18. awkward moment

4K 687 61
                                    

_bagian 18, awkward moment_

Rene duduk di sofa pink-nya, membaca novel yang baru saja tiba. Tapi sebenarnya itu hanya pura-pura. Karena sedari tadi manik hitam gadis itu hanya melirik Kaizel di seberang kamarnya dengan gusar. Dia menurunkan buku sedikit sampai batas matanya dapat mengawasi sang ayah yang tengah fokus bekerja.

Ketika Kaizel mendongak, Rene cepat-cepat mengangkat kembali bukunya menutupi muka. Di balik buku, gadis itu menggigiti jarinya. Apa aku terciduk?

Aiss! Tapi buat apa aku berlagak seperti pencuri yang tertangkap basah begini? Apa salahnya aku mengawasinya? Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di benaknya. Kalau aku mengganggunya terus dia pasti akan kesal dan pergi dari kamarku, kan? Itu dia! Yang penting aku tidak melewati batas!

Dengan seluruh keyakinannya, Rene mengambil nafas panjang sebelum kemudian menghentak bukunya ke bawah dan secara terang-terangan melototi Kaizel.

Merasa diperhatikan lagi, Kaizel mendongak kembali. Bukannya terganggu, pria itu malah membalas pelototan putrinya dengan tanpa ekspresi.

Mereka pun saling beradu tatapan.

Kenapa malah jadi seperti ajang perlombaan begini? Meskipun begitu Rene masih mempertahankan harga dirinya. Dia tidak akan berpaling dari tatapan Kaizel. Tapi, oh ..., mengapa ayahnya itu tampan sekali?!

Pesona pria itu memang tidak ada duanya. Dia hanya diam. Menatap. Tanpa ekspresi. Tapi vibes-nya sebagai pria matang dengan sebagian poni yang jatuh menyentuh alis tegasnya itu sungguh sangat seksi! Mengingatkan Rene pada tokoh novel seri 'Duda Sadis' favoritnya.

Tak tahan ditatap seperti itu, Rene kembali mengangkat buku. Lagi-lagi dia menggigiti jarinya frustasi. Sial! Aku kalah!

Sementara Kaizel yang tidak bergeming tiba-tiba dilingkupi perasaan overthinking. Pria itu memundurkan kepalanya sedikit, berkaca pada cermin kecil yang tergantung di dinding kamar Rene. Apa ada sesuatu di wajahku? 

Tok tok tok. "Tuan Direktur, Tuan Muda Demian akan memasuki ruangan." Suara lantang penjaga terdengar di luar sana. Kaizel mengijinkannya masuk. Bersamaan dengan itu Rene berjalan ke suatu tempat.

"Mau kemana?"

"Aku cuma ingin cari angin sebentar! Apa begitu saja tidak boleh?" protes Rene sengit.

Galak sekali. Kaizel tertegun sesaat. Sifat siapa yang dia turuni itu? Sang ayah lantas menghela nafas. Dia habis membentaknya. Jadi wajar jika Rene semakin membencinya.

Kaizel juga tidak seharusnya terlalu mengekang Rene atau mental anak itu akan tertekan. Lagi pula Rene akan diawasi dengan ketat hanya untuk sementara saja. Sampai hari yang disebut sebagai 'Malam Kebangkitan' sudah terlewati. "Lima menit. Lebih dari itu aku akan menjemputmu."

Rene tidak boleh lepas dari pengawasannya. Kecuali hanya saat mandi, Rene akan dibantu oleh Laurice, Perry, dan Krista sementara mereka siap membawa handy talky yang akan langsung tersambung dengan alat komunikasi milik Kaizel seandainya terjadi sesuatu yang darurat. Sebaliknya, saat Kaizel yang harus pergi, Delein dan Demian harus berjaga di samping Rene. Rencananya seperti itu karena Kaizel saja belum genap sehari pindah ke kamar itu.

Rene memutar bola mata malas. "Tidak sekalian saja mengikat leherku seperti anjing?"

Demian sempat melihat Rene melangkah ke balkon saat pria itu memasuki kamar adiknya. Dia berdiri di depan meja sang kepala keluarga. Menunggu sang ayah mengijinkannya bicara.

"Demian."

"Ya, Ayah?"

"Apa ada yang salah dengan penampilanku hari ini?"

Young Lady's Bodyguards (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang