extrapart 2, with kaizel

2.4K 299 35
                                    

Huh ..., huh ...,

Dalam tidurnya, Kaizel tidak bisa bernafas. Rasanya seperti dibekap. Sekuat tenaga dia menghirup udara, tapi tetap tidak ada yang masuk ke dalam rongga paru-parunya.

Sang Direktur mencoba memberontak. Namun, gagal. Bekapannya sangat kuat! Kepala Kaizel tak mampu bergerak sedikit pun. Ahli sekali, orang yang membekapnya ini pasti adalah seorang pembunuh profesial!

Apa yang pembunuh ini incar? Kursi pimpinan? Harta? Atau dia adalah tentara bayaran negara musuh yang ingin menjatuhkan Devinter?

Sayangnya si pembunuh salah memilih lawan. Kaizel dapat menahan nafas selama kurang lebih lima menit berkat latihan kerasnya selama ini. Jadi yang menjadi fokus Kaizel saat ini adalah bagaimana cara dia melumpuhkan si pembu-,

"... bu bu buu ...,"

Bu bu?

Kaizel menyentuh gumpalan squisi yang memblokir saluran pernafasannya. Ternyata pelaku pembekapan tersebut adalah Bell kecil yang tidur di atas kepala sang ayah sambil memeluk erat mukanya seperti koala.

"Kamu lebih berbahaya dari pembunuh bayaran," gumam Kaizel, menahan diri agar tidak mengginggit perut Rene yang menggemaskan.

Si kecil tidak merespon. Dia masih tertidur pulas. Mungkin Rene tadi hanya sedang mengigau. Kaizel mencoba mengangkat Rene dari kepalanya, tapi ternyata sulit. Tangan gemuk bayi itu mencengkram rambut Kaizel. Semakin Kaizel memariknya, makin erat ganggaman Rene.


Sebenernya tidak masalah Kaizel menariknya secara paksa meski rambutnya rontok sekalipun. Namun pria itu tidak mau tangan Rene terluka. Kaizel kemudian memutar tubuhnya perlahan, meletakkan Rene di atas bantal raksasa miliknya.

Renebell sama sekali tidak terbangun. Dia begitu lelap dengan pose bintang. Sepertinya itu adalah posisi kesukaannya. Sang ayah tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia duduk menyangga tubuh dengan dua tangan, menaruh seluruh minatnya pada gadis mungil itu dalam diam.

Entah apa yang Rene mimpikan, bibir lucunya mengerucut, bergerak-gerak kecil seolah sedang menghisap botol susu. Kaizel tertawa singkat. "Mimpi apa kamu?"

Keasyikan sang kepala keluarga terjeda begitu seseorang di luar mengetuk pintu kamar. "Hoi, Tuan. Saya hanya menyarankan Anda libur sejenak. Bukan bolos kerja selamanya," sungutnya tanpa memasuki kamar.

Dari ucapannya yang tidak ada sopan santunnya sama sekali, itu pasti Rios.

"Aku sibuk," singkat Kaizel.

Terdengar suara helaan nafas panjang dari asisten pengganggu tersebut. "Ada begitu banyak agenda yang harus Anda lakukan selama sebulan ke depan. Tolong tahan sampai saat itu saja, saya mohon, Tuaaaan. Anda, 'kan, masih bisa bermain dengan Nona Kecil setelah selesai kerja."

"Kamu sendiri yang bilang aku butuh istirahat. Jadi itu cuma bohongan? Cih."

Mendengar Tuan Kaizel berlagak seolah dia yang menjadi korban, Rios memutar bola mata. "Itu cuma berlaku beberapa hari yang lalu saja, Tuanku. Bukan sekarang!"

"...,"

"Tuaaaan?" Rios mengetuk lagi. "Anda merajuk?"

Young Lady's Bodyguards (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang