32/

7.4K 774 36
                                    


32.

****

Aldebaran sudah duduk di pinggir ranjangnya, dengan wajah menunduk lesu menatap kaki nya yang dia gesekkan ke lantai. Al mendongak pelan, menatap ke arah istrinya yang sudah berdiri di depan tubuhnya yang tertunduk lesu.

Tangan lembut Andin membelai bahu suaminya. Dia sedikit membungkukkan tubuh,

"Mas... kamu baik-baik aja?"

Dengan mata sayu nya, Al menatap Andin, lalu menggeleng pelan,

"Kenapa? Kamu sakit?"

"Masakan aku gak enak ya? Kamu gak suka?"

"Bukan.."

"Terus kenapa? Belum selesai makan udah ke kamar? Gak sopan ninggalin papa gitu"
"Iya maaf ya"

Andin duduk di samping suaminya, tangannya tak berhenti membelai bahu Al, sesekali turun ke punggungnya.

"Saya sedih kalau ada yang bahas mama. Banyak hal buruk yang terjadi setelah mama gak ada dan saya bahkan saya merasa begitu sakit kalau bicara tentang mama"

"Mas, maaf ya, maafin aku ya. Aku gak akan masak lagi, biar kamu gak sedih"

"Jangan gitu, papa suka masakan kamu. Gak apa-apa, ini bukan kesalahan kamu ndin"

"Tapi kamu jadi sedih mas"

Aldebaran hanya menggeleng pelan, tanpa bicara apapun lagi. Andin tak pernah tau seberapa rindunya, Aldebaran pada mamanya, sebab selama bersama Al tak pernah sedikitpun bercerita tentang mamanya.

Yang dia ceritakan hanya tentang papa dan adiknya, sesuatu yang sudah cukup membebani dan menyakiti nya selama ini.

Malamnya, Al sudah mulai kembali seperti sebelumnya, dia meminta Andin untuk membuatkannya sepiring nasi goreng. Sudah lamaa sekali Aldebaran tidak makan nasi goreng rumahan semenjak mamanya tidak ada.

"Nasi goreng itu makanan kesukaan mas Al mbak"

"Oh iya?"

"Iya"

"Tapi selama ini mas Al gak pernah minta dimasakin apa-apa Bi, dikira saya gak bisa masak mungkin ya" kata Andin yang sedang menaruh nasi goreng buatannya ke atas piring.

"Tapi emang mas Al gak pernah minta dimasakin lagi mbak"

"Lagi? Maksudnya dulu sering minta?"

Bimah diam sebentar, dia meletakkan sayur sayuran yang sebelumnya dia pegang, lalu mendekat ke arah wastafel.

Mata Andin mengikuti langkah wanita paruh baya itu, menunggu jawaban yang belum dia dengar.

Bimah memelankan suaranya,

"Mas Al itu udah jarang dan bahkan hampir gak pernah minta dimasakin apa-apa semenjak ibu meninggal mbak" ucapnya

"Emang kalau boleh tau, mamanya mas Al meninggalnya kapan bi?"

"Udah lama mbak, sekitar 22 tahun yang lalu. Pokoknya pas mas Erik lahir"

"Mas Al umur berapa ya waktu itu..." Bimah memalingkan wajahnya, sembari berpikir,

"Oh sekitar Sembilan atau sepuluh tahun deh mbak kalau gak salah"

Andin mengangguk pelan,

"Terus bi?"

"Ya udah, setelah itu mas Al jadi pendiem, sering murung, terus sempat gak mau makan, cuma mau makan buah sama roti"

"Kenapa?"

One Night Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang