7
*****
Keheningan menyergap keduanya. Suara tawa yang sebelumnya sesekali terdengar, perlahan hilang. Berganti detik jam dan suara detak jantung yang bahkan terdengar diatara dua orang yang sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Wajah cantik Andini memenuhi setiap sudut ruang mata Aldebaran.
Laki-laki itu masih menatap Andini dengan tatapan yang entah berarti apa. Matanya terlihat sayu, padahal sebelumnya mata itu terlihat penuh binar manis yang menenangkan. Andini tak berani bertanya lagi, karena Al pun seolah tak mau mengatakan apapun padanya, jadi dia pikir untuk tidak memaksa Al bicara tentang apa yang sebenarnya menganggu pikirannya.
“Kamu jadi mau ke kantor?” Andini membuyarkan lamunan Aldebaran dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak ingin dia tanyakan.
“Jadi, bentar lagi” jawab nya.
“Ya udah, nanti aku berangkat sendiri aja ya ke Nirwana Cafe nya” kata Andin
“Gak usah. Saya bisa anterin kamu” jawab Al
“Ya udah, ayok” Andini beranjak, manarik lengan Aldebaran yang masih mematung“Saya ambilin hoodie kamu dulu ya” kata Al
Andini mengikuti langkah laki-laki di hadapannya, dengan tangan mereka yang masih bertaut. Kaki Indah Andini terekpose semporna, sebab celana super mini yang dia kenakan.Bahkan telapak kaki nya yang halus harus bersentuhan langsung dengan lantai apartment yang dingin. Al berdiri di depan sebuah lemari bercat putih, matanya mengamati setiap baju yang tergantung disana, memilih hoodie mana yang cocok untuk menutup lekuk tubuh indah Andini.
Satu pintu dan pintu lain dia buka satu persatu, sampai akhirnya pilihannya jatuh pada satu hoodie berwarna putih dengan size yang cukup besar.
“Kamu pakai ini ya” ucap Al lembut
Andin mengangguk, lalu membuka kaos nya tepat di hadapan Aldebaran, mata Al membulat sempurna, melihat Andini yang hanya mengenakan bra hitam berdiri dengan santai di depannya. Perempuan itu seolah tak menyadari apa yang dia lakukan, sampai akhirnya hoodie itu sempurna menutup tubuhnya.“Andin...”
“Apa?” tanya Andin sembari merapikan anak rambutnya,
“Kok ganti disini?”
“Lah emangnya kenapa?”
“Ya jangan di depan saya juga”Andini menyipitkan matanya, lalu detik berikutnya, dia tersentak sebab tubuh besar Aldebaran memeluk erat dirinya, dengan kepala yang di benamkan habis ke dalam lekuk leher nya yang hangat.
“Maaas”
“Kamu kenapa sih ndin, saya kan jadi gemees” kata AlAndini hanya tertawa kecil, dengan tangan yang di lingkarkan ke pundak laki-laki itu. Laki-laki yang membawa nya ke dalam pelukan hangat menenangkan.
“Udah, ayo mas, nanti telat loh”
======
Dengan langkah sedikit terseret Andini berjalan menyusuri lorong apartment, berjalan agak jauh dari Aldebaran, matanya hanya fokus pada langkahnya, karena dia terlalu takut untuk dikenali orang kali ini. Topi dan hoodie oversize milik Aldebaran mampu menutup tubuh dan wajahnya, di tambah dengan masker dan kacamata hitam miliknya.
“Gue aman kayaknya” batin Andin. Di parkiran, dia tak langsung masuk mobil Aldebaran, dia menunggu beberapa menit setelah sang pemilik mobil masuk, barulah dia ikut masuk ke dalam mobil hitam itu. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil, menarik nafas panjang seolah seperti lega.
“Harus banget ya begini?” tanya Andin
Sebenarnya, jika bisa dibilang, seharusnya Andin, yang meminta untuk merahasiakan ini, karena dia adalah seorang artis terkenal, namun justru Aldebaran, laki-laki itu yang tak mau hubungannya dengan sang model dan artis ternama itu di ketahui orang. Dia terbiasa menjalani hubungan rahasia dan sangat tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Season 1
FanfictionMengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, umpatan dan adegan dewasa. Seorang model ternama yang harus terjebak di dalam sebuah hubungan rahasia dengan konglomerat muda nan tampan. Andini Alexandra harus selalu menjauhi kamera wartawan setelah ken...