Part 33

510 30 1
                                    

Shavina Po'v

Akhirnya aksi tutup mata dan tutup kuping ku selama ini tak ada gunanya.

Aku tertawa sumbang, lebih tepatnya menertawai diri sendiri karna telah memergoki mereka yang dalam adegan memeluk dari belakang. Di otak ku entah kenapa langsung tergambar kelakuan bodoh ku selama ini yang bersikap seolah-olah tak mau tau mengetahui hubungan yang mereka jalin selama ini. Diantara kakak perempuan ku dengan seseorang yang aku suka.

Dada ku sesak seketika dan rasa kecewa beserta kesal yang mendalam langsung tercampur aduk dalam diriku.

Refleks kedua tangan ku mengepal tuk menahan diri, akan tetapi sedetik kemudian air mata ku pun menetes setelah menguping potongan percakapan mereka.

"Lepas" pinta kak Shanin.

"Aku cuman mau ingetin, tolong jaga hati kakak dan tunggu aku beberapa tahun lagi" seru Elzan yang berbisik akan tetapi aku masi bisa mendengar nya dari luar.

"Oh ya, siapa lo" seru kak Shanin lagi.

Dan kinilah saat nya.

"Karna aku cin-"

"Elzan!" Refleks ku memanggil nama pria yang ku sukai itu, karna tak ingin mendengar nya mengucapkan kalimat yang pastinya akan membuat hati ku tambah sakit lagi. Sebelum nya aku menghapus jejak air mata ku agar aku tak terlihat terlalu menyedihkan di hadapan mereka.

Kak Shanin yang melihat ku langsung terdiam di tempat namun masi tetap dalam posisinya yang di peluk dari belakangoleh Elzan.

"Vin, in-" ucap nya yang langsung ku potong karna tak ingin mendengar penjelasan nya.

"Stop kak" kata ku dan entah kenapa aku rasa bibir ku swdikit bergetar dan mata ku pun mulai berkaca-kaca hingga sedetik setelah nya turun lah air mata ku.

Ah sial!. Batin ku.

Kak Shanin menatap ku lekat-lekat, ia lantas berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Elzan lalu setelah itu menghampiri ku yang sudah meneteskan beberapa tetes mata.

"Vin, ka-" lagi aku memotong ucapannya.

"Stop kak, aku bilang stop" seru ku tak ingin mendengar apapun penjelasan dari nya.

Dan satu-satunya yang aku ingin dengar ialah perkataan pria itu yang justru tak berkata sedikit pun dan hanya menatap ku dengan tatapan wajah tanpa dosa nya. Demi apapun aku sangat kesal sekali kepadanya!

Aku melangkah masuk ke dalam kamar kost kakak ku, menghiraukan sosok kakak yang tadi menghampiri ku tuk memberi penjelasan dan memilih menghampiri pria itu.

Setelah jarak kami dekat aku benar-benar tak bisa berkata-kata pada nya hingga satu tangan ku bergerak menampar pipi Elzan tuk melampiaskan kekesalan ku selama ini.

"Vin!" Panggil kakak ku, namun aku tak mengubris nya.

Aku membalikan diri ku, menatap kak Shanin yang menatap ku dengan raut wajah khawatir, iba atau bisa juga itu ekspresi yang sengaja di buat-buat kakak karna telah berhasil menang dari ku "I really hate you" kata ku dengan menggunakan penekanan kata di setiap katanya pada bocah itu dan setelah itu aku pun menangis meratapi hidup ku yang menyedihkan, malu dengan situasi ini akhirnya aku memilih pergi ke kamar mandi tuk menenangkan diri tuk sesaat.

.
.
.

Akhirnya sampai juga di rumah.

Aku keluar dari mobil tanpa memperdulikan orang lain, berjalan menuju pintu utama, membuka kuncinya lalu masuk kedalam tanpa berbicara pada siapa pun dan mengakhiri ini dengan masuk kedalam kamar terus membaringkan diri di kasur.

Huftt.

Aku membuang nafas ku lelah setelah mengingat kejadian tadi yang sangat kurang menyenangkan untuk ku, sekaligus sangat melukai harga diri ku juga.

Aku memejamkan mata, bersiap tuk tidur agar melupakan semua kejadian tadi akan tetapi bunyi ketukan sukses membangunkan diri ku.

"De" panggil mama dari luar sana, masi mengetuk pintu kamar.

"Iya ma?" Tanya ku setelah bangun dan membuka pintu kamar.

"Tolong temenin dulu nak Elzan sama mas Akhtar gih, mama mau ganti baju dulu sebentar" kata nya memerintah ku.

"Bang Dio kemana emang?" Tanya ku.

"Lagi beli makan dulu" kata mama dan aku menghembuskan nafas ku lelah lalu menuruti ucapannya.

Dan disinilah aku sekarang, duduk di sebrang kedua pria berbeda usia yang saling terdiam. Dimana kedua pria tersebut memiliki hubungan dengan kakak perempuan ku.

Aku memainkan ponsel ku tuk mengusir rasa kesal hingga beberapa saat mama pun datang dengan nampan yang membawa empat gelas air.

Akhirnya.

Aku bangkit dari duduk ku "ke kamar dulu ya ma" pamit ku namun mama mencekal tangan ku.

"Apa ma?"

"Gak sopan ada tamu malah di tinggalin" katanya menegur ku.

"Aku capek ma" alibi ku.

"Capek apa? Capek tidur?" Sindir nya.

"Maa" seru ku tanpa peduli langsung pergi karna sebal dengan perkataan mama.

"Nak Elzan kalo mau ikut ke atas boleh, asal jangan macem-macem ya" ucap mama pada Elzan.

Jujur setelah mendengar itu gak tau kenapa aku makin kesal.

Saat aku meraih gagang pintu kamar ku, di situ juga aku merasa ada sebuah tangan yang mencekal tangan ku dan benar saja sosok Elzan lah yang ada di belakang ku.

"Vin" panggil nya namun aku tak bergeming, mencoba menganggapnya seperti angin lalu.

"Shavina" panggilnya lagi.

"Lepas" pinta ku karna ia sudah menghalangi jalan ku.

Dia menggelengkan kepala "kita perlu bicara vin"

Ujung bibir ku sedikit terangkat, layaknya sebuah senyuman yang sengaja di buat agar terkesan menjengkelkan "apa yang perlu di bicarain?" tanya ku.

"Banyak" katannya.

"Bisa contohin salah satu nya?" kata ku menantangi nya.

"Masalah tadi, gu-"

"Bisa gak, gak usah bicarain masalah tadi. Jujur kalo lo mau bicarain masalah tadi gue ngerasa lo udah ngeluain harga diri gue banget zan"

"Maksud lo?"

"Gue suka dari dulu sama lo zan dan gue kira lo sepeka itu dengan perasaan gue" ungkap ku "selama ini gue kira kita dekat tuh karna lo mau nunjukin bahwa lo ada rasa yang sama ke gue! bukan karna lo incer kakak gue!" sambung ku dan entah mengapa aku rasa mata ku mulai memanas.

"Selama ini gue tutup mata, tutup telinga setiap kali lo bersikap aneh kalo ada kakak gue, gue kira itu adalah suatu kesalahan yang gak sengaja di buat sama lo dan gue nutupin semua itu dengan meyakinkan diri gue kalo selama ini lo ajak jalan atau ketemu gue karna memang lo ada rasa ke gue zan, tapi ternyata gak begitu kenyataan nya!" jelas ku berapi-api, tanpa sadar aku meneteskan air mata.

Tak ada yang Elzan ucapkan kepada ku hingga beberapa detik kemudian ia membawa ku masuk kedalam dekapannya dan entah mengapa tangis ku yang ku semakin deras di dalam pelukannya.

"Gue suka sama lo, zan, Tapi kenapa lo malah suka kakak gue?" Tanya ku dan setelah nya aku hanya mendengar ucapan maaf dari nya dan tanpa sadar ternyata ada seseorang yang menguping semua percakapan ku dan Elzan.

Udah gue kira ni orang gak beres.

12.10.2022

BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang