1minggu berjalan cukup lama bagi Dinda menjalani kehidupan sebagai menantu di rumah megah Jacky yang terkadang membuatnya merasa berada di kandang harimau.Hampir setiap hari tatapan Rekha sudah seperti harimau lapar siap menelannya bulat-bulat jika mereka berpapasan.Mulut pedasnya itu mengalahkan pedasnya mie s*tan level tertinggi,terlebih jika Virgie sudah datang bertamu maka Dinda harus siap di hempaskan serendah-rendahnya oleh Rekha dan mendengar betapa istimewanya Virgie.Ya...Virgie memang gadis yang istimewa tapi bukankah Virgie tetap manusia yang pasti memiliki cela?.
Ah...sudahlah terserah Rekha mau berbicara apa?,itu lebih baik,karena ocehannya itu yang menjadi tanda bahwa Rekha sedang sehat.Mengenai Imran,suaminya itu masih sama suka marah-marah tidak jelas apalagi jika sudah melihat Rizky berada di sekitar Dinda,aneh...!,Rizky kan anggota keluarga disini tentu Rizky akan sering berada disekitar Dinda begitupun sebaliknya.
Dan lagi...hanya Rizky yang sepertinya mengerti dirinya,entah ini sengaja atau tidak tapi Rizky masih sering lebih cepat dalam berreaksi jika melihat Dinda disudutkan Rekha.Apalagi Dinda diberi kebebasan oleh Rizky untuk datang kapanpun di galeri Rizky yang bagi Dinda tempat ternyaman di rumah itu.
Sore inipun Dinda berada di ruangan itu,sibuk mencoret-coret kanvas dengan pensil lukis Rizky.Hingga Dinda mendengar derap langkah Rizky memasuki ruangan itu,Dinda menoleh ke arah Rizky yang berdiri dengan senyum manis siap menyapanya,"Hai kakak ipar!"sapa Rizky
Dinda tampak antusias melangkah mendekati Rizky,membuat Rizky sempat terkejut,"Subhanallah...ini bagus sekali Mas!"ucap Dinda,meski dilarang masih saja memanggil Rizky dengan embel-embel 'Mas'.
Rizky menatap Dinda yang mengusap lukisan yang saat ini dipegangnya,membuat ia terdiam tak mengerti harus bagaimana menghadapi tingkah Dinda yang tengah mengagumi lukisan kaligrafinya.
"Mas Rizky yang melukis?"tanya Dinda mendongak menatap mata Rizky yang sedari tadi menatap lekat wajah Dinda yang berada begitu dekat dengan pandangannya.
Rizky mengangguk,"Iya,tadi ada sepasang pengantin baru memintaku melukis kaligrafi ini sebagi hadiah ulangtahun ayahnya yang begitu mencintai Rasulullah SAW.Dan hatiku bergetar untuk memiliki juga lukisan ini,jadi aku melukisnya lagi setelah selesai melukis untuk mereka!"ucap Rizky
"Aku juga mau lukisan ini!"pinta Dinda begitu manja di telinga Rizky
"Kau kan bisa melukis sendiri,bukankah semua yang ada di galeriku sudah menjadi milikmu!"Rizky menggunakan nada guraun sekaligus sindirian untuk Dinda yang kini sudah seperti pemilik galeri itu.
"Rasanya berbeda memiliki karya orang lain dan melukis sendiri.Sebagai seorang yang suka melukis aku juga sangat menghargai karya orang lain.Tidak semuanya bisa aku jiplak semauku,ada kalanya aku ingin memiliki karya orang lain.Dan saat ini aku sedang menginginkan karyamu,jadi maukah kau memberikannya padaku wahai adik iparku yang baik hati,tampan,tidak sombong,rajin menabung,dan...pokoknya yang terbaik deh!"celoteh Dinda
Rizky tertawa mendengar gombalan Dinda,"Apa kau selalu merayu Kak Imran seperti itu?"tanya Rizky
"Ish...jangan menyebut namanya,hariku terasa suram kalau sudah ada di dekatnya!"ucap Dinda mengingat tingkah labil Imran.Terlalu sering bertingkah menyebalkan membuat Dinda kesulitan mengingat sikap manis Imran yang beberapa kali berhasil membuatnya tesenyum.
Rizky tersenyum,meski ia tidak tahu harus senang atau bersedih melihat hubungan Imran dan Dinda.
Seperkian detik kemudian Rizky menyeringai,sebuah ide nakal muncul di kepalanya,"Oke...!"ucap Rizky
"Benarkah?"tanya Dinda,Rizky mengangguk
Dinda nampak gembira melihat anggukan kepala Rizky"Terima kasih!"ucapnya
![](https://img.wattpad.com/cover/204545753-288-k384683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikuti Takdir
FanficDinda hanya bisa mengikuti kemana takdir akan membawanya,setelah kepergian sang ayah.Tanpa Dinda duga,sahabat sang ayah memintanya untuk menikahi Imran,putra dari sahabat ayahnya itu.Dan disana dia bertemu dengan Rizky,adik Imran yang sepertinya men...