Rekha bisa bernafas lega,karena hingga 2 jam berlalu Dinda masih aman dari keusilan para wanita dari kalangannya.Ia nampak duduk santai bersama Tari, Hema, dan Kharisma, serta 2 istri mitra bisnis keluarganya.
Dinda masih harus berdiri bersama suaminya, menyapa siapapun yang datang menghampirinya atau terkadang mereka yang harus menghampiri kenalan Imran.Hingga entah bagaimana ceritanya Dinda sudah berdiri sendirian di salah satu sudut.
Dinda nampak menunggu Imran yang berada sedikit jauh dari posisinya.Ingin duduk, tapi semua meja sudah penuh, jika dia duduk mau tidak mau dia harus bergabung dengan tamu lain.Netranya tak menemukan posisi duduk Rizky ataupun Zayn yang tengah bersama Virgie, atau Jacky dan Salman yang sibuk berbincang dengan mitra bisnisnya.Ia juga tak menemukan posisi duduk Rekha,Hema,dan Kharisma.Beginilah suasana pesta para kalangan pembisnis.Tak jarang para wanita ditinggal sendiri, mereka harus pandai bergaul dan menjaga diri jika tak ingin dipermalukan.
"Hai Nona Dinda!",seorang pria bermata sipit datang mendekat dengan 2 gelas kristal di tangannya.Dinda berusaha bersikap ramah dengan tersenyum sebagai balasannya.
"Kau benar-benar mengagumkan!",puji pria sipit itu,"kecantikanmu dan suaramu merupakan mustika terindah malam ini!",imbuhnya semakin menunjukkan seringaiannya
Dinda mulai cemas, ia menangkap sinyal buruk dari tingkah pria mata sipit itu, namun ia berusaha sopan,"terima kasih!",ucapnya
"Terimalah minuman ini sebagai simbol pujianku padamu, Nona!",si pria sipit mengulurkan salah satu gelasnya pada Dinda.Dinda menatap lekat gelas yang berisi air berwarna coklat seperti air teh itu, ia ragu untuk menerimanya, ia ingat pesan Hema untuk tidak sembarangan meminum minuman.Namun mimik wajah si pria mata sipit mendesaknya.
Dengan ragu Dinda mengangkat tangannya hendak menerima gelas itu, namun sebuah telapak tangan sudah mendorong gelas itu kembali ke arah si pria mata sipit, "Maaf, kakak iparku tidak minum alkohol!",Dinda tekejut, tidak hanya karena kemunculan tiba-tiba Rizky, tapi juga karena mendengar ucapan Rizky yang menyatakan minuman itu adalah minuman keras, hampir saja dirinya mempermalukan diri karena ceroboh menerima tawaran si pria sipit.
"Oh...begitu, aku minta maaf, aku tidak tahu!",si pria sipit berpura-pura merasa bersalah, padahal ia kesal sekali dengan Rizky yang mengacaukan rencananya.Jelas ia tahu jika tidak etis menawari minuman beralkohol pada orang yang baru dikenal."Maafkan aku nona Dinda!",ucapnya lagi dengan senyum manis yang palsu
"Tidak apa-apa!"jawab Dinda,
"Baiklah sepertinya kau sudah memiliki teman, aku permisi!"pria bermata sipit itu memilih undur diri daripada malu sendiri karena ketahuan mencoba menjebak Dinda
"Dimana Kak Imran?"tanya Rizky,Dinda menunjuk suaminya yang masih asyik berbincang dengan seorang pria tampan berwajah bule.Sepertinya suaminya tak melihat bahaya yang baru saja mengancamnya.
"Ayo ikut aku!",Rizky menggandeng tangan Dinda,
Dinda mendesah dalam hati, selalu seperti ini jika ia bersentuhan dengan Rizky, hatinya berdebar tak karuan.Ia mengangguk lalu mengikuti tuntunan Rizky menuju posisi Virgie dan Zayn.
Rizky menarik 1 kursi untuk Dinda, Dinda semakin tak bisa mengendalikan getaran hatinya.Ia menatap dalam wajah Rizky, rasanya ingin ia mengubah takdir untuk menjadi istri Rizky, sepertinya lebih menyenangkan menjadi istri seniman seperti Rizky yang selalu berhasil membuatnya nyaman di segala keadaan.Menjadi istri Imran membuatnya terbebani banyak hal.
Ya Tuhan, adakah yang mau memukul kepalanya agar akalnya kembali berfikir sehat dan berhenti membandingkan Rizky dan Imran.Dinda segera duduk setelah mengusir pemikiran konyolnya.Takdirnya menjadi istri Imran sudah mutlak jadi bagaimana mungkin dia berfikir merubah takdir?.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikuti Takdir
FanfictionDinda hanya bisa mengikuti kemana takdir akan membawanya,setelah kepergian sang ayah.Tanpa Dinda duga,sahabat sang ayah memintanya untuk menikahi Imran,putra dari sahabat ayahnya itu.Dan disana dia bertemu dengan Rizky,adik Imran yang sepertinya men...