra, ketika takdir melenceng dari yang seharusnya." Aku hanya seorang gadis yatim piatu. Namun suatu hari ketika aku terbangun, hidupku sudah dikelilingi oleh ayah protektif dan tiga kakak lelaki yang super gila! WARNING (16+) ...