_bagian 20, the king of the cursed castle_
Rene tak henti-hentinya menganga lebar. Itu benar-benar kastil. Sebuah bangunan bebatuan tua yang dikelilingi oleh benteng pertahanan yang kuat. Namun atmosfer yang melingkupi bangunan bermenara tinggi itu sangat tidak mengenakkan.
Dingin dan gelap. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana kecuali suara gelombang ombak yang menerjang dinding benteng. Langit suram di atasnya pun seolah menelan cahaya keemasan senja yang masuk dan terperangkap dalam lingkaran kabut.
Masih di atas kapal, Rene bergumam takjub. "Mengagumkan," katanya. Bangunan hebat seperti itu seharusnya menjadi tempat paling bersejarah di dunia.
Melihat bagaimana reaksi kagum Rene terhadap tempat terkutuk itu membuat Julio diam diam terkesima. Sejak mereka bertukar surat dulu, Julio sudah tahu bahwa Rene memang memiliki selera yang unik. Tapi dia tidak mengira gadis itu akan mengagumi reruntuhan kastil yang sudah terlupakan dalam sejarah. Tanah kelahirannya, El Jexas.
Rene masih mengagumi kokohnya kastil sampai tak sadar kapal mereka telah berhenti di tepi dermaga. Julio turun dari kapal lebih dulu lalu mengulurkan tangan, menawarkan diri untuk membantu Rene turun. Tapi gadis itu cuma memberinya tatapan sinis dan menuruni kapal dengan usahanya sendiri.
Tidak menyerah sampai di situ. Setelahnya Julio tiba-tiba berlutut membelakangi Rene, meminta gadis itu menaiki punggungnya.
"Apa, sih? Aku punya dua kaki yang berfungsi dengan baik," tolak Rene mentah-mentah, masih dengan jubah Julio tersampir di bahu.
Julio menoleh sedikit, lalu menunjuk kaki telanjang Rene, tanpa alas kaki yang pasti akan membuat gadis itu tak nyaman saat berjalan. Sementara sepatu milik Julio berukuran besar. Tidak mungkin dia meminjamkannya atau malah akan membuat Rene tersandung gara-gara ukuran alas kakinya over size.
Di sela interaksi mereka, tiba-tiba terdengar bunyi katrol yang berputar perlahan, menurunkan gerbang benteng yang di sisi kanan kirinya terikat rantai baja. Pintu berbahan kayu itu pun berhasil dirobohkan dengan mulus, membentuk sebuah jembatan penghubung antara jalan masuk kastil dan dermaga tempat dimana Rene dan Julio berada sekarang.
Bagai sebuah pertunjukan, asap tebal keluar dari sana, tersapu oleh serbuan angin dan secara misterius menampakkan sosok pria penuh wibawa tengah menanti di dalamnya.
Vladelis Dexter, pria itu berdiri gagah bak patung pahlawan memegang tongkatnya sebagai senjata. Tampang garangnya yang tidak terkontrol menambah citra suram kastil semakin kental. Kali ini dia menyampirkan bulu hitam di bahunya. Tampak mewah dan berkelas. Seperti biasa. Karena bukan Vlad namanya bila hanya mengenakan kostum sederhana.
"Kakek!" Binar antusias langsung terbit di mata Rene.
"Bayi, berhenti di sana!"
Rene menurut meskipun kebingungan. Dia tidak jadi menghambur pada kakeknya. "Kenapa?"
Vlad mendatangi cucunya lantas menunjuk kaki mulus gadis itu dengan tongkat. "Kastil ini mudah kotor. Jadi jaga agar kakimu tetap suci!" Tongkatnya dia alihkan ke arah Julio yang masih setia berlutut di tempat sebelumnya. "Naiki saja dia!"
"Ta-tapi, Kek, aku berat."
"Apa bobotmu sebanding dengan gajah Afrika?"
"T-tidak."
"Bokongmu menghancurkan kursi kayu saat kamu mendudukinya?"
"Tidak."
"Kalau begitu tidak ada masalah. Anak itu tidak kalah kuat dari kuda hitam ayahmu." Vlad menyeringai nakal begitu berbalik pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Lady's Bodyguards (TAMAT)
Fantasy"Min pas kóntra sti moíra, ketika takdir melenceng dari yang seharusnya." Aku hanya seorang gadis yatim piatu. Namun suatu hari ketika aku terbangun, hidupku sudah dikelilingi oleh ayah protektif dan tiga kakak lelaki yang super gila! WARNING (16+) ...