18.
******
Hal yang tak pernah Aldebaran inginkan di dunia ini adalah perpisahan. Rasanya cukup, dia kehilangan mamanya. Sesuatu yang membuat nya tak bisa lagi melihat keindahan semesta. Kesalahan yang dia perbuat pada Andin, kalimat nya yang melukai perempuan itu, menjelma seperti pisau yang tertancap di jantungnya, semakin jauh Andin pergi, semakin dalam rasa sakit dan perih yang dia rasakan.
Suara seorang pria membuyarkan lamunan Aldebaran sore itu,
"Jadi gimana, Al?"
Hartawan berdiri di ambang pintu kamar Aldebaran.
"Pa...." Al menoleh, wajahnya begitu sayu.
"Kamu baru pulang ya? Kata bi Imah kamu dua hari gak pulang Al"
"Iya, aku di Jogja pa"
"Sama pacarmu itu?"
Al terdiam,
"Kapan kamu bawa dia kesini? Bukannya kamu bilang dia hamil? Kamu akan tanggung jawab kan?" tanya Hartawan,
"Andin pergi pa" suara Aldebaran terdengar begitu parau.
Hartawan menyipitkan matanya, kemudian duduk tepat di samping Aldebaran. Hubungan mereka sudah jauh lebih baik, semenjak Erik, adik kandung Aldebaran sudah tidak merepotkan lagi.
"Maksud kamu pergi kemana?"
"Aku juga gak tau pa"
"Loh, gimana? Kok malah gak tau"
"Andin ninggalin aku.."
Kalimat itu membuat hartawan kebingungan,
"Kok malah kamu yang ditinggalin?"
"Aku gak tau gimana jelasinnya pa, tapi Andin pergi. Ninggalin surat buat aku, padahal hubungan kita udah membaik"
"Kamu gak tau dia pergi kemana?"
Al menggeleng lagi,
Mereka berdua terdiam,
"Erik gimana pa?" tanya Al kemudian,
"Erik?"
"Dia baik, tadi barusan nelfon papa. Kuliahnya udah kelar, tinggal ngurus kelulusan katanya"
"Akhirnya mau nyelesain kuliah juga itu anak"
"Bulan depan wisuda. Kamu mau ikut?"
"Papa aja lah, aku gak usah, lagian masih banyak kerjaan juga" kata Aldebaran
"Ya sudah gak apa-apa"
*****
Berlin, tempat yang sepertiga kota nya terdiri dari hutan dan taman kota, serta danau, dan sungai, tempat dimana Andin pergi dan meninggalkan orang-orang yang yang menyayanginya, juga semua yang merasa kecewa terhadapnya.
Andin duduk di tepi ranjangnya, menatap langit dari sela-sela jendela. Perutnya semakin membesar, kehidupan terasa begitu nyata di dalam dirinya.
Dia duduk, membelai-belai perutnya sesekali, matanya begitu kosong, seperti ada yang hilang dalam hidupnya. Dia menatap layar ponselnya, membiarkan berpuluh-puluh pesan tak mendapat balasan.
Dia melirik sebuah foto di atas meja kecilnya. Fotonya bersama Aldebaran jauh sebelum semua kekacauan itu terjadi.
Johan Alexander, warga negara asli Jerman yang tak lain adalah papa kandung dari Andin masih terdiam di depan pintu. Pria bertubuh tinggi besar yang fasih berbicara Bahasa Indonesia itu masih mengamati putri nya. Tak lama dia mendekat,
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Season 1
Hayran KurguMengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, umpatan dan adegan dewasa. Seorang model ternama yang harus terjebak di dalam sebuah hubungan rahasia dengan konglomerat muda nan tampan. Andini Alexandra harus selalu menjauhi kamera wartawan setelah ken...