with reyson

8.2K 1.2K 224
                                    

_bagian 7, with reyson_

"Ssttt." Rey sigap menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, memperlihatkan tato angka '901' di sana.

"Pacar apa?!" Pengakuan gamblang pria itu terlalu mengejutkan bagi Rene. Bukankah itu perbuatan yang hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa? Karena mata Rey tidak hitam, Rene pun menyimpulkan. "Kamu pasti pegawai di sini!"

"Bukan, tuh."

"Kalau begitu kamu pasti tentara! Pengawal? Atau pawang kuda?"

"Bukan. Bukan. Bukan."

Tidak. Tidak mungkin aku punya pacar. Aku, 'kan, masih kec-, oh iya. Rene kadang lupa kalau sebenarnya dia sudah berusia tujuh belas tahun. Eh, tidak! Aku masih tidak percaya dia pacarku. Rene menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan diri. "Kamu bukan pacarku! Kamu pasti cuma menumpang tinggal di sini, 'kan?" tebak Rene asal karena dia sudah hilang akal untuk menyangkal hubungan mereka.

Alih-alih tersinggung, sorot biru pria itu melebar takjub. "Dari mana kamu tahu?"

"Eh?"

Rey menangkup dua tangan Rene, senang karena akhirnya bertemu orang yang mengerti dirinya. "Kamu benar sekali. Aku cuma numpang makan dan tidur di sini." Dengan percaya diri pria itu mengaku, "Aku pengangguran."

Rene tercenung. Melihat tampang Reyson bersinar oleh perasaan bangga, Rene tidak tahu harus bagaimana merespon. Haruskah aku memberi selamat?

Reyson mengabaikan kebingungan Rene lantas mengambil kampaknya dan mendekat ke arah meja. "Sini."

Rene menurut, makin bingung saat Reyson tiba-tiba menyodorkan siku kanannya.

"Pegangi."

Sang gadis lagi-lagi mengangguk dan mengikuti perkataan Rey saat lelaki itu menempelkan tangannya ke permukaan meja. "Kamu mau apa?"

Potong tangan, batin Rey enteng. "Kamu tutup mata saja."

Awalnya Rene benar-benar akan menutup mata. Tapi begitu melihat tangan kiri Reyson yang bebas mengangkat kampak mengarahkan ke tangannya sendiri, Rene langsung menarik lengan pria itu kuat-kuat. "WOI!"

Kampak yang diayunkan pun menancap permukaan meja.

Rey menatap datar Rene yang menggantung di lengannya. "Aku cuma menyuruhmu pegangi sikuku sebentar."

Bibir Rene mengatup marah. "Kamu sinting?! Jangan melakukan hal berbahaya begitu! Itu menakutkan!"

Reyson terheran-heran. Padahal mau diganggu separah apapun biasanya gadis itu tidak menangis. Tapi kenapa, Oh, apa karena amnesia egonya jadi kadang kembali seperti anak balita?

Hidung kecil Rene yang memerah membuat Reyson ingin tertawa. "Oke, tuan putri." Mungkin lain kali saja dia hilangkan tato '901' itu. Rey kemudian menekan hidung Rene menjadi seperti babi.

"Jangan!" Rene menyingkirkan tangan Reyson sengit sebelum ekspresinya berubah serius. "Besok lagi kamu tidak boleh pakai pisau besar itu kalau mau potong kuku."

"Memangnya pisau kecil bisa untuk pot-, Eh? Potong apa?"

"Potong kuku. Aku suka gigit jari, ibu pengasuh bilang kukuku harus sering dipotong pakai gunting kuku." Rene berjinjit, menangkup mulutnya kemudian berbisik. "Karena katanya di situ ada banyak cacingnya. Bukan sekedar cacing biasa, tapi cacing besar alaska."

"Oh~," Butuh upaya besar bagi Reyson untuk menahan diri agar tidak tertawa. Dia tidak menyangka gadis lugu itu mengira dirinya ingin memotong kuku. Dengan kampak. "Kalau begitu seminggu sekali kamu yang potongkan kukuku, ya?"

Young Lady's Bodyguards (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang