Setelah menunaikan salat isya'berjamaah dengan keluarga Kanaya, Rizky dan Dinda kini sudah berbaring di ranjang yang sama. Kedua orangtua Kanaya tak mengizinkan Elnaya tidur bersama Rizky dan Dinda, karena merekapun ingin terlelap bersama sang cucu yang tidak setiap hari tinggal di rumah mereka.
Kedua orangtua Kanaya harus rela berbagi waktu dengan besannya dalam menikmati kebersamaan dengan cucunya, karena Elnaya merupakan cucu pertama bagi orangtua Kanaya dan orangtua Elzio. Terlebih Elnaya merupakan cucu tunggal orangtua Elzio, sedang orangtua Kanaya masih memiliki 1 lagi cucu dari adik Kanaya, namun sayangnya adik Kanaya tinggal di Paris bersama suaminya, jadilah Elnaya seperti cucu tunggal juga bagi kedua orangtua Kanaya.
Rizky amat canggung sekarang ada di dekat Dinda, karena rahasianya yang telah terbongkar. Iapun memutuskan turun dari ranjang, seraya membawa bantal untuk ia tidur di lantai. Melihat itu Dinda sangat terkejut, ia bergegas melongok Rizky, "apa yang kau lakukan Mas?" tanya Dinda
"Mungkin kau tidak nyaman tidur di ranjang yang sama denganku?!" saut Rizky
Dinda mengembuskan nafasnya dramatis, "jangan berlebihan, Mas ... naiklah!, kau bisa masuk angin kalau tidur di lantai" ucap Dinda.
Jedarr,blup,"Mas Rizky!" Dinda berteriak, dan tanpa sadar mendekap Rizky yang baru saja bangkit dari berbaringnya, karena terkejut mendengar gelegar halilintar yang bersamaan dengan padamnya lampu.
"Tenanglah, aku di sini ...." Rizky yang juga sempat terkejut berusaha menenangkan Dinda.
Tok,tok, tok, pintu diketuk dari luar, Dinda segera melepas dekapannya, lantas Rizky menuju pintu.
"Apa ada hal buruk yang terjadi?" tanya ayah Kanaya yang mengetuk pintu.
"Tidak ada ... maaf membuat keributan, istriku takut gelap," jawab Rizky. Rasanya aneh menyebut Dinda sebagai istrinya namun juga terasa hangat di hatinya.
"Oh ... ini lampu darurat untuk penerangan di kamar kalian." Ayah Kanaya mengulurkan sebuah lampu darurat yang mengeluarkan cahaya, karena energi dari 2 batu baterai yang bisa di isi ulang jika habis dayanya.
Rizky segera menerimanya. "Terima kasih, maaf mengganggu istirahat kalian," ucapnya tak enak hati.
"Tidak apa-apa ... ya sudah saya tinggal. Selamat malam," saut ayah Kanaya, lantas segera meninggalkan Rizky.
Dengan lampu darurat yang berada di meja, Dinda dan Rizky kembali berbaring di ranjang yang sama. Keduanya sama-sama terlentang, menatap langit-langit kamar adik Kanaya. Tubuh Dinda tenggelam dalam selimut, sedang tubuh Rizky tidak. Tadi Rizky yang menyuruh Dinda menggunakan selimut pinjaman keluarga Kanya itu , Dindapun tak berniat menawari Rizky untuk menggunakannya bersama.
"Kau sudah memberitahu Kak Imran?" tanya Rizky, baru ingat jika Dinda memiliki suami, yang tak lain adalah kakaknya.
"Sudah, dia tak henti menanyakan keberadaanku sejak tadi!", jawab Dinda
"Dia pasti sangat cemas!", ucap Rizky, Dinda hanya tersenyum hambar.
Tiba-tiba Dinda teringat perjodohan Rizky dan Virgie, lantas Dinda memiringkan tubuhnya untuk bertanya, "kapan kau dan Virgie menikah?"
Rizky terkejut mendengarnya, bahkan pertanyaan itu lebih mengejutkan dari suara petir yang masih saling bersautan. Rumah mungil keluarga Kanaya itu seperti akan roboh saat sang halilintar menggelegar. "Siapa yang mengatakan aku akan menikah dengan Virgie?" tanya balik Rizky sudah memiringkan tubuhnya menghadap Dinda.
"Tidak ada ... tapi rencana perjodohan kalian sudah dibahas Papi bulan lalu, kan?!" saut Dinda
Rizky mengembuskan nafas jengah akan pemikiran konyol Dinda, ia sudah kembali meluruskan pandangannya ke langit-langit. Rasanya kesal dengan cara berfikir Dinda, bagaimana ia bisa menikahi Virgie jika ia mencintai Dinda?.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikuti Takdir
FanfictionDinda hanya bisa mengikuti kemana takdir akan membawanya,setelah kepergian sang ayah.Tanpa Dinda duga,sahabat sang ayah memintanya untuk menikahi Imran,putra dari sahabat ayahnya itu.Dan disana dia bertemu dengan Rizky,adik Imran yang sepertinya men...