Mendengar

83.1K 12.7K 462
                                    

  Gaia berjalan di koridor sekolah dengan wajah datar dan angkuh. Disepanjang koridor banyak murid yang membicarakannya dan tentu saja dalam hal negatif mengingat citranya yang buruk selama ini.

' gak punya hati'

'ganjen banget lagi sama Gabriel'

'tapi gue liat Anna tadi sengaja mau numpahin kuah panas ke Gaia'

'iya sih Anna keliatan sengaja banget'

'tapi gak sampai bully Anna juga dong'

'dia mengerikan'

Gaia mengehentikan langkahnya. Cukup, mulut sampah mereka jika dibiarkan akan menjadi jadi. Gaia menghampiri dua orang yang membicarakanya lalu menatapnya dari atas ke bawah seolah menilai. Kedua cewek mengernyit bingung lalu mundur satu langkah seolah tahu yang akan Gaia lakukan tidak akan baik untuk mereka.

"Kalau tau gue mengerikan, lebih baik kalian gak cari masalah sama gue." Ucap Gaia dengan nada rendah membuat mereka menelan ludah

"Atau kalian gak cuma tau tapi juga merasakan sisi mengerikan gue.
Jadi kalau kalian mau ngomongin gue, usahain jangan sampai ketahuan." Ucap Gaia tersenyum miring membuat mereka diam tak berkutik dan memundurkan langkah takut, Gaia tersenyum remeh lalu menepuk pelan kepala seorang cewek yang lebih pendek darinya.
"Anjing pintar."

Gaia berjalan meninggalkan mereka yang menatapnya benci sekaligus takut. Tak ada yang mengeluarkan suara atau menggunjing nya gmembuat Gaia tersenyum remeh.

Gaia berjalan lurus lalu dia mengernyitkan alis saat melihat Chiko dengan seorang pria paruh baya yang sepertinya sedang berdebat di luar ruang BK. Gaia hanya acuh lalu melanjutkan perjalanannya.

Plak!

Suara tamparan keras membuat Gaia menghentikan langkah terkejut saat melihat sudut bibir Chiko yang berdarah karena tamparan dari pria didepannya. Gaia penasaran lalu mencari tempat tersembunyi untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Anak gak tau di untung!. Pernah kamu banggain papah?!, kerjaannya cuma buat malu. Saya harus menahan malu setiap dipanggil kepala sekolah karna kenakalan kamu!"

" Lalu kenapa papah yang datang? Biasanya juga mamah yang jadi perwakilan. Cuma mamah yang perduli, cuma mamah yang anggap gue manusia disaat kalian anggap gue sampah."

"Kurang ajar kamu sama orang tua!. Seharusnya kamu contoh Jordan kakak kamu, dia selalu banggain papah. Setiap dipanggil ke sekolah selalu karna penghargaan, nilai nya tinggi. Bukan seperti kamu yang selalu tawuran, bolos, nilai rendah. Apa yang bisa dibanggakan?"

Chiko mengepalkan tangan erat, dia tidak suka dibanding- bandingkan. Dia terkekeh miris, mamahnya menyuruh dia berbaikan dengan papahnya namun sikap papahnya membuat dia hilang niat.

"Apa yang bisa dicontoh dari bajingan sakit sepertinya?" Ucapan Chiko remeh membuat papahnya murka.

Plak!

Chiko sampai memalingkan wajah saking kerasnya tamparan dari papanya. Dia tersenyum miris

"Bahkan kamu tidak ada apa apanya dibanding Jordan"

Setelah menyelesaikan ucapanya papah Chiko pergi meninggalkan Chiko yang terdiam ditempat dengan tatapan kosong.

Gaia menyaksikan semuanya, dia juga melihat tatapan marah dan kecewa Chiko terhadap papahnya. Namun bukan saatnya dia ikut campur. Lagipula dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kejadian ini sama sekali tidak dijelaskan di novel. Gaia berjalan kembali menuju kelasnya sebelum ada yang menyadari kehadirannya.

MENCURI PERAN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang