_bagian 19. a quiet man_
"Tuan Direktur, Tuan Muda Demian akan memasuki ruangan," lantang si penjaga di luar kamar.
"Masuk."
Rene bernafas lega. Akhirnya aku bisa bebas sebentar. Setidaknya kedatangan Demian membuat fokus Kaizel sedikit teralihkan. Rene tahu laki-laki itu terus mengawasinya meskipun dia tampak sibuk mengurus lembar-lembar dokumen. Aku butuh menghirup udara segar.
Gadis itu memutuskan untuk berjalan ke arah balkon. Akan tetapi suara berat Kaizel yang terdengar tak suka tiba-tiba menggema. "Mau kemana?"
Melihat tampang keras ayahnya, Rene terpaku sesaat. Yang benar saja. Cuma berada 5 meter dari kasurku saja tidak boleh? Dia menganggapku hewan peliharaan atau apa? Kalau begini bukankah lebih baik aku dirantai? Atau dikurung dalam sangkar sekalian! dumelnya dalam batin. Dia lantas menyuarakan isi hatinya dalam kalimat sependek-pendeknya dan tempo sesingkat-singkatnya. "Aku cuma ingin cari angin sebentar. Begitu saja tidak boleh?"
Kaizel tampak menghela nafas. "Lima menit. Lebih dari itu aku akan menjemputmu."
Rene memutar bola mata malas. "Tidak sekalian saja mengikat leherku seperti anjing?" sindirnya. Ya Tuhan, aku bisa gila.
Begitu lepas dari pengawasan Kaizel, Rene meregangkan tangannya ke atas. Padahal belum genap sehari pria itu menempati kamarnya, tapi rasanya seperti sudah berhari-hari. Rene menopang dagu dengan siku tertumpu pagar pembatas. Tanpa semangat pundak gadis itu turun disertai helaan nafas yang amat panjang.
Huuuuuuuuft...
Mata belonya mengedar ke satu per satu pepohonan yang tumbuh di halaman mansion. Hingga manik hitam itu terhenti pada satu pohon yang tidak begitu jauh dari kamarnya. Sebuah pohon yang menjulang tinggi dan amat kokoh dengan daun-daun mengering berjatuhan di sekitarnya.
Tapi bukan itu yang menarik perhatian Rene. Melainkan sosok pria berjubah hitam yang tengah duduk di salah satu cabang pohonnya. Pria itu tidak berusaha bersembunyi. Dia justru memilih tempat terjelas seolah ingin memancing Rene agar gadis itu dapat segera melihatnya.
Rene menyipitkan mata. Barulah ketika akhirnya dia mengenali siapa orang itu, kemarahannya membara. Dia!
Renebell spontan memegangi 'tanda' di lehernya sementara tangannya yang lain mengacungkan jari tengah pada si tamu cabul tersebut. Oh, yeah! Waktu 5 menitku yang berharga jadi tidak berharga!
Rene dengan gaya ala preman menggerakkan jari telunjuknya, mengisyaratkan agar si tukang sosor itu mendekat. "Kemari kamu, Pacar Gadungan!" titahnya tanpa bersuara.
Pria itu memiringkan kepala sambil menunjuk dirinya seolah bertanya, Aku?
Rene memutar bola mata. Muak. Dia kemudian menggerakkan bibir ranumnya disertai pelototan mata. "Cepat kemari!"
Di atas cabang pohon tersebut, sang pria bangkit berdiri. Sebelum mendekat, dia menunjuk ke arah ujung pagar pembatas di samping Rene. Rene mengikuti arahan tersebut dan mendapati secarik kertas kecil tergeletak di sana. Jadi dia sudah menyiapkan pesan? Si berandal itu?!
Rene langsung merampas kertas itu dan membacanya dalam diam. Selang dua detik setelah membaca, kobaran api amarah seolah melingkupi tubuhnya. Kencan denganku, katanya? Apa dia gila?!
Dia mengarahkan kepalan tinju pada si pria bertindik itu. Namun sosoknya di atas cabang pohon sudah lenyap tanpa jejak. Kecuali sekelebat bayangan hitam yang melesat dari atas. Rene mendongak. Pria itu, orang yang Rene kenali sebagai si pacar gadungan, mendaratkan kakinya di atas pagar dengan amat senyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady's Bodyguards (TAMAT)
Fantasy"Min pas kóntra sti moíra, ketika takdir melenceng dari yang seharusnya." Aku hanya seorang gadis yatim piatu. Namun suatu hari ketika aku terbangun, hidupku sudah dikelilingi oleh ayah protektif dan tiga kakak lelaki yang super gila! WARNING (16+) ...