Part 28

621 54 7
                                    

Cukup kemarin aku meratapi kebodohan yang telah aku perbuat dan untuk sekarang aku harus baik-baik saja, apalagi aku sudah mempunyai moto hidup baru yang mengesampingkan cinta dan mendahulukan karir. Karna harapan aku, aku gak ingin menjadi wanita seperti sebelumnya yang gampang untuk di raih oleh pria brengsek yang nantinya akan membuat hati ku sakit lagi dan lagi.

Dan aku pun sudah bertekad bahwa tangisan ku yang kemarin adalah tangisan terakhir yang pernah aku keluarkan untuk pria dan aku gak lagi-lagi deh melakulan hal itu. Kenapa gak lagi? Karna sesungguhnya menangisi sesosok pria itu rugi, karena belum tentu pria yang kita tangisin dia tau bahwa kita nangisin dia, bisa aja dia lagi seneng-seneng sama orang orang lain. Dan lagi nangis itu butuh tenaga, lagian aku udah tua juga, malu sama umur udah seperempat abad masa ia seumuran aku lagi-lagi harus nagisin pria berusia 18 tahun yang milih adik aku, kan gak lucu. Mana gara-gara nangis aku gak bisa keluar kamar, malu karna kedua mata ku bengkak alhasil gak ikut makan siang dan malem deh. Maka pada intinya nangisin pria itu rugi banget, banget, banget kalo menurut aku si, ntah menurut kalian gimana.

Setelah kejadian kemarin, aku pun mulai belajar untuk melupakan dengan menghapus semua akses yang berhubungan dengan orang tersebut, mulai dari room chat, histori panggilan bahkan foto dan sosial media nya pun sudah ku hapus dan memprivate semua yang tentang diriku sehingga oramg lain hanya bisa melihat ku dengan sepertujuan ku.

Satu lagi, gara-gara kemarin juga aku bersikeras untuk melamar ke banyak perusahaan-perusahaan di kota ini, gak peduli jauh atau deket yang jelas sekarang aku harus mendapatkan pekerjaan dan kebetulan hari ini aku langsung di interview di satu perusahaan yang terletak di tengah-tengah kota ini.

Aku sudah siap dengan outfit kerja ku yang sebentar lagi tampilan ku aoan sangat ready jika ku berikan polesan lipstik di bibir ku. Ah sempurna

Ah, aku sudah sangat mempesona sekali pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah, aku sudah sangat mempesona sekali pagi ini. Setelah memoleskan lipstik aku memutar tubuh ku, memeriksa apakah ada bagian dari tubuh ini yang tampak tak sempurna dengan outfit hari ini dan akan aku pastikan bahwa tampilan ku sekarang ini tampak menarik, sehingga aku bisa di terima di perusahaaan tersebut.

Perfect.

Aku sesegera mungkin keluar dari kamar ku, setelah selesai mengoreksi penempilan ku dan tak lupa memakai sling bag berwarn coklat dan menjinjing tas karton yang berisikan dokumen data diri ku.

"Pagi semua" sapa ku pada seluruh penghuni rumah yang tampak bingung melihat penampilan ku.

Aku duduk di kursi biasa ku duduki, menyendok makanan yang tersedia di atas meja lalu melahap nya dengan pelan. Baik mama, Dio maupun Shavina masih menatap ku tak percaya, membuat ku mengeryitkan dahi.

"Kenapa? Apa ada yang aneh sama dandanan aku?" Tanya ku pada mereka dan mereka pun kompak bergeleng kepala "terus kenapa masih liatin" seru ku ketus dan mereka pun terlihat seperti sadar, lalu memulai melahap sarapan mereka.

Setelah usai melahap makanan ku hingga tuntas aku pun pamit kepada keluarga ku, meninggalkan mereka yang masih menyantap makanan mereka.

Sudah masuk ke dalam mobil, kini aku sedang menata memtal ku agar tidak asal-asalan mejawab pertanyaan yang tim yang akan menginterview ku nanti. Kan biasanya aku punya penyakit jujur, mudah-mdahan itu gak keluar pas aku interview nanti. Semoga aja.

Perlahan tapi pasti aku mulai kendarai mobil ku, mobil yang punya banyak kenangan di dalam nya dan entah kenapa aku jadi meningat kembali sosok bocah sialan yang main masuk saat aku baru saja menurunkan Shavina di sekolah nya beberapa bulan lalu.

Aku memukul kepala ku, rasa-rasanya aku sudah mulai tak waras karna telah mengingat kejadian kelam itu. Aku harus lupain, ngapain juga aku harus terbelenggu dalam masalalu yang menyebalkan itu, toh ia sudah bahagian bersama adik ku.

Tanpa terasa saking fokusnya aku menyetir kini mobilku sudah terparkir di halaman calon tempat kerja ku setelah mengemudi selama satu jam lewat empat puluh menit.

Aku senang sekali, dengan satu tarikan nafas yang panjang dan menghembuskannta pelan aku benar-benar siap untuk ini. Aku berjalan masuk ke kantor, menanyakan letak ruang interview pada resepsionis lalu berjalan dengan sangat percaya diri menjelajah perusahan tersebut dan tanpa aku sadari banyak mata yang memperhatikan diriku.

Kini aku duduk di bangku panjang, ada sekitar enam orang yang duduk di sana dan akulah orang ke tujuh yang bergabung di sana. Aku melepas earpods ku dari kuping yang sengaja aku pakai meski tidak mendengarkan apapun, ya fungsinya unguk menghindari ucapan-ucapan orang yang tak mengenakan saat aku melintasi mereka dan juga hanya untuk menambah kesan dingin pada diri ku sehingga orang lain gak bisa seenaknya atau menyepelekan aku.

Satu persatu orang di depan ku masuk kedalam ruangan tersebut dan kini giliran aku masuk ke sana.

Seorang pria muda berjas hitam mempersilankan aku duduk di hadapannya, ia tersenyum rama kepada ku dan ku balas dengan senyuman yang sama juga.

Seorang pria muda berjas hitam mempersilankan aku duduk di hadapannya, ia tersenyum rama kepada ku dan ku balas dengan senyuman yang sama juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Selamat pagi hmm-Shanina Visca, betul?" Katanya setelah memegang hard copy data diri ku.

"Betul pak" ucap ku.

"Tolong jangan panggil saya bapak jika berada di ruangan ini, panggil saya Juna atau Arjuna, kalo gak mas, aa atau sayang juga boleh" katanya memecah kekakuan diantara kami.

Aku tersenyum padanya tanpa menanggapi ucapannya. Setelah itu beberapa pertanyaan mulai ia layang kan kepada ku dan aku menjawab semuanya sesuai dengan kenyataan dan kemampuan ku, aku benar-benar tak bisa membaca raut wajahnya karna ia seperti orang yang berbeda setelah melayangkan beberapa pertanya kepada ku.

"Baik terimakasih Shanin, senang mengenal anda" ujarnya saat kami berjabat tangan, setelah itu aku berniat bangkit dari posisiku namun ia tiba-tiba saja berkata.

"Saya suka penjelasan kamu, kalau kamu terpilih apa kamu sanggup untuk penempatan di luar kota? Kalo sepengelihatan saya si sepertinya kamu tidak menyadari bahwa kantor ini membutuhkan sekertaris untuk kantor cabang" jelasnya dan aku terdiam, kantor cabang? Dimana itu, kok aku gak tau ya.

Apa dia sengaja gak menyinggung pembahasan penempatan di awal karna aku gak tau, ah tapi kayanya kalo penempatan luar kota boleh juga. Kan sekalian biar ada alasan aku keluar rumah dan lagi biar cepet move on dan my-ex, kan lama-lama aku gak kuat juga kalo terus-terusan ngeliat Shavina sama bocah itu bahagia.

Mungkin sekarang belum terima, ya kan nanti gak tau hehe.

***

2 November 2021

Selamat pagi, selamat beraktivitas semua.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang