Assalamualaikum
Warahmatullahi WabarakatuhSelamat Membaca
"Reo?"
"Hem?"
"Kenapa kita nggak putus aja? Kenapa nggak mau putus?" tatapan mata Reo langsung berubah 100%. Tajam, menelisik, datar.
"Nggak ada alasan buat putus!" tegasnya. Ia memutar setir mobilnya ke kanan, menuju sekolah. Mereka telah selesai 5 menit lalu.
Bibir merah itu terlipat kecil, ia memandangi wajah datar yang tampak menahan marah dengan tatapan lembut.
"Reo?" panggil Olive lagi.
Namun si empu tidak menyahuti. Laki-laki itu sibuk menatap jalanan yang lenggang. "Reo?"
Laki-laki itu menoleh,"apa?!" ucapnya menahan marah tidak bernada sentak atau bentakan.
Cukup sabar juga.
"Kamu--"
"Kamu bisa buat aku marah kalau ngomong itu lagi! Diem!" titahnya tajam. Nah, tidak jadi deh. Ternyata Reo benar, laki laki tidak memiliki kesabaran seperti Ray.
Olive bergerak maju lalu menyelip kepalanya dari tangan Reo yang menyetir mobil. "Aku minta maaf,"
Pelukannya sangat erat, Reo bisa merasakannya. Ia mencuri kecupan pada keningnya. "Maafin aku, kamu takut?"
Olive menghirup bau parfum pada tubuh kekasihnya. "Sedikit."
Cup
"Maafin aku." sesal Reo.
"Aneh, akhir akhir ini sering bilang kaya gitu." ujarnya lagi.
***
Sesampainya di parkiran Reo tidak membukakan pintu mobil untuknya seperti biasa. Olive pikir Reo masih marah.
Tok tok tok
"Reo, bukain." ucapnya meski Reo tidak mendengar namun dari gerakan bibirnya seolah berkata.
Reo tidak berkata apa-apa. Laki-laki hanya menunjuk untuk tetap diam disitu. Olive tidak tahu maksudnya apa.
Tapi tak lama, ia melihat banyak siswa siswi keluar dari gedung besar itu. Semua juga menggendong tasnya masing-masing. Keningnya berkerut menyimpulkan sarat kebingungan.
Beberapa menit, Reo sudah masuk dalam mobil meletakan tasnya dan lelaki itu di jok belakang.
"Pulang cepet. Rapat guru." jelas Reo menyalakan mesin mobilnya.
Olive menatap ke arah jendela mobilnya,"ini cemilan Lia gimana? Kamu ketemu dia nggak?"
"Ketemu."
Olive menoleh,"kenapa nggak sekalian kasih ini ke dia?!"
"Bukan urusan ku."
"Reo..." Seru Olive kesal. Ia mengambil paper bag kecil itu dari jok belakang. "Buka dulu, aku mau kasih ini."
"Nggak usah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Ketua Osis
Fiksi Remaja[ COMPLETED ] Sequel of My Cengeng girl Blurb: Kedatangan teman masa kecil membuat hubungan mereka yang slalu di penuhi canda dan keromantisan menjadi pudar seiring berjalannya waktu. Apakah harus ada yang berkorban? Akankah mereka bisa mempertaha...