27. Reo dan Olive

1.1K 93 3
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh

Selamat Membaca

"Kita nggak bisa maksa seseorang buat jatuh cinta, Ren! Dan lo nggak bisa maksa buat gue harusnya jatuh cintanya sama lo!" ucapan tegas itu terucap dari bibir tipis seorang gadis berambut ombre ungu. Gadis itu begitu sabar, menahan emosi dan segala kenyataan yang baru saja dia dengar dari seseorang yang selama ini ia anggap sebagai temannya-- teman masa kecilnya.

Raut frustasi terlihat dari wajah tampan dengan rambut cepak sedikit berjambul di depan. Ternyata, rencana yang ia pikir akan bisa sedikit melegakan hati malah nyatanya menyakiti hati. Berbalik, penolakan yang terlihat jelas di depan mata terus saja ia kejar. Terus saja ia berusaha, barangkali gadis di depannya ini akan mengerti perasaannya dan berpikir untuk sedikit memberi simpati agar dirinya masuk dalam isi hatinya. Namun nyatanya ini adalah rencana yang terlalu sangat buruk baginya.

"Apa nggak bisa lo coba buka hati buat gue, Live? Apa lo nggak ngerasa perlakuan gue sama lo? Sejak kecil-- gue udah suka sama lo!" ucap Renal frustasi. Lelaki itu memandang lemah mata dari gadis yang membuatnya bisa berdiri dan bersama gadis itu saat ini.

Gadis itu, Olive. Ia menghela nafas kasar. Membuang muka ke arah lain,"Renal, ini terlalu cepat! Gue anggep lo itu udah kaya teman gue banget! Nggak lebih, dan lo pasti udah tau siapa pemilik hati gue." cetusnya lirih.

Pertemuan yang memang di rencanakan, meskipun mendadak. Ya, saat pertemuan dua keluarga itu. Dengan yakinnya Renal bertindak ceroboh yang akhirnya membuat hubungan pertemanan keduanya menjadi kacau. Renal menyatakan perasaannya pada Olive di depan kedua keluarga setelah acara makan bersama yang berada di restoran.

Pernyataan itu membuat orang tua Olive terkejut. Pasalnya mereka tahu, bahwa putrinya sudah memiliki pasangan. Dimana dia adalah keluarga dengan marga terhormat seperti keluarga Praja. Kedua orang tua Renal tidak terkejut, karena mereka sudah merasakan jika putranya mencintai putri sahabatnya dari kecil. Dari semua yang putranya lakukan, sampai pindah sekolah hanya agar bisa dekat dengan gadis itu.

Olive sampai terdiam sejenak menetralkan jantungnya yang berdetak cepat setelah mendengar pernyataan dari Renal. Ia tak mau orang tua Renal berpikir jika ia memberi harapan atau apapun pada Renal. Gadis itu dengan pandangan menatap kedua orang tuanya menatap mantap pada Renal.

Dengan menahan segala argumen berkeliaran di otaknya. Ia tetap berpikir jernih, agar tidak berakhir rumit. Namun salahnya Renal tidak mau menerima dengan keras lelaki itu keras kepala.

"Apa yang lo lihat dari cowok lo itu, Live? Apa yang beda?" tanya Renal menggebu.

"Beda! Reo itu beda, banyak orang hanya tau cowok gue itu begitu dingin, tapi dia punya caranya sendiri buat bahagiain gue." ucap Olive menatap wajah Renal. Lelaki itu begitu menahan emosi. Terlihat dari kedua tangannya yang mengepal kuat. Beberapa saat Olive takut jika Renal akan kasar padanya, bagaimanapun juga dia perempuan yang takut dan tidak mau di kasari. Percayalah semarah apapun perempuan mereka hanya sedang meluapkan segala emosi yang di tahan selama ini.

"Pliss, ngertiin gue. Kita cukup sebagai teman, Renal." ucap Olive. Saat itu pun, Renal tak bisa menahan Olive untuk pergi. Tangannya lemah, dirinya hampir tak bisa menahan bobot tubuhnya sendiri. 

***
F

ia meletakan tas bermerk di sebuah sofa. "Mama masih nggak nyangka hal ini terjadi."

"Apalagi Olive, Papa liat sendiri kan? Renal itu suka sama Olive. Itu juga kenapa Reo nggak mau aku terlalu deket sama dia, karena Reo udah tau."

Olive menatap Papa nya yang terlihat duduk di sofa sembari menatapnya. "Papa nggak ada niat apapun, kita benar benar mau dinner." jelasnya.

Olive membuang nafas panjang,"Yaudah, Olive ke atas dulu."

"Iya, Nak." ucap Fia. Wanita paruh baya itu lantas duduk di sebelah suaminya. "Tuh kan Pa! Tebakan Mama bener, kalau Renal suka sama anak kita."

"Ya terus kenapa, Ma?"

"Papa gimana sih! Inget, anak kita udah punya pacar sendiri. Awas kalau Papa main seenaknya aja. Papa nggak tau apa kalau Praja bisa melakukan apapun demi putranya?!" ucap Fia.

"Ma, Mama tenang aja. Papa tau gimana rasanya harus di pisahin secara paksa. Papa juga mikirin perasaan anak kita." Pria paruh baya itu membawanya istrinya ke pelukan.

"Mama nggak mau, hubungan anak kita kenapa-napa." ucap Fia.

***

"Ayang!" suara panggilan keras itu menyambut kehadiran seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam sebuah rumah. Tak jauh dari tempat undakan, seorang gadis bertepuk tangan melihatnya.

"Kangen banget." keluhnya ketika sudah ada di pelukan hangat kekasih.

"Sama." ucap Reo.

"Katanya mau jalan, ayo!" ucap Olive masih menempatkan tangannya pada pinggang berotot kekar.

"Kita nggak jadi jalan, di rumah aja. Papa kamu ada?"

Wajah Olive berubah terkejut, seakan tahu apa yang gadisnya pikirkan. Reo menoyor pelan dahi kekasihnya.

"Ihh, Ayang!" serunya.

"Papa ada di belakang, main billiar." ucapnya sembari memasang wajah cemberut di depan Reo.

"Maafin aku, sayang." ucap Reo mengecup kening itu dan mengusap kepalanya.

"Aish, Ayang mah. Sebelum kamu ketemu Papa. Aku punya lagu bagus buta kamu. Kalau fals di senyumin aja, biar keliatan bangus gitu covernya."

"Terserah kamu, sayang." putusnya.

"Eh eh, ada yang beda nih. Belum dua menit Ayang udah manggil aku sayang dua kali. Ada apa ini? Ayang jarang banget loh bilang sweet gitu."

"Nggak suka, hem?"

"Ih suka loh, Ayang!"

"Yaudah,"

"Dengerin aku mau nyanyi."

"Ku pilih kau jadi imam ku, bukan yang lain. Cinta ini hanya untukmu, kau bukan main." nyanyian itu keluar dari bibir tipis seorang gadis dengan tingkah sedikit agresif, manja, dan tingkah lucunya. Tangannya berada di bahu kanan seorang lelaki yang sedang berada di depannya. Tangan kirinya berada di pinggang kekar si empu. Tatapan lelaki itu masih sama saja, datar Bukan karena marah atau lainnya. Tapi karena lelaki itu memang dingin, terkadang juga terbawa suasana dengan tatapan dingin pada sang kekasih.

Dua tangan kekar berototnya beranjak untuk memeluk pinggang ramping milik seorang gadis di depannya. "Bersamamu aku hadir, selama hingga akhir. Terimakasih tuk semua rasa yang kau berikan untukku." sambungnya dengan memberi senyuman di akhir. Hal itu membuat si empu sedikit menyunggingkan tarikan pada ujung bibirnya yang tebal.

"Iam gonna marry you, i know that should be mine. Iam gone give my world, your the only one." Gadis itu kembali menyanyikan lagu itu dengan perasaan dan sedikit menambahkan ekspresi menaikkan turun kan alisnya. Menggoda si empu, meskipun hal itu malah terlihat menggemaskan baginya.

"You mine, Olive. Iam yours." ucap seseorang itu dengan tegas dan tak terbantahkan. Siapa lagi kalau bukan Reo Jackson Sahtapy.

Olive menaruh senyuman lebar pada Reo. "Tell me everything, this is just beggining--"

"Dan aku, Reo. Mencintai Olive-ku." potong Reo cepat.

Semburat merah terdapat di kedua pipi cantik itu. Olive menepuk bahu Reo kita mengatakan hal yang membuatnya malu, tapi bahagia.

"Aaaa, Ayang!" serunya menutup wajahnya dengan dua tangannya. Reo berkedut hendak tersenyum melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. Ia menarik tangan mungil itu dan menggenggamnya halus.

"Jangan nutupin apapun, dari Reo. Apa yang kamu tidak ketahui, aku yang akan tahu." Raut Olive berganti menegang. Menatap wajah Reo yang menatapnya lembut. Tapi kenapa suara itu memiliki pesan tersirat, bahwa apa yang dia lakukan hanya akan sia sia. Dia akan tahu tanpa harus di beri tahu.

***
Sorry ngga ngefeel, gatau lagi moodku susah banget.

Pacar Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang