Part 05(A)

7.3K 382 9
                                    

Hari ini aku menjalankan aktivitas ku kembali. Seperti biasa yang terus berkutat dengan layar komputer dan siap untuk di marahi si botak gara-gara kelakuan bocah sialan itu kemarin. Kalian gak tau kan gimana rasanya jadi aku sekarang, diliatin para staf yang selalu memperhatikan bibirku karena menggunakan lipstik berwarna merah yang sangat mencolok, tida sepeti biasanya.

Aku gak tau seberapa ganasnya dia sampe ngebuat bibirku berubah warna kaya begini, tapi yang jelas semoga saja aku gak akan ketemu lagi dengan bocah itu.

Setibanya aku di meja, kulihat sudah tersusun setumpukan berkas di sana yang mana tugas ku menjadi dua tumpukan. Dan itu artinya menambah daftar pekerjaan ku yang harus ku bereskan hari ini, kalo tidak si botak alias Erik itu pasti akan mengamuk habis-habisan kepadaku.

Aku bertekad untuk mengerjakannya secepatnya, namun terlintas dibenak ku sebuah gambaran biskuit dan secangkir teh hangat yang mungkin bisa membuatku bersemangat di pagi ini. Atau, apa ini efek lapar dari akibat menolak sarapan pagi di rumah ya.

Ku putar tubuhku menuju pantry, setibanya aku di sana kulihat ada Gita, Ari, Vian dan Bagas yang duduk di meja makan dengan memegang secangkir kopi di setiap pria. Dan bisa ku simpulkan, pasti ke-3 pria itu sedang merayu Gita dengan membuatkannya secangkir kopi. Aaaaaaaaaaaaaa, ko aku jadi pengen digituin yaaa.

"Kalian sedang apa?" Kutanya mereka dan nampaknya mereka sama-sama terkejut atas pertanyaan ku barusan.

Bagaimana gak terkejut, aku membuka pintu dengan perlahan tanpa sepengetahuan mereka, tapi suaraku tiba-tiba mengagetkan mereka seketika.

"Eh ibu!" Seru mereka berbarengan, semuanya tersenyum kepadaku termasuk Gita.

"Aku gak butuh senyuman kalian, memangnya aku bisa kenyang atau bisa minum dengan senyuman kalian" sindir ku dengan senyuman.

Mereka berdiri dengan sigap, sebenarnya si aku cuman mau berkata seperti itu aja gak lebih ko. Toh aku juga gak mau kalo aku sedang dirayu sama orang terus ada yang mengganggu.

"Ibu mau apa?" Tanya mereka kompak.

Nah kan kalo udah ini mirip banget sama serial kartun asal Malaysia Upin Ipin dan Apin itu lho. Upss, ralat maksudnya Upin Ipin yaa.

"Saya gak butuh apa-apa, cuman tadi kan saya bertanya masa gak ada yang jawab" ucapku seraya mengambil sebuah cangkir, memasukan teh celup dan memberinya sedikit gula setelah itu menuangkan air hangat nya "kalian gak denger tadi saya nanya apa?"

"Aaanuu Bu, tadi ibuu bila..ng kalo kami lagi ngapain..." Seru Gita dan aku hanya mengangguk kan kata Gita sebagai ucapan benar.

"Nggaanuuu Buu, kii-taa. Abi..ss bikin.. Kopi cahalenge!" Seru Gita kembali.

Aku selalu senang jika mendapati mereka seperti ini di setiap paginya, karena itu bisa menjadi suatu vitamin ku sebelum melakukan hal yang serius.

"Bukan cahalenge, tapi challenge ya git" koreksi ku.

Gita hanya tersenyum menampakan sedikit deretan giginya yang rapi terhadapku, gak tau kenapa aku itu jadi suka akan sosok Gita yang kadang berulah dan PD meski gugup dan sedikit gagap. Tapi ya sudahlah, aku gak akan menggunakan mereka lagi.

"Btw, kamu mau pilih yang mana ni?" Goda ku, Gita tersipu malu.

"Yaudah saya permisi dulu ya, dan saya ingatkan sekali lagi jangan panggil saya dengan sebutan ibu ya. Mba juga gak apa deh, asal jangan ibu oke" jelas ku, sekalian pamit dari hadapan mereka si sebetulnya.

Setelah siap, ku bawa dua cangkir teh dan dua bungkus biskuit ini kemejaku dan meja si botak. Ku letakan semuanya persis di tempat yang selalu si botak perintahkan, ya karena si botak itu orang nya sangat detail alis perfectionist. Eh tap kadang juga dia gak jelas banget si orangnya.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang