Kejadian

23.8K 3.1K 218
                                    

Vote dulu sebelum membaca dan jangan lupa komentarnya
.
.
.
.

"Kena lo!" Gumam Gaia menyeringai

Dor!

"Arhh!"
Satu peluru berhasil mengenai bahu pria misterius yang berusaha keras untuk membunuh Gaia. Lelaki itu sontak memegang bahunya yang terasa panas luar biasa dan mengeluarkan darah segar.

"Kau gila!!" Bentak pria itu marah pada Gaia. Gaia tersenyum remeh

"Lo aja bisa segila itu untuk bunuh gue, kenapa gua nggak?" Ujarnya Gaia remeh membuat orang itu semakin marah. Gaia menarik telapak tangan lelaki itu bergantian dan mengamatinya dengan seksama. Gaia mengernyit heran

"Bukan lo orangnya," gumam Gaia. Dia ingat betul pernah mencakar lengan orang yang berusaha mengancamnya waktu dia di supermarket dengan Gabriel, meskipun luka iku sudah lama setidaknya masih ada bekas luka.

Gaia kembali mengangkat pistolnya dan mengarahkannya pada kening pria itu.
"Siapa yang nyuruh lo?" Ujar Gaia mengintimidasi.

Pria itu terdiam dengan pikiran. Jika dia mengatakannya, bos nya pasti akan membunuhnya namun jikapun dia tidak mengatakannya pada gadis licik di depannya ini, dia pasti tidak akan keluar hidup-hidup. Hal itu cukup membuatnya dilema

"S-saya melakukannya sendiri," ujarnya gemetar.

"Lo pikir gue percaya?" Ujar Gaia tersenyum miring. Lelaki itu menelan ludah gugup

"Mengatakannya atau tidak, sama saja. Saya akan tetap mati." Ujarnya tersenyum remeh. Gaia menggeleng

"Tidak sama, bedanya gue bisa lebih cepat mengirim lo ke sisi Tuhan, jadi pikirkan baik-baik keputusan lo!" Ujar Gaia datar dengan pistol yang menekankan pistolnya pada kening cowok itu.

Drrt...drrt

Dering telepon pria itu berbunyi mengalihkan atensi mereka. Tertera nama 'bos' pada layar handphone nya membuat pria itu panik dan dilema. Gaia tersenyum miring.

"Angkat saja. Katakan saja tugas lo terlaksana dengan baik, setidaknya itu bisa memperpanjang umur lo." Ujar Gaia santai membuat pria itu mengernyit heran dengan pemikiran Gaia.

Tak urung pria itu menyetujui dan mengangkat telepon dari 'bosnya'.

"Halo bos!"

"Bagaimana? Apa dia sudah mati?"

Pria itu kembali menatap Gaia ragu namun Gaia hanya menatapnya santai sambil menunggu pembicaraan selanjutnya.
"Sudah bos, dia sudah mati." Ujar pria itu pada akhirnya.

"Bagus! Pastikan kembali kalau dia benar-benar sudah mati dan bersembunyilah untuk sementara waktu. Keluarganya pasti akan mencari kebenaran tentang kematian gadis itu. Aku akan menemui mu di tempat biasa tiga hari kedepan."

"I-iya bos."

"Tenang saja bayaranmu sudah kusiapkan."

Tut

Telepon dimatikan sepihak. Gaia tersenyum puas setelah menyaksikan perbincangan mereka.
"Bahkan bos lo takut sama keluarga gue," bisik Gaia mengejek

"Ck sialan!" Kesal pria itu

"Okey kali ini gue akan berbaik hati melepaskan lo. Kaburlah sejauh mungkin dari bos lo dan sebagai gantinya..." Gaia lalu mengambil paksa ponsel pria itu. "Ponsel ini dan beri tahu gue dimana tempat kalian biasa bertemu?" Lanjutnya

Pria itu memandang Gaia tercengang, tidak mengerti alur pikir gadis didepannya. Logikanya mana ada korban yang mau melepaskan pelaku semudah itu, tapi jika dilihat dari keadaannya sekarang Gaia sama sekali bukan korban.

MENCURI PERAN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang