Part 04

7.6K 399 2
                                    

Aku terus meronta demi melepaskan tubuhku yang terkunci di dalam dekapan berondong sialan ini. Dan lebih sialnya lagi kenapa ia menguasai diriku sepenuhnya? bahkan hampir saja membunuh ku akibat kekurangan oksigen.

Sudah satu jam lebih kita seperti ini tanpa ada gangguan dari orang sekitar yang setidak nya lewat kek untuk menyelamatkan aku dari keganasan brondong ini. Demi apapun aku muak dengan kelakuannya yang minus ini, apalagi saat ini lidahnya masih sibuk mempermainkan lidah ku yang jujur tak ingin ku balas lumatan nya.

Toh gak di bales pun dia bisa main sendiri, lagian juga kalo misalnya aku bales lumatannya nanti dia bakalan besar kepala lagi.

Dan pada akhirnya berondong ini pun melepaskan ciumannya setelah menggigit bibir bawahku terlebih dahulu. Kini aku dan dirinya sama-sama terengah-engah, mengambil nafas panjang kami lalu mengeluarkan nya dengan pelan-pelan.

Pikiran ku kembali kepada beberapa menit yang lalu, dimana ia mencium ku dengan sangat nafsunya. Dan tak ingin hal tersebut terjadi lagi kini ku jauhkan diriku dari dirinya, membuang penglihatan ku keluar sana tanpa ingin memperhatikan wajah si berondong itu yang tampak begitu riang sambil menghirup udara segar. Menjengkelkan emang.

"Makasih ya sayang, aku seneng banget" Serunya sambil mengusap pucuk kepala ku

Cih, siapa dia? Berani-beraninya ia memanggilku seperti itu. Emang aku ini anak seumurannya apa? Pake sayang segala, kaya anak bocah yang dimabuk asmara aja.

"Siapa suruh kamu arahin wajah ke aku, kan jadi gak sengaja deh cium kamu" lanjutnya tanpa rasa bersalah.

Wedus mu! Ya tuhan, kenapa gak tolongin Shanin dari perbuat laknat bocah itu? Aku benar-benar pengen banget keluar dari mobil ini dan pergi jauh dari bocah sialan ini.

'cekrek'

Ia memotret ku dengan sengaja, terlebih dengan keadaan berantakan gara-gara aksinya tadi. Ia menyentuh pinggang ku dengan sengaja, benar-benar tidak sopan dan tidak senonoh kali pada yang dewasa. Aku menoleh ke arahnya, niat memberikan tatapan horor eh malah aku mendapatkan kecupan di bibirku kembali olehnya.

Aku tersentak untuk yang kedua kalinya, apalagi ketika ia memberi kecupan yang lagi-lagi memiliki nafsu besar pada bibirku kembali. Jujur aku belum siap untuk hal ini dan tidak tahu kenapa aku malah membuka mulutku secara cuma-cuma kepadanya, seakan aku menyerahkan diri padanya.

Astaga tuhan, kenapa pikiranku tidak sejalan dengan hati dan tingkah ku?

Apakah aku sudah tidak waras?

***

Pukul lima sore, aku sudah sampai di dalam rumah dengan keadaan bibir sedikit bengkak dengan warna kebiruan-biruan yang membuat seluruh keluarga ku bertanya-tanya dengan penampilan ku itu. Ah, sial sekali bukan.

Ini semua gara-gara bocah sialan itu, awas aja kalo nanti ketemu. Aku bakalan jadiin dia perkedel atau gak dendeng balado enak kali ya? Eh bentar, tapi kan aku gak bisa masak menu yang sulit! Gimana mau jadiin bocah sialan itu dendeng balado, tapi kalo perkedel kayanya aku bisa.

Gak mau ngambil pusing, mending aku tidur aja di kamar ku yang nyaman ini. Belum saja aku menutup mataku, tiba-tiba saja handphone ku berdering menampilkan grup gibah di notifikasi paling atas.

Raya Anzani
P

P

Anggia Fatya

Ada apa si Ray?

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang