10

177 17 238
                                    

Alarm adzan subuh di handphone Dinda berbunyi lirih,Dinda terusik dari tidurnya dan merasakan lingkaran tangan Imran yang menimpa pinggangnya.Dinda mulai terbiasa dengan hal ini,Dinda perlahan mengangkat tangan Imran.

Jika biasanya Dinda cukup mudah memindahkan tangan suaminya,namun pagi ini Dinda justru merasa tertarik merapat ke tubuh Imran.Imran menggerakkan kepalanya menyungsup ke geraian rambut Dinda."Mas Imran lepaskan,aku harus salat subuh!"ucap Dinda berusaha memindahkan tangan Imran yang sudah melingkar hingga ke perutnya mengurung tubuh mungilnya yang kini terlentang.

"Sebentar lagi,aku masih nyaman begini!"bisik Imran dengan suara seraknya

Dinda menghela nafasnya enggan berdebat,Imran tersenyum puas.Tak puas tersenyum karena berhasil membuat Dinda tak bisa membantahnya,Imran mengecup pipi Dinda

Cup___,"Mas Imran!"Dinda memekik seketika

"Aku berhak melakukan itu!"Imran tahu Dinda tidak suka,dan dia harus mengajari istrinya untuk memberikan hak-haknya sebagai suami,dan dia juga akan menjalankan kewajibannya sebagai suami.

"Aku tahu,tapi kita tahu....!"Dinda tak dapat menyelesaikan protesnya

"Ssttt...diamlah!"sela Imran

Cukup lama Dinda mengalah membiarkan  Imran memeluknya,Imranpun enggan meminta lebih.
Menikmati aroma tubuh Dinda yang kini patuh dalam pelukannya sudah cukup baginya untuk memulai awal yang baik dalam pernikahan mereka.

Dinda melirik wajah Imran yang nampak terlelap,ia kembali mencoba memindahkan tangan Imran tapi Imran kembali mempererat pelukannya,"Mas Imran boleh memelukku lagi,tapi izinkanku salat subuh sebentar!"ucap Dinda,Imranpun membuka matanya lalu mengangkat sedikit tubuh atasnya dan menatap lembut wajah istrinya.

"Aku akan mengimamimu!"ucap Imran,membuat Dinda tercenung seketika.Setelah Imran gagal mengimami Dinda di rumahnya dulu mereka tak pernah salat berjamaah lagi,atau lebih tepatnya Dinda tak pernah melihat Imran melakukan salat lagi,dan kali ini Dinda seperti melihat keajaiban Tuhan saat Imran berkata akan mengimaminya.

Imran sudah bangkit dari posisinya mengajak Dinda untuk mandi bersama,"Din?"panggil Imran karena tak mendapati respon Dinda

"Iya?"Dinda seperti orang linglung

"Ayo!"ajak Imran

"Kemana?"tanya Dinda

"Mandilah!,katanya mau salat?"saut Imran

"Mandi?"taya Dinda terkejut,Imran mengangguk

"Ya sudah mas Imran mandi saja dulu,tapi jangan lama-lama keburu habis subuhnya!"celoteh Dinda setelah berhasil menguasai akal sehatnya

"Kita mandi bareng saja,biar cepat!"jawab Imran

"Tidak!,aku tidak mau.Mas Imran mandi saja dulu,sana!"Dinda mendorong lengan Imran,Imran memutar bola matanya jengah.Ia harus sabar untuk yang 1 ini,iapun mengalah dan segera menuju kamar mandi.

*****
Dinda memikirkan perubahan yang terjadi pada Imran.Suaminya sudah menunjukkan perasaannya dan mengutarakan niatannya untuk mempertahankan pernikahan mereka.Dinda bertanya-tanya pada hatinya,bisakan ia membalas cinta Imran?,hingga dia teringat Rizky yang semalam sempat membuat heboh ruang makan karena wajah memarnya.Rizky begitu baik merahasiakan perbuatan Imran,meskipun Rizky menyindir Imran dengan tajam.
Rizky bercerita jika dia terlibat perkelahian dengan seorang pria yang cemburu buta mengira Rizky merebut kekasihnya karena Rizky melukis wajah kekasih si pria.

Dinda mengerjab kenapa dia jadi memikirkan Rizky,dia kan sedang menanyakan isi hatinya pada Imran.Ah...rasanya kehidupan barunya ini membuat Dinda terlalu sering berfikir hal berat.Dinda mulai merasa bosan berada di kamar sejak pagi tadi,diapun ingin ke galeri Rizky saja.Melukis sangat bisa menghilangkan kejenuhannya menjadi salah satu menantu di rumah megah itu.

Mengikuti TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang