Part 29

712 66 12
                                    

Aku bersorak kegirangan saat mendapatkan email dari perusahan yang sudah menginterview ku lusa lalu di mana aku dinyatakan di terima tuk bergabung di perusahan tersebut. Aku sungguh bahagia, sampai tak ku sadari mama membuka pintu masuk kamarku tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Teteh, nyebut teh. Pagi-pagi dah teriak-teriak aja, ada apa? Bikin mama kaget" serunya dengan menampilkan raut wajah khawatir.

Aku pun meloncat dari kasur ku, menghampiri mama dan langsung memeluknya.

"Anin keterima kerja ma" bisik ku.

Mama melepaskan pelukan kami, menatap ku serius "beneran ini teh?" Tanya nya tuk memastikan dan aku hanya menganggukan kepala.

"Huaaa, selamat ya teteh akhirnya dapet kerjaan" serunya dengan gembira tanpa kami sadari kita berlompat-lompat bersama sambil berpegangan tangan dan itu membuat Dio dan Shavina datang menghampiri kami.

"Ini ada apa sih berisik-berisik?" Tanya Dio.

"Iya ni, mama sama kakak kenapa?" Sambung Shavina.

Mama melepaskan tautan tangan kami, lalu menghadap ke dua adik ku "teteh keterima kerja" beber nya.

"Serius?" Tanya Dio tak percaya dan aku hanya mengangguk "yah, gak bisa bawa mobil ke kampus lagi dong" tutur nya tak bersemangat, berbeda dengan Shavina yang tersenyum bahagia mendengar kabar ini.

Jelas Shavina bahagia toh saingannya bakal pergi hehe.

Aku jitak kepala Dio yang berani-beraninya tak ikut bahagia atas kabar ini.

"Sakit teh" ringis nya.

"Abis orang dapet kabar bahagia kamu malah begitu, tadinya kakak ada niat mau kasihin mobil nya ke kamu, tau ekspresi kamu begitu kakak jadi ogah" jelas ku.

Emang dari awal aku sudah berniat untuk kasih mobil ku ke Dio dan aku juga berniat buat beli kendaraan baru dengan jeripayah ku sendiri, ya meskipun mobil yang aku punya saat ini angsurannya pake uang ku tapi tetep aja papa yang ngedepein mobil tersebut bahkan gak jarang papa bayarin angsurannya juga.

"Lah jangan begitu dong kak, kalo udah punya niatan baik kenapa gak langsung di realisasikan" tururnya.

"Bisa banget ya ngomong nya" cibir ku, lalu mengambil kuci mobil dan stnk yang ada di dalam nakas.

"Ni, berdua sama Vina. Awas aja kalo Vina gak di ajarin sama kamu" kata ku pada Dio dan ia mengangguk lalu kegirangan karna mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Kak, tapi kan kakak mau kerja masa ia mobil nya di kasih ke bang Dio terus kakak pake apa?" Tanya Shavina memecah kebahagiaan Dio.

"Ih ngapain sih tanyain itu dek, yang penting kamu sama abang bisa berkendara pake mobil kan enak" tutur Dio.

Aku mendelik pada Dio, memeberi tatapan tajam kepadanya dan ia langsung menungkulkan kepalanya takut.

"Ya, kakak beli baru lah, masa ia kantor baru gak punya mobil baru" tutur ku, membuat Dio melongo bak sapi ompong.

Dan setelah itu kami semuapu tertawa, menertawai raut wajah Dio yang aneh itu, sungguh menyenangkan ya berbagi kabar bahagia, meski ada suatu hal yang mengganjal di dadaku.

"Ets, tapi Dio, apa boleh kakak pinjem dulu mobilnya sampai habis minggu ini" kataku.

Dan Dio pun kecewa saat mendengar perkataan ku barusan "Ahh kakak!!!!"

***

Siang ini aku sudah janjian dengan dua personil geng rempong ku, di salah satu mall yang lokasinya terdrkat dengan tempat kerja kedua sahabat ku.

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang