Part 03

8.8K 454 5
                                    

Sadar gak sih kalo Minggu ke Senin itu cepet banget waktunya? Nggak kaya Senin ke Minggu yang rasanya lama banget kaya ngelewatin berabad-abad.

Persisnya kaya sekarang ni, yang mana jam kerja ku baru saja di mulai dan aku sudah di tunggu oleh setumpukan berkas penting yang nantinya harus aku baca, susu atapun perbaiki ulang sebelum aku memberikan pada si botak. Termasuk menyusun dan menata ulang jadwal nya si botak yang kerap kali berubah sesuka hatinya.

Siapa dia?

Dia itu Erik alias si botak—atasan ku yang ter-nyebelin, ter-ngeselin, ter-ngerjain, ter-rese, dan ter-nyiksa. Kalian kudu wajib tau kisah hidup ku selama tiga tahun kerja di kantor ini tuh sebenernya banyak cerita mirisnya, kenapa? Ya karna satu persatu karyawan tetap milih mengundurkan diri setelah di angkat jadi asisten dia. Dan kalo boleh jujur aku juga si gak betah kerja disini, tapi kalo gak karena buruh kerjaan buat mengusir gabut ku di rumah ya oke-oke aja si, toh aku kerja di sini sambil menunggu panggilan dari perusahaan lain kok.

Setelah beres memperbaiki jadwalnya si botak akhirnya aku bisa bernafas lega sejenak, mungkin aku ingin bersantai sejenak sebelum kembali berkutat pada berkas yang lainnya. Akan tetapi belum saja itu terjadi, si botak udah panggil aku duluan dan otomatis aku pergi ke ruangan nya.

Ku ketuk pintu ruangannya sebelum ia mempersilakan aku masuk ke dalam ruangan nya. Setelah berada di dalam, si botak mempersilahkan aku duduk di kursi di hadapannya dengan tatapan tajam seakan ingin menerkam ku bulat-bulat.

"Kalau saya boleh tau ada apa ya bapak panggil saya?" Ku memberanikan bertanya kepada nya, ya meski aura-aura nya si botak sudah negatif ke pada ku.

Dia nggak ngejawab pertanyaan ku, malah dia menunjuk pada suatu berkas yang entah tersiram kopi atau emang sengaja di siaran olehnya.

"Maksudnya apa pak?" Tanya ku agak bingung si, tapi jika dilihat-lihat itu bukannya map yang sudah ku kerjakan Sabtu kemarin yang menyebabkan aku pulang telat.

Lagi-lagi si botak tidak menjawab pertanyaan ku, dia lebih milih diam tanpa mengubah posisi maupun ekspresinya. Eh, tapi setelah dipikir-pikir dan di lihat-lihat secara seksama, kayanya map berkas yang ke siram kopi itu bukan berkas sabtu kemarin deh, melainkan susunan jadwal nya si botak yang baru aku selesaikan tadi.

Ingatan ku pun kembali pada dua menit yang lalu. Mataku membulat, astaga!!! Waktu dua jam ku yang berharga hilang dalam sekejap. Kalo gini sih sirine pemadam kebakaran di benak ku langsung terdengar dengan kencang.

"Lah, pak ko jadwal bapak jadi basah ke siram kopi kaya begitu?" Tanyaku heran.

Si botak semangkin menatapku tajam. Bahan saking tajam nya sampe-sampe aku pengen bilang 'pak nanti mata nya copot loh'. Namun apa daya aku tidak punya keberanian semacam itu pada atasan ku. Kenapa? Karena aku masih ingin bekerja di perusahaan ini hingga menemukan perusahaan yang cocok dengan ku.

"Kamu mengenal saya sudah berapa lama Shanin?" Serunya, baru aku mau menjawabnya dia udah ngoceh duluan "kalo sudah tidak betah bekerja di perusahaan ini mending keluar aja deh, percuma saya punya sekertaris yang gak becus kaya kamu!"

Aku diam seribu bahasa dengan tatapan melongo.

Apa? Menurutnya selama ini kerjaan ku gak becus? Dia benar-benar sudah keterlaluan.

Kalo sudah begini alangkah beruntungnya Akhtar yang sudah di angkat sebagai divisi lain tanpa merasakan jadi asisten si botak. Coba aja atasan ku ini Akhtar, mungkin dia yang bakalan aku omeli habis-habisan. Bukan nya aku.

"Kamu itu sadar gak sih kinerja kamu sangat buruk bagi perusahaan ini, dan asal kamu tau yang selalu menyelaraskan tugas-tugas kamu ya saya yang kini sudah cukup muak dengan kinerja kamu Shanin! Dan tolong Shanin jangan jadikan kantor ini ajang tebar pesona kamu, kamu pikir kamu sedang melakukan kontes kecantikan hingga menghalalkan segala cara untuk membujuk saya agar tidak marah pada kamu. Sorry, saya tidak tergoda!"

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang