"Shavina, cepetan keluar. Nanti telat!" Panggilku yang kini mulai lelah menunggu sosoknya.
Sudah dua puluh menit aku menunggu kedatangan Shavina yang tak kunjung datang di pagi ini, padahal hari ini adalah hari pertamanya menghadapi ujian Nasional.
Emang ya dia itu pantes banget di cap sebagai ratu ngaret di rumah ini, habisa kalo janjian sama dia gak pernah tepat waktu. Gak kaya aku yang suka on time walaupun kadang suka sedikit ngaret juga.
Lelah aku menunggu di menit ke tiga puluh, aku pun bertekad menghampiri kamarnya. Mengetuk-ngetuk pintu kamar dengan kencang layaknya pasukan pelempar batu di saat tauran sedang berlangsung.
"Na, ayok keluar. Nanti telat loh masuk nya!!" Seru ku namun tak ada yang menghiraukan.
Emang sialan si Shavina ini, paling suka ngerjain aku semenjak aku terima dia sebagai cs kemana-mana. Kan jadi ngelunjak!!
Semangkin kesal aku di buatnya menunggu, aku pun memilih untuk ngambil kunci cadangan kamar Shavina yang di letakan di lemari kunci.
"Mau apa teh?" Tanya mama saat melihat ku mengambil kunci.
"Mau bangunin si Vina mah" jawab ku.
"Emang Shavina gak bilang sama kamu?"
"Bilang apa mah?" Tanyaku balik sambil mengerutkan kening.
"Dia udah berangkat tadi pagi-pagi banget, katanya si mau belajar bareng-bareng sama temen-temennya!" Ucap mama.
Ku tampar pipiku sendiri hingga sedikit mengeluarkan warna kemerahan. Mama yang melihat pipiku macam pake blush-on hanya meringis, mengusap sedikit pipiku yang ku beri tamparan dengan sedikit kelepasan.
"Sakit teh?" Tanya mama.
Aku pun menganggukan kepalaku pelan.
"Mau di samain gak satunya?"
Gudubrak...
Tega kali ya mama ku ini, astaghfirullah. Ku kira mama mau ngobatin pipiku, tapi kenapa dia malah gemas ingin menambahkan pada yang satu lagi. Jahat kali ya.
Ih, logat apa si itu. Aku kan orang Sunda asli, apa jangan-jangan aku barusan kesurupan? Kok jadi ambigu gini ya.
"Apaan si mah, sakit tau" seru ku " kan kakak juga gak sengaja, kelepasan" lanjut ku.
"Tapi aneh teh, masa yang satu merah uang satu nggak. Nanti di sangka pilih kasih!" Jelasnya.
"Ih, mamah ada-ada aja. Satu aja udah sakit apa lagi dua, yaudah aku mau berangkat ah. Butek di rumah terus" pamit ku sambil mencium punggung tangan nya.
"Hati-hati ya, pulang jangan malem-malem" peringat nya.
"Oke, besok subuh ya" jawab ku lalu ngibrit menuju luar.
Aku pun masuk kedalam mobil, menyalakan mesinnya dan mengemudikan nya dengan tenang. Tanpa arah ku putar-putar kota indah yang telah membesarkan aku ini, hingga perut ku terasa lapar dan ku hentikan mobil ini di sebuah kedai yang lumayan cukup ramai.
Suasana perkebunan yang di campur dengan musik classic yang membuat ku begitu nyaman berada di sini.
"Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang pramusaji yang menghampiri ku.
Ku pilih-pilih menu makanan itu dan ku temukan semangkuk penuh carbonara dan jus apel yang begitu aku senangi.
Rasanya begitu enak dan sangat pas di lidah ku, tidak seperti carbonara buat mama yang kadang membuat ku mual dan kadang juga kurasa asin akibat garam yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong
RomantizmTAMAT # R E V I S I # "Ada apa dengan jantungku ini. Kenapa yah setiap aku berada didekat dengan bocah ingusan itu, jantung ini seperti kehilangan ritmenya? Apa ini yang dinamakan cinta? Ahhh, buanglah pikiran burukmu itu Shanin. Ingat dia itu pange...