20.
*****
Dering suara telepon, membuyarkan Aldebaran. Dia langsung melepas ciuman pada perempuan yang ada di hadapannya. Ciuman hangat yang benar-benar dirindukan Aldebaran setelah sekian lama. Tangan besarnya yang berada di tengkuk Andin segera merogoh masuk ke dalam saku jaketnya.
"Papa..." ucap Aldebaran lirih
"Bentar ya, papa nelfon"
Aldebaran beranjak, lalu berdiri di pinggir pintu. Hartawan yang sedang transit untuk melakukan penerbangan selanjutnya duduk di sebuah kafe di bandara. Meminum segelas kopi dan sepotong kue bersama beberapa penumpang lainnya yang juga sedang menunggu penerbangan selanjutnya,
"Dimana Al? udah ketemu adikmu?" tanya pria itu
"Udah pa"
"Terus mana Erik? Di telepon gak diangkat"
"Aku di rumahnya Andin pa, aku gak tau Erik dimana, tadi aku minta Erik buat nunggu di apartment"
"Loh? Udah ketemu Andin?
"Udah"
"Kok gak bareng sama papa?"
"Panjang ceritanya, nanti aja aku certain"
"Ya udah, salam buat Andin, ini papa mau ke pesawat dulu"
"Safe Flight pa, aku tunggu"
Rasanya segala hal jadi lebih menenangkan, semua terasa lebih lega. Hubungan Aldebaran yang mulai membaik dengan papa dan adiknya, membuat hati Al terasa lebih hangat. Suara Andin membuat Al kembali menoleh,
"Mas.."
"Iya.."
Aldebaran kembali mendekat lalu duduk di samping Andin.
"Kamu gak bareng sama papa kamu kesini nya?"
Al menggeleng.
"Saya gak bisa nunggu lebih lama. Pas tau kamu ada disini, saya langsung berangkat"
"Kamu tau dari siapa aku disini?"
"Erik. Dia ketemu kamu di kafe, terus dia cerita ke saya"
Andin menghela napas Panjang, lalu merebahkan kepalanya di bahu Aldebaran. Setiap tarikan napas Andin seolah seperti terlalu banyak kesedihan yang harus dia tanggung, tekanan dan juga Lelah yang berkepanjangan.
Al menoleh ke arah Andin, mereka saling menatap untuk beberapa detik. Tangan Al tiba-tiba bergerak, memegang perut Andin yang sudah lebih besar dari saat terakhir mereka bertemu di Jogja.
Andin tersentak kaget, saat tiba-tiba tangan besar itu tiba-tiba menerobos masuk ke dalam jaket dan kaosnya, membelai perutnya dengan begitu hangat.
"Hai nak..." ucap Aldebaran
"Halo papa..." suara Andin begitu lembut, lirih dan bahkan hampir berbisik.
Al menoleh, dengan wajah yang begitu riang. Senyum terbingkai indah di bibirnya, mendengar ucapan Andin beberapa detik yang lalu itu.
"Ini suara papa. Kamu pasti belum pernah dengar suara papa. Iya kan?"
"Kamu baik gak di perut mama? Bikin mama susah gak?"
"Enggak dong pa, aku selalu nurut sama mama, aku selalu jadi anak baik"
Al menoleh lagi, kini mereka benar-benar saling menatap. Lama.. dalam dan begitu lekat. Mata Andin berkedip pelan,
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Season 1
FanfictionMengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, umpatan dan adegan dewasa. Seorang model ternama yang harus terjebak di dalam sebuah hubungan rahasia dengan konglomerat muda nan tampan. Andini Alexandra harus selalu menjauhi kamera wartawan setelah ken...