Part 10

5.9K 323 12
                                    

Anggia Fatya: Cin, yuhuuu
Anggia Fatya: Dateng ya di acara pertunangan gue
Anggia Fatya: Hari ini cuy. Jangan tanya kenapa dadakan banget yey
Anggia Fatya: POKOKNYA HARUS DATENG HARI INI JAM 2
Anggia Fatya: Di cafe Lamoresa, di tunggu kedatangannya.

Raya Anzani: Wow, so excited
Raya Anzani: Demi apa lo gi?
Raya Anzani: Selamat ya babe, gue pasti dateng kok.

Anggia Fatya: Bawa pasangan masing-masing ya kalo kalian punya *gue gak ngejek lo kok nin

Raya Anzani: Oke, gue bakalan bawa Yuda dah.

Anggia Fatya: Sip.

Shit! Yang kaya gitu gak ngejek? Emang paling bisa ya si Anggia mengejek aku dari dulu.

Udah pacar kena tikung sama dia, sekarang mau nikah pun harus di di dahuluiin sama merek. Aku gak terima tuhan, kenapa kau menciptakan manusia macam Anggia dan Jerio di muka bumi ini. Belum puas apa mereka membuat ku malu di reuni tahun kemarin dan sekarang pasti bakalan ada reuni dadakan pula.

Apa salah Shanin sampe nasibnya kaya gini? apa karena aku jarang shalat? itu bener banget. Atau apa gara-gara aku jarang ngaji juga? maklum mau iqro lima aja gak tuntas.

Ih, Raisa bingung deh!

Kepala ku rasa-rasanya berputar untuk kali ini. Aku harus mencoba mendapatkan jalan keluar plus pria yang bisa ku ajak ke acara Anggia. Kan tengsin banget! Mana si Raya gak bakalan bisa jadi cs untuk hal yang satu ini.

Ah, masa ia cewek secantik aku gak laku! ini gak adil dan bener-bener gak adil, mana jam 2 waktunya sejam lagi. Apa satu jam?

Tahu bulat banget di astaga.

Layar ponsel ku pun kembali menyala, mendapati pesan dari Anggia yang enggan ku baca di deretan notifikasi teratas.

Pasti mau pamer doang. batin ku.

Layar ponsel ku pun kembali menyala untuk yang ke dua kalinya, tapi bukan dari Anggia. Melainkan dari Akhtar.

Astaga, pangeran berkuda putih ku. Paling bisa banget deh dia nyelametin harga diri ku yang sedang kepepet begini. Dan ku putuskan membaca pesan tersebut.

Melayang, terbang diawan seakan aku lupa jalan untuk turun dan hap. Dengan sekali kedipan aku sudah terempas hingga tersungkur di bumi yang fana ini.

Akhtar S: Kamu berangkat sama siapa cha ke acara Anggia? bilangin salam dari aku yang gak bisa dateng. Maklum lagi pulang ke bogor dan gak bisa balik cepet-cepet.

Itu pesannya, ngeselin banget kan.

Rasanya aku ingin sekali mengumpat pada hari yang sial ini, namun aku pun berfikir lagi sungguh sayang tenaga ku jika aku harus mengumpat di sini. Simpan tenaga mu Shanin untuk meladeni pihak-pihak nyinyir yang nanti kau akan temui.

***

Dress putih polos tanpa lengan di padu kardigan coklat susu menjadi style ku hari ini. Dengan tambahan dompet berwarna senada dengan kardigan dan flatshos berwarna putih dengan tempelan manik-manik.

Wajah ku kini sudah terpoles make up natural dengan rambut panjang yang sengaja ku gerai. Biar gampang ngibas rambut pada tukang nyinyir maksud nya.

Langkah ku sedikit ragu, ada bisikan aneh saat aku mau memasuki cafe tersebut dan alangkah kagetnya aku saat ada seseorang yang mencekal lengan ku. Sontak aku menoleh dong.

"Lo lagi!" seru ku, kaget akan sosok yang paling tak ingin ku lihat ada di hadapan ku "mau apa lo di sini?" tanya ku garang.

"Ketemu sama kamu sayang" ucapnya sambil menoel hidung ku "btw, lo cantik banget. Gue mangkin suka" ungkapnya.

Jangan sampe merah kaya tomat, please.

"Kenapa? loh, muka lo kok merah kak" ujarnya.

Mampus!

"Gue mau ke dalem" pamit ku sambil mencoba melepaskan cekalannya.

"Mau bareng gue gak?" tanya pria entah mana nya siapa gue lupa dan pastinya jika gue ke dalam bawa dia pasti banyak pertanyaan yang tibul.

Contohnya: Shanin itu siapa? dateng ke acara beginiaan kok bawa adek si, cowoknya mana?.

"Gak. Gue bisa sendiri kok" tolak ku masih dalam ke adaan mencoba melepaskan diri.

"Apa lo gak malu liat orang yang dateng bawa pasangan sementara lo sendiri" ujarnya.

Ku teguk saliva ku sambil mempertimbangkan apa peekataannya, hingga suara seseorang yang agak ku kenal masuk ke telinga ku.

"Shanin, cantik banget lo. Dateng sama sia? lo cowoknya?" tanya Radita yang tak lain bekas musuh bubuyutan ku saat merebutkan Dena yang ew banget kalo di inget-inget.

"Elzan, calon tunangan Shanin" kenalnya pada Radita.

"Jadi dia bener-bener cowok lo? astaga nin, pinter banget si milih cowok. Setelah sekian lama putus dari Jerio lo dan gue denger lo jomblo terus sampe gak bisa move on dan sekarang lo bawa kabar yang mengejutkan" oceh Radita yang bakalan nyebarin gosip ini ke geng dia.

Setelah bercakap-cakap cukup canggung dan cukup memalukan diri ku, sekarang aku pun sudah berkumpul dengan teman-teman ku di dalam.

Acara pertukaran cincin sebentar lagi di mulai dan aku merasa cukup risih akibat tatapan Jerio yamg terus memperhatikan ku lekat-lekat. Apa itu hanya perasaan ku saja?

Kinilah saatnya, di mana mc telah menginterupsi untuk pemasangan cincin yang baru saja di lakukan oleh Anggia kepada Jerio di iringi musik yang begitu merdu di lantunkan oleh seorang pria. Apa? remaja tengil itu yang nyanyi.

Kagum bercanpur senang melihat teman ku yang akan resmi bertunangan dan pastinya sebentar lagi mereka bakalan menikah.

Ya walaupun mereka jahat kepada ku, tetapi aku tak boleh jahat hingga samanya seperti mereka. Itulah yang selalu di ajarkan oleh mama ke pada ku.

Dan kini mc menginterupsi kembali kepada Jerio yang kini adalah gilirannya menyematkan cincin di tangan Anggia namun ada yang janggal kembali seperti ia sedang berjalan ke arah ku membuat para tamu terbelak dan tepat di hadapan ku Jerio berjongkok.

Musik yang di lantunkan oleh remaja itu terhenti dan kini aku lah yang menjadi pusat peehatian seluruh tamu, termasuk dua pasang orang tua yang tengah menatap ku.

"Will you mary me?" ujarnya.

Seisi pengunjung yang berada di dalam sini sontak mengucap kata 'Apa' dengan berbarengan.

"Lo gila" umpat ku.

"Tapi gue pengennya lo yang jadi tunangan gue, bukan Anggia!" seru nya.

Ku tatap Anggia yang kini menatapku penuh ke bencian dan aku terjepi pada posisi ini.

"Mau kan lo nikah sama gue?" tanyanya lagi.

Sebuah lengan kekar merangkul diriku dan bisa ku tebak pasti remaja itu.

"Hey bung, kayanya lo salah ngajak nikah sama calon tunangan gue" ujarnya mangkin memper keruh suasana.

"Jadi, lo calon anin?" tanya Jerio tak percaya.

"Ya dan satu bulan lagi gue akan lamar dia. So, gue harap lo jaub-jauh dari cewek gue" selesai mengucapkan kata-katanya ia pun membawaku keluar ruangan lebih tepatnya ke taman untuk menenangkan diriku.

Tanpa ku sadari air mata ku tumpah dalam rangkulannya.

Bogor, 28 Mei 2018

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang