Seleksi

80.1K 13.2K 850
                                    

  Gaia menuruni anak tangga menuju dapur. Dia sesekali merenung, Chiko yang setahunya memiliki keluarga yang lebih harmonis daripada Ace dan Gabriel, apalagi melihat wajah Chiko yang terlihat seperti tak punya beban.

Gaia menghela napas lalu dia menghentikan langkah saat akan sampai di dapur. Dia melihat Anna sedang mencampurkan sesuatu kedalam gelas susu dan sesekali matanya melirik sekitar sekolah berjaga-jaga. Gaia tersenyum miring lalu dia berjalan santai dan mengambil minum didekat Anna seolah tak melihat apa yang Anna lakukan.

Sedangkan Anna langsung panik saat melihat Gaia tepat disebelahnya, namun kemudian dia menghembuskan nafas lega saat menyadari raut wajah Gaia yang biasa biasa saja, itu artinya dia tidak mengetahui apapun. Tak lama kemudian Anna tersenyum manis.

"Gaia, ini aku buatin kamu susu sebagai permintaan maaf aku. Gara gara aku, kamu jadi kena marah sama kak Venus,"
Ucap Anna sembari menyodorkan segelas susu yang tadi dibuatnya. Gaia menatap Anna ogah ogahan lalu menguap lebar.

"Sadar juga Lo! emang semua kesialan itu datangnya dari Lo," ucap Gaia lalu menyaut gelas susu lalu mendekatkannya ke hidung. Gaia memang tidak terlalu mengenal racun, namun mencium aroma susu yang memiliki harum menyengat, itu sudah membuktikan kalau ada yang tidak beres dengan susu ini.

Anna yang malah mengira Gaia akan meminumnya pun tersenyum miring.
"Dia benar benar bodoh, sebentar lagi kamu akan tersingkir. Kata mamah racun itu bereaksi perlahan. Jadi aku gak akan ketahuan kan?"

Gaia kemudian tersenyum miring membuat Anna mengernyit heran.

Byur!

Anna memejamkan mata dan menganga ditempat. Gaia bukan meminumnya tapi menyiram susu itu tepat diwajahnya hingga bajunya pun ikut basah. Anna mengepalkan tangan dan menatap Gaia marah.

"GAIA!"

Sedangkan Gaia hanya tersenyum mengejek lalu menatap dan menggoyang goyangkan gelas susu yang sudah kosong.
"Cepat banget Tina berulah. Dia kasih gue racun karena gue ganggu kegiatannya yang mau menggoda papah."

Gaia kemudian menatap Anna yang hendak mengeluarkan suara.
"Mau ngadu? Silahkan. Sekalian biar mereka tahu kelakuan asli adik kesayangannya."

Anna terdiam. Dia menatap Gaia benci karena tidak bisa melawan ucapannya namun tak lama kemudian dia tersenyum miring.
"Aku akan secepatnya menyingkirkan kamu dari rumah ini Gaia, dan kamu sebaiknya jauh jauh dari kak Gabriel. Asal kamu tahu, dia itu kakak aku!"

Sedangkan Gaia geleng-geleng kepala sembari menahan tawa.
"kakak? pftt hahaha. Lo yang seharusnya jaga sikap sama dia, dan jangan sampai Lo gue depak duluan dari sini,"
ucap Gaia terkikik geli seolah ucapan Anna barusan hanyalah sebuah lelucon.

"Aku serius kalau Gabriel itu kakak aku!."
Anna jadi kesal sendiri dengan Gaia yang sekarang yang tak pernah terpengaruh dengan ucapannya. Gaia menatap Anna remeh.

"Uh gue malah makin tertarik," ucap Gaia mengejek kemudian pergi setelah menyelesaikan ucapanya. Gaia membuka pintu kamarnya dan tercengang melihat pemandangan didepanya. Dia melihat Chiko sedang menahan kaca jendela dan beradu mulut dengan seseorang dibalik jendela yang terasa familiar bagi Gaia.

"bedebah sialan! Lo yang laporin gue waktu tawuran kan?!"

"Kegiatan Lo ganggu ketenangan gue."

"Cih, gue tau anak emas kayak Lo pun bahkan pernah hampir bunuh orang."

"Gak ada urusannya sama Lo! Minggir anjing!"

"Yakali gue biarin, pulang aja sono Lo!"

Sedangkan orang yang diluar jendela itu menghela nafas panjang lalu terkekeh seram. Jika bukan karena jendela kamar ini milik gadisnya, dia tidak akan ragu untuk menghancurkannya dalam sekejap. Namun sekarang dia tak perduli, dia bersiap mengepalkan tangan dan hendak meninju kaca didepannya.

MENCURI PERAN (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang