Part 05(B)

7K 342 7
                                    

"Elzan!!" panggil seorang gadis berambut panjang seraya melambaikan tangannya dari kejauhan.

Langkah Elzan pun terhenti, ia kini menatap gadis itu yang bernama Shavina yang mana gadis itu berlari kecil menuju ke arahnya.

"Pagi Zan" sapa Shavina dengan senyum manisnya.

"Pagi" jawab Elzan, lalu membalikan tubuhnya berniat ingin melangkah kembali tapi dengan cepat Shavina menahannya "ada apa lagi Vin?" Tanya Elzan.

Shavina hanya tersenyum, lalu melepaskan pergelangan tangan Elzan setelah memberikan tanda untuk menunggunya sebentar. Ia membuka tasnya, merongkoh sesuatu dari dalam tas dan seperti nya Elzan sudah tau apa yang akan diberikan gadis itu kepadanya.

"Ini Zan, takut kamu tadi gak sarapan sama ini buku biologi kamu yang aku udah kerjain" Serunya riang, diberikannya kotak makan berwarna pink dan buku biologi milik Elzan.

Elzan tersenyum, ia pun menerimanya "makasih ya, tapi lain kali lo gak usah bawain gua bekal tiap hari, mungkin hari ini gue terima tapi kalo besok maaf-maaf aja ya" serunya sedikit mematahkan hati Elzan.

"Kamu bosen ya sama bekal dari aku?" Tanya Shavina polos.

Ia menggeleng kepala "bukan bosen, tapi gue gak mau ngerepotin lo aja Vin" Jawab Elzan seraya menepuk-nepuk bahu Shavina pelan.

Senyum Shavina kembali muncul akibat perbuatan Elzan. Ia merasa penolakan ini akan menjadi kabar yang baik untuk kedekatan mereka, terlebih lagi ia sudah memendam rasa kepada Elzan sejak lama.

"Yaudah, gue ke kelas duluan ya vin" pamit Elzan dan Shavina menghukum sebagai pengganti kata 'iya'

Dan pada akhirnya Elzan pun bisa terlepas dari gadis itu, gadis yang selalu membantunya, memberikan bekalnya kepada Elzan, dan gadis yang selalu mengejar dirinya. Padahal jauh dari Lubuk hati Elzan yang terdalam ia benar-benar sudah menganggap sosok Shavina sebagai saudara nya sendiri, mungkin efek dari berteman lebih dari dua belas tahun.

---

Jam istirahat tiba, dengan gerakan cepat ia pergi dari dalam kelasnya sebelum sosok yang selalu menghantuinya datang menemui. Ya siapa lagi kalo bukan Shavina Andriana si gadis yang menurutnya berisik dan senang akan menganggu hidupnya.

"Zan" ditepuknya bahu Elzan oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Faqil dan Ruslan sahabatnya.

"Ngagetin aja lu Nye!" Seru Elzan, menoyor kepala mereka dengan kedua tangannya.

"Lah siapa suruh ngelamun mulu, mikirin utang lo!" Celetuk Ruslan yang langsung mendapat toyoran kembali.

"Bukan ngelamun, ngaco lo!"

"Terus kenapa? Biar gue tebak pasti gara-gara takut ketauan sama si Vina kan!!" Tebak Faqil tak meleset.

"Tau aja lo...." Ucapan Elzan pun terhenti akibat seruan seseorang yang sangat amat ia kenal.

"Zan, kamu dimana? Aku tau kok kamu di sekitar sini"

"Jangan berisik, kalo gak kalian bakalan di jadiin dodol sama gue!" Bisik Elzan seraya membekap kedua mulut Ruslan dan Faqil.

"Please Zan muncul dong, aku mau ajak kamu makan bareng tau! Aku khawatir sama kamu, Takut kamu belum makan dan nantinya sakit Zan. Kamu kenapa kasih bekal yang aku siapin khusus buat kamu ke si Ridwan!" Ucap Shavina sedih.

"Udah deh Vin, gak usah disini lama-lama! Lo tau kan rumor yang beredar kalo di sini itu angker" ucap seorang gadis yang Elzan tau itu suara milik Cindy sahabat Shavina.

"Masa sih di, padahal Elzan belum ketemu lho"

"Udah si Elzan gak usah dipikirin, kalo dia sayang sama lo pasti dia bakalan nyariin Lo kok" rayu Cindy mencoba membuat Shavina tidak sedih "mending kita balik ke kelas aja deh Vin, lama-lama bulu kuduk gue merinding tau gak!" Seru Cindy.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang